Follow Us @soratemplates

Wednesday, February 26, 2025

1 Dekade Ngeblog, Sudah Dapat Apa?

February 26, 2025 0 Comments

 

gandjel rel event

 

Sudah dapat apa dari ngeblog selama 10 tahun ini?

Sebuah pertanyaan yang sederhana tapi dalam loh hehehe… Untuk teman-teman blogger yang sudah level ahli, pasti jawabannya sudah pernah jadi juara 1 lomba blog, sudah pernah dapat hadiah yang luar biasa, sudah pernah jalan-jalan dari hasil ngeblog, dan serentetan jawaban yang membuat emak tiga anak ini mundur perlahan.

 

Tenang, aku nggak baperan kok, ya iri dikit boleh dong? Kan iri karena orang lain lebih rajin dan berkualitas, boleh-boleh aja, malahan harus biar tambah semangat. Masa orang lain bisa, aku nggak. Maklum kalau manusia itu harus ada penyemangat dan pemanas (red. manas-manasin lebih tepatnya) 😊

 

Eh, fyi, 1 dekade itu sama dengan usia pernikahanku loh. Ada yang nanya? Nggak kan hehehe… Terus apa hubungannya dengan perjalanan ngeblogku?

 

Jadi gini aku ceritain ya. Aku tuh sudah ngeblog dari zaman singlelillah tahun 2011 gitu. Tapi, masih pakai domain gratisan. Waktu itu isinya cuman curhatan plus materi pelajaran Bahasa Inggris karena masih menjadi guru di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

 

Saat itu, aku pakai blog karena aku satu-satunya guru yang nolak pakai LKS dan menyuruh muridku untuk mempelajari materi dan contoh soal di blogku. Intinya aku tidak ingin memberatkan orang tua dan seringkali kalau LKS hanya copy paste saja mengerjakannya. Hayo ngaku pernah ada yang pernah seperti itu kan? 😊

 

Nah, setelah menikah, aku memang punya komitmen dengan suami. Aku memilih untuk jeda sesaat dari karierku. Aku berhenti mengajar Bahasa Inggris juga BIPA.

 

Dari sejak awal menikah hingga saat ini, aku hanya menjadi guru private dari 3 anak saja, dan ngajarnya pun 24 jam nonstop. Dan nggak hanya jadi guru, tapi juga harus bisa menjadi chef, story teller, tempat curhat, nyiapin baju, dan juga ojek pribadi. Ya, sekarang aku menjadi ibu rumah tangga, membersamai suami dan ketiga anak laki-lakiku.


 

blogger gandjel rel
Sudah jadi emak-emak berdaster, ngeblog aja ada asistennya :)

Terus, apa kabar dengan blogku? Apakah aku gembok saja rumah maya itu? Oh, tentu saja tidak. Malah, yang asalnya aku pakai blog gratisan, setelah menikah aku memakai blog berbayar. Tahu nggak alasannya apa?

 

Jadi gini, ketika mau menikah, suamiku memang memintaku untuk jeda dari karierku menjadi guru. Tapi, beliau malah mengizinkan dan menyuruhku untuk tetap menulis. Alasannya karena beliau pertama kali mengenal diriku dan yakin menikahiku karena sudah membaca buku dan tulisan di blogku.

 

Karena setelah menikah, aku melepas blazer dan mengganti dengan daster, akhirnya suamiku memfasilitasiku untuk tetap berkarya. Katanya biar aku bisa tetap menjaga kewarasan dengan cara menulis. Aku pun disuruh untuk merubah blogku menjadi berbayar. Wah, siapa yang mau nolak kalau disuruh seperti itu? Lope…lope… pokoknya hehehe…

 

Ternyata setelah berpindah ke blog yang berbayar, sada saja tawaran untuk review produk. Sesekali juga pernah menang lomba, nggak sesering para master juga. Aku jadi tambah semangat ngeblog.

 

Ada perasaan bahagia ketika bisa menjadi pemenang lomba blog dan hadiahnya bisa bikin anak-anak senang. Aku pernah dapat hadiah menginap di salah satu hotel di Kota Malang selama 3 hari di kamar yang paling bagus. Ngelihat anak-anak tersenyum bahagia, rasanya tuh terbayar lelahnya menahan kantuk nulis sampai malam.

 

Oya, aku pernah loh memenangkan lomba yang diadakan Gandjel Rel. Awalnya nggak mengira tulisan curhatan bisa diapresiasi oleh para juri di Gandjel Rel. Dan, satu hal yang lucu dan mungkin sebuah kebetulan (Eh, di dunia ini kan tidak ada yang kebetulan heheh), hadiahnya itu sesuatu yang sedang aku inginkan. Saat itu aku juga sedang hamil anak ketigaku. Tahu dong gimana rasanya keinginan Bumil bisa terwujud? (Mau ngucapin makasih pake banget ah sama Gandjel Rel 😊)


ultah gandjel rel

Ada cerita lain tentang blogku. Jadi ceritanya aku pernah diminta untuk membacakan salah satu tulisan di blogku oleh salah satu radio lokal di Jember. Eh, setelah rekaman itu tayang. Besoknya, aku di WA oleh orang radio katanya managernya suka dengan karakter suaraku dan menawariku untuk gabunng. Waduh, jadi tersanjung, padahal suaraku cempreng gini. Tapi, tawaran itu aku tolak secara halus, karena memang posisi masih punya anak bayi dan anak pertamaku masih umur 2 tahun juga. Para anak rantau yang jauh dari saudara dan tanpa ART pasti tahu dong rasanya?

 

Perjalanan ngeblog selama 10 tahun ini memang banyak ceritanya. Ada beberapa pencapaian yang membuatku bersyukur. Tapi, ada juga impian yang belum terwujud. Apa itu?

 

Jujur, dari 10 tahun yang lalu, selalu semangat 45 mengikuti lomba ASUS. Aku tuh mupeng banget bisa dapat hadiah laptop ASUS dari ngeblog. Tahu dong kalau ASUS itu sering banget support acara-acara blogger, baik itu di event offline maupun online sejak tahun 2015. 

 

Dapat hadiah laptop ASUS dari lomba menulis, pernah. Dan, tahukah itu menjadi momen emosional yang tak pernah terlupakan. Saat itu, aku memang punya niat memberi hadiah laptop buat Bapak. Dan, alhamdulillah aku mendapat hadiah sebuah laptop ASUS karena menjadi juara 1 lomba menulis dari salah satu penerbit.

 

laptop asus
Latop ASUS hadiah lomba menulis

Nah, aku tuh pengen banget merasakan mendapat hadiah laptop ASUS dari ngeblog. Selain pengen pecah telur selama 1 dekade memimpikan hadiah laptop ASUS, aku juga ingin berikan hadiah ini buat anak pertamaku yang baru lulusan ujian tasmi’ dan untuk anak keduaku karena terpilih ikut Hubbul Quran. Mereka berdua itu lagi senang nulis cerita sama menggambar. Saat ini, mereka masih suka meminjam laptop atau ponselku.

 

Semoga saja penantian 10 tahun ini akan terwujud sekarang. Dapat ASUS Vivobook M415 dari ngeblog, impianku banget loh. Semoga saja semesta mendukung. 😊

 

Tapi, apa hanya karena mengejar hadiah laptop saja, aku ngeblog? Ya nggak segitunya juga kali. Ada banyak manfaat kok yang aku rasakan dengan ngeblog. Ngeblog nggak hanya melulu untuk mengejar materi atau penghargaan. Dengan ngeblog, aku bisa mengikat momen yang tak terlupakan, baik itu yang membuatku tersenyum bahagia atau menangis sedih. Lalu, ketika rindu datang menyapa, aku bisa mengurainya sebagai penawar dari rasa itu.  

 

Jadi, kalau ditanya, sudah dapat apa 10 tahun ngeblog? Pastinya, aku mendapat kebahagiaan dong, karena emak-emak berdaster ini masih bisa tetap menjaga kewarasan dengan membersamai 3 anak cowok. Dengan ngeblog, 20 ribu kata tersalurkan, ya setidaknya setengahnya sudah dituangkan lewat blog. Jadi, bisa mengurangi ceramah di depan suami dan anak-anak. Kalau bahasa kerennya, ngeblog itu salah satu cara untuk menjaga mental health.


Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel. 

 

 

Monday, January 27, 2025

Atomic Habits (Resensi)

January 27, 2025 0 Comments

 Resensi

 

atomic habits

Judul               : Atomic Habits

Penulis            : James Clear

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan           : Pertama

Tahun             : 2019

Tebal Halaman: 341 halaman

 

Atomic Habits, terdiri dari 2 kata. Atomic berarti bagian teramat kecil sebuah benda; bagian tunggal yang tak terbagi lagi dari suatu sistem yang lebih besar. Habit ialah rutinitas atau praktik yang dilakukan secara teratur; tanggapan otomatis terhadap situasi tertentu.

 

Atomic Habits adalah kebiasan kecil yang merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Sama seperti atom ikut membangun molekul, atomic habit merupakan unsur pembangun hasil-hasil yang menakjubkan.  

 

Dalam buku ini dijelaskan, kebiasaan merupakan bunga majemuk dalam perbaikan diri. Sama halnya dengan uang yang menjadi berlipat-lipat karena bunga majemuk, pengaruh kebiasaan menjadi berlipat-lipat sewaktu kita mengulang kebiasaan itu.

 

Menjadi 1% lebih baik setiap hari ikut berperan dalam kemajuan besar jangka panjang. Kebiasaan itu seperti pedang dengan dua sisi. Kebiasaan bisa menguntungkan, dapat menjadi teman atau menjadi lawan; itulah sebabnya kita wajib memahami seluk beluknya.

 

Perubahan-perubahan kecil sering kali terlhat tidak memberikan perbedaan sampai kita menembus ambang batas kritis. Hasil paling dahsyat dalam proses bunga majemuk tidak langsung terjadi. Kuncinya kita harus bersabar.

 

Terdapat tiga tingkat perubahan, yaitu: perubahan hasil, perubahan proses, dan perubahan identitas. Cara paling efektif untuk mengubah kebiasaan kita adalah berfokus bukan pada apa yang ingin kita capai, melainkan tipe orang yang kita inginkan.

 

Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan itu nantinya akan menjadikan identitas diri kita sendiri. Alasan utama kebiasaan itu penting bukan karena memberi kita hasil-hasil yang lebih baik (meskipun bisa), tetapi karena kebiasaan dapat mengubah keyakinan tentang diri sendiri.

 

Empat kaidah perubahan perilaku adalah seperangkat aturan sederhana yang dapat digunakan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan lebih biak. Hal itu (1) menjadikannya terlihat, (2) menjadikannya menarik, (3) menjadikannya mudah, (4) menjadikannya memuaskan.

 

Proses pengubahan perilaku selalu dimulai dengan kesadaran. Tapi, ketika kebiasaan menjadi otomatis, kita akan berhenti memberikan perhatian pada apa yang sedang kita lakukan.

 

Pada perubahan perilaku dengan kaidah menjadikannya terlihat, ada dua petunjuk umum, yaitu waktu dan lokasi. Rumus niat implementasi: Aku akan [PERILAKU] pada [WAKTU] di [LOKASI].

 

Kita juga menggunakan strategi menumpuk kebiasaan, yaitu memasangkan kebiasaan baru dengan kebiasaan yang sudah ada. Rumusnya: Setelah [KEBIASAAN SEKARANG], aku akan [KEBIASAAN BARU].

 

Satu hal yang perlu diingat, begitu suatu kebiasaan terbentuk, mustahil kita bisa melupakannya. Orang yang memiliki kendali diri cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu dalam situasi-situasi yang menggoda. Ia akan lebih mudah menghindari godaan daripada melawannya. Kendali diri itu merupakan strategi jangka pendek, bukan jangka panjang.

 

Selain kendali diri, kultur tempat kita tinggal menentukan perilaku-perilaku mana yang menarik dan menjadi sebuah kebiasaan. Kita cenderung mengambil kebiasaan yang dipuji dan diterima oleh kultur lingkungan tempat kita tinggal, karena kita memiliki hasrat yang kuat untuk menyesuaikan diri dan menjadi bagian dari kelompok.

 

Kita cenderung meniru kebiasaan tiga kelompok social, yaitu: yang akrab (keluarga dan teman), orang banyak (kelompok), dan orang yang berkuasa (yang memiliki status dan prestise).

 

Karena itu, salah satu hal yang paling efektif untuk dilakukan guna membangun kebiasaan yang lebih baik adalah bergabung dengan kultur tempat perilaku yang kita inginkan dianggap normal, dan kita sudah memiliki kesamaan dengan kelompok.

 

Perilaku normal kelompok sering kali lebih kuat daripada perilaku yang diinginkan secara individu. Sering kali kita lebih baik keliru bersama kelompok daripada benar tapi dikucilkan.

 

Pembentukan kebiasaan adalah proses ketika perilaku mengalami kemajuan menjadi otomatis melalui perulangan. Bentuk pembelajaran paling efektif itu berlatih, bukan membuat rencana. Berfokuslah pada action, bukan in motion.

 

Meskipun perilaku manusia mengikuti Hukum Upaya yang Sekecil-kecilnya. Kita secara alami akan condong ke opsi yang menuntut kerja paling sedikit. Untuk itu, kita harus mengurangi hambatan terkait dengan perilaku baik. Ketika hambatan lebih sedikit, kebiasaan menjadi mudah.

 

Sebenarnya kebiasaan dapat diselesaikan dalam beberapa detik tapi terus berdampak pada perilaku kita selama beberapa menit atau jam setelahnya. Banyak kebiasaan terjadi pada momen yang menentukan – pilihan yang sama seperti jalan yang bercabang – dan entah mengirim kita ke arah yang produktif atau tidak produktif.

 

Untuk itu ada aturan Dua Menit yang bisa kita lakukan. Aturan Dua Menit mengatakan, “Ketika memulai kebiasaan baru, pelaksanaannya harus kurang dari dua menit.” Makin sering kita meritualkan awal suatu proses, makin besar peluang kita untuk masuk ke fokus lebih dalam yang diperlukan untuk hal-hal besar.

 

Agar sebuah kebiasaan baik itu melekat, kita juga perlu merasakan kesuksesan langsung – bahkan meskipun kesuksesan itu kecil. Karena perlu diakui, otak manusia berkembang untuk memprioritaskan ganjaran langsung dibanding ganjaran tertunda.

 

Untuk menjaga dan memantau kebiasaan, kita membutuhkan pemantau kebiasaan. Pemantau kebiasaan ialah cara sederhana untuk mengukur apakah kita melakukan kebiasaan – misalnya membuat tanda silang pada kalender. Pemantau kebiasaan bisa menjadi bukti yang jelas tentang kemajuan kita.

 

Tapi, yang perlu diingat, jangan pernah mangkir dua kali. Jangan memutus rantai. Cobalah mempertahankan rangkaian kebiasaan tetap berjalan.

 

Agar kebiasaan bisa tetap berjalan, perlu adanya kontrak kebiasaan, bisa berupa biaya social yang harus dikeluarkan karena melanggar. Selain itu, perlu juga adanya pengawasan dari orang lain.

 

Kebiasaan bisa menjadi lebih mudah ketika selaras dengan kepribadian dan keterampilan kita. Oleh karena itu, pilihkah kebiasaan yang paling sesuai dengan kita. Bermainlah di arena yang memaksimalkan kekuatan kita. Jika arena seperti itu tidak ada, maka ciptakanlah.

 

Kita juga perlu tahu, ada yang disebut dengan aturan Goldilocks. Aturan Goldilocks mengatakan bahwa manusia mengalami motivasi puncak ketika mengerjakan tugas yang tepat berada di batas kemampuan kita saat ini.

 

Satu hal yang perlu diingat, ancaman terbesar dari kesuksesan itu bukanlah kegagalan, melainkan kebosanan. Tapi, seorang professional bertahan pada jadwal yang sudah dibuat, sedangkan amatir mencari alasan untuk melewatkannya.

 

Sisi positif kebiasaan adalah kita dapat melakukan sesuatu tanpa berpikir. Sisi negatifnya adalah kita mengabaikan peluang terjadinya kesalahan-kesalahan kecil. Namun, refleksi dan peninjauan ulang bisa menjadi proses yang memungkinkan kita tetap menyadari performa kita sejalan dengan waktu.

 

Buku Atomic Habits ini mengajarkan kita menghargai sebuah proses. Sebuah kebiasaan kecil jika dilakukan secara terus menerus akan memberikan dampak pada kehidupan kita. Penulis dengan sangat jelas menerangkan arti, makna dan juga memberikan contoh kasus untuk bisa dipahami dengan mudah. Tidak berlebihan jika buku ini wajib dibaca oleh siapapun yang ingin menjadi pribadi sukses.

Friday, January 24, 2025

KEB, Senantiasa Hadir dan Berpihak Pada Literasi Digital

January 24, 2025 0 Comments

 


 

KEB, komunitas yang memberikan ruang digital kepada perempuan untuk terus berdaya dan berkarya. Bukan sekadar wadah berkumpulnya para emak-emak yang suka ngeblog. Tapi, Kumpulan Emak Blogger (KEB) telah menjadi sebuah support system bagi kami perempuan untuk bisa terus menginspirasi dan berinovasi.

 

Menjadi blogger, entah sebagai passion atau memang menjadi jalan menjemput rezeki, tetaplah sama-sama sebagai cara untuk berbagi rasa dan asa. Kami, para perempuan sadar kalau tumbuhnya sebuah peradaban itu, ada pada tangan kami, para ibu.

emak blogger
blogger juga harus upgrade diri, ikutan zoom nambah ilmu :)
 

Blogger itu bukan sekadar berbagi cerita. Tapi, kami punya niat dan impian bisa memberi dampak pada sekitar. Melalui rangkaian kalimat demi kalimat di ruang digital, kami berharap akan ada dampak positif yang bisa tersebar dan dirasakan oleh banyak pihak.


blogger
tetap ngeblog apapun kondisinya :) 

 

Menjadi emak-emak itu bukanlah akhir dari segalanya. Sekarang sudah bukan zamannya lagi menjadi emak-emak insecure karena hanya bisa berdaster dan berkecimpung dengan dapur, sumur, kasur. Sekarang bukan zamannya lagi bekerja harus pakai blazer dan high heels. Kita masih bisa berkarya di ruang digital tanpa melupkan fitrah kita menjadi seorang istri dan juga ibu.

kumpulan emak blogger


KEB (Kumpulan Emak Blogger), komunitas blogger perempuan pertama dan terbesar di Indonesia, yang sudah berdiri sejak tahun 2012. Di ulang tahun yang ke- 13 ini, KEB berusaha untuk tetap berinovasi dan berkontribusi pada negeri serta senantiasa berpihak pada literasi digital.

 

KEB berusaha terus mendorong perempuan Indonesia untuk berkarya dan berinovasi di ruang digital. KEB menyadari kalau saat ini, di era digital, siapapun termasuk perempuan bisa berbagi inspirasi tanpa ada benteng tinggi dan sekat penghalang.

 

Ruang-ruang digital semakin terbuka lebar untuk mengekspresikan apapun. Tentu saja, kebebasan ini harus dibentengi dengan norma agama dan budaya. Tidak semua harus dibagi di ruang digital. Saring sebelum sharing, tetap harus dilakukan.

 

Sebagai perempuan, dunia blogger bisa menjadi salah satu tempat berkarya. Kita bisa berbagi apa yang kita rasa, tahu dan juga alami. Mungkin ada sebagian yang berpikir, ah buat apa menulis blog kan minat baca di negara kita rendah?

 

Nah, itu dia alasannya. UNESCO menyebut indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% atau dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

 

Sebagai seorang perempuan, sejatinya kita itu seorang ibu, sebuah peradaban itu lahir dari kita. Kalau para ibu mulai melek dan cerdas literasi di ruang-ruang digital, maka kita sedang membangun sebuah peradaban yang lebih baik.

 

Tidak mungkin ada penulis (termasuk blogger) yang baik kalau ia bukan seorang yang suka membaca. Penulis yang hebat itu berarti ia pembaca yang luar biasa.

 

Dari setiap bacaan yang dibaca, para blogger berusaha meracik dan menuang dalam rangkaian kata di ruang-ruang digital. Saat ini, ketika generasi Alpha lebih intim dengan dunia digital, maka suguhan inspirasi, ilmu dan juga nilai-nilai kebaikan akan lebih efektif disampaikan di ruang digital.


 
ulang tahun KEB ke-13



Kumpulan Emak Blogger (KEB) hadir untuk membersamai kami, emak-emak blogger untuk memberikan dukungan, motivasi dan juga pendampingan ilmu agar kami tetap bisa melangkah. Keberpihakan KEB pada literasi digital sangat dirasakan oleh para emak blogger dengan memfasilitasi kami untuk lebih berkembang. KEB telah menjadi support system yang luar biasa bagi emak-emak blogger untuk tetap semangat berkarya dan berinovasi di ruang digital.

 

ulang tahun KEB ke 18

Semoga di usianya yang ke-13, KEB bisa terus berkomitmen untuk menjadi ruang yang hangat bagi emak-emak untuk berbagi cerita dan bertumbuh bersama. Meskipun mungkin kami belum pernah saling bersua di dunia nyata, tapi kami merasa memiliki sahabat untuk saling menginspirasi, menguatkan dan juga menyemangati untuk menjadi perempuan cerdas, berdaya dan memberi warna tersendiri di ruang-ruang digital.