Keluarga Sehat dengan Jamu
Pernah
nggak kalian dikira anak SMA padahal udah kuliah?
Pernah
nggak dikira anak kuliah padahal udah kerja?
Pernah
nggak ngajak jalan-jalan anak, tapi dikira adiknya?
Kalau
aku sih yes hehehe. Nggak usah emosi ya. Tapi, ini bukan sombong, hanya sekadar
ingin berbagi. Memang tua itu pasti, tapi terlihat lebih muda dan sehat itu
bisa diikhtiarkan, kok.
Nggak
harus mengeluarkan rupiah berdigit-digit untuk mendapatkan itu semua. Hanya
butuh sedikit usaha dan biaya ala kadarnya. Bahkan bisa jadi tidak usah
mengeluarkan sepeserpun kalau memang semua bahan yang kita butuhkan tersedia di
lingkungan rumah kita.
Apa
aja sih tipsnya biar kita bisa tetap sehat, fit dan bonus terlihat awet muda?
Pertama,
atur pola pikir kita. Kok? Ini paling penting, tapi jujur sih
susah banget ngejalaninnya. Apalagi untuk Si Phlegmatis Melankolis kayak aku,
butuh effort yang luar biasa untuk mengatur pola pikir kita. Tapi, memang benar
sih, kalau kita stress, sibuk ngurusin orang, pikiran selalu negative, ya
jangan harap bisa sehat. Malah yang kita dapatkan akan banyak penyakit yang
mampir menyapa ke tubuh kita. Hati-hati loh dengan pikiran kita. Mulai sekarang
nggak usah mikir yang nggak-nggak deh. (Kata-kata ini sebenarnya buat nasehatin
terus ke diri sendiri hehehe…)
Kedua,
atur pola makan. Jadi orang itu harus punya mindset,
makan untuk hidup, bukan sebaliknya, hidup untuk makan. Paham kan maksudnya?
Kalau makan untuk hidup, kita akan makan secukupnya, nggak berlebihan, yang
penting bisa membuat tubuh kita memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas. Kita
tahu apa yang baik untuk dimakan dan apa yang tidak. Tapi, kalau hidup untuk
makan, yang ada di pikiran kita pasti kita pengen makan yang enak, yang lagi
viral, yang penting kenyang dan tidak peduli apa itu sehat atau tidak. Yuk,
mulai jaga asupan makanan kita.
Ketiga,
jangan mager alias malas gerak. Buat para ibu rumah tangga,
niatkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga selain karena Allah juga sekalian
biar sehat. Bonus banget loh kalau kita dengan senang hati mengerjakan tugas
domestik, terus bisa sekalian peregangan otot dan juga mengeluarkan banyak
keringat. Buat para wanita karir juga bisa sekalian olah raga loh, kalau naik
turun tangga.
Ketiga,
cukupi kebutuhan air putih. Ini penting banget nih.
Terkadang karena kesibukan atau malas, kita lupa untuk mencukupi kebutuhan air
putih bagi tubuh. Bahkan ada yang lebih memilih minum minuman bersoda, kafein
atau yang mengandung gula. Padahal, efek yang kita dapat kalau kurang minum air
putih itu, ngeri juga loh. Yuk, mulai membiasakan minum air putih yang cukup!
Keempat,
cukup istirahat. Jangan sepelekan istirahat bagi tubuh. Ingat,
tubuh kita pun butuh waktu untuk rehat. Jangan memaksakan tubuh untuk terus
bekerja. Efeknya bisa ke pikiran jadi stress, tubuh juga lelah, dan akhirnya penyakit
akan datang menyapa.
Kelima,
konsumsi jamu. Ini dia tips rahasiaku. Aku memang suka
banget dengan jamu. Baik itu jamu yang sudah dijual dalam kemasan, atau aku
meraciknya sendiri. Sebenarnya lebih enak racikan sendiri. Selain lebih fresh,
tentu saja lebih hemat juga.
Ngobrolin
tentang jamu, dari sejak kecil aku memang ‘dicekoki’ jamu oleh almarhumah
mamah. Terlahir dengan kondisi fisik yang lemah dan sering sakit-sakitan dari
mulai bayi hingga remaja. Dokter, suntikan dan obat-obatan menjadi sahabat
sejati. Asupan makanan hingga ruang gerak pun dibatasi. Ah, rasanya tidak bisa
menikmati keceriaan seperti halnya anak-anak yang lain.
Saking
seringnya bolak-balik rumah sakit, aku pun pernah berada di titik jenuh dan
Lelah untuk berobat. Akhirnya, mamah mencari cara agar rasa sakitku bisa
berkurang dan yang pastinya bisa sehat. Dari situlah, aku mulai mengenal jamu.
Saat
itu, almarhumah Mamah menyuruhku untuk mengkonsumsi jamu setiap hari. Ada satu
penjual jamu keliling yang menjadi langganan keluarga kami. Selain itu, kalau
penyakitku kambuh, almarhumah Mamah akan membuatkan racikan jamu sendiri yang
dibuat dari rimpang dan tanaman obat lainnya.
Bersyukur,
tidak sulit bagi mulut dan lidahku untuk menerima minuman jamu. Malah aku suka
sekali dengan jamu. Bagiku, meskipun ada jamu yang rasanya pahit, tetap saja
masih bisa bersahabat dengan lidahku. Dan, hebatnya selalu ada penawar rasa
pahit yang dibuat dari rimpang juga.
Kebiasaan
mengkonsumsi jamu ini terus berlanjut meski penyakitku sudah tidak kambuh lagi.
Aku pun merasakan badanku jauh lebih fit dan tidak gampang sakit. Padahal
setelah lulus dari bangku SMA, aku memiliki aktivitas seabreg ketika kuliah
sambil bekerja dan juga sibuk di kegiatan sosial. Dengan kesibukan ini,
alhamdulillah aku diberikan kesehatan dengan ikhtiar mengkonsumsi jamu.
Memang
benar apa kata pepatah, ketika sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka
seakan-akan sudah mandarah daging. Kebiasaan minun jamu pun terbawa hingga aku
menjadi seorang ibu. Aku pun mulai memengaruhi suami dan anak-anak untuk ikut
mengkonsumsi jamu. Ketika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit, maka
aku akan lebih memberikan jamu daripada menyarankan memberi obat kimia.
Menurutku,
mengkonsumsi jamu itu mengurangi risiko ketergantungan tubuh pada obat, minim
efek samping, dan murah meriah. Sebagai alumnus pengkonsumsi obat-obatan kimia,
aku bisa merasakan bagaimana efek dari minum obat-obat kimia. Untuk itulah, aku
berusaha memberikan ramuan jamu, baik untuk pencegahan maupun pengobatan suami
dan anak-anak.
Selain
membeli jamu yang sudah dikemas, aku juga sering membuat ramuan jamu sendiri. Apalagi
aku penyuka banget kunyit asam dan ramuan jahe dicampur gula aren. Dua racikan
jamu ini andalan banget untuk pencegahan dan juga menjaga imun tubuh
sekeluarga. Oya, bonus buat aku sih, melangsingkan juga hehehe.
Kalau
Paksu biasanya rutin mengkonsumsi temulawak. Temulawak ini juga andalanku kalau
anak-anak sedang tidak nafsu makan setelah sakit. Biasanya setelah diberikan
jamu temulawak, mereka akan kembali lahap makan.
Kalau
ada anggota keluarga yang terkena batuk pilek, aku akan membuat ramuan jeruk
nipis dicampur madu. Selain itu, aku pun akan memberikan jamu jahe dicampur
gula aren. Ada lagi jamu anti bapil, yaitu jamu kencur yang dicampur dengan
madu.
Oya,
kami juga selalu sedia jamu kemasan, ada Vermint, produk Sido Muncul, dan juga
produk lokal serbuk temulawak dan jahe.
Ada
sedikit cerita di tahun 2018, suamiku terkena penyakit tifus. Setelah bolak-balik
ke dokter, namun tetap saja kondisinya tidak berubah. Akhirnya atas saran dari
seseorang, kami pun membeli produk ekstrak cacing Vermint. Kami pikir, karena
ini merupakan jenis jamu, jadi aman untuk dikonsumsi siapapun.
Alhamdulillah,
setelah mengkonsumsi satu dua hari, demamnya dan rasa sakit di badannya hilang.
Bahkan Paksu bisa kembali berangkat ke kantor. Sampai saat ini, kalau sudah
mulai terasa badan demam, beliau selalu mengkonsumsi Vermint.
Kejadian
yang hampir sama namun tak serupa. Tahun 2021, aku pun terkena tifus. Ada
kejadian lucu namun cukup mengesalkan. Saat itu, suhu tubuhku naik turun.
Akhirnya Paksu mengantar ke dokter. Dokter menyuruh untuk cek laborarotium.
Ketika dilihat hasilnya, sudah jelas kalau aku terkena tifus. Namun, entah
bagaimana cara dokter itu membaca hasil lab, karena menurutnya aku terkena
Demam Berdarah. Awalnya aku disuruh untuk opname, tapi suami menolak dan
mengatakan untuk rawat jalan saja. Dokter memberikan obat dan juga ada Sebagian
resep yang harus dibeli terpisah di apotek.
Untuk
menjawab keraguanku, aku tanyakan kepada apotekernya, obat apa yang diresepkan
oleh dokter tersebut, ternyata obat untuk Demam Berdarah. Dan, yang membuat
kaget, harganya lumayan mahal. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menebus obat
tersebut, karena aku yakin aku tidak terkena Demam Berdarah.
Aku
pun meminta izin kepada suami untuk mencari second opinion. Dan,
ternyata ketika aku memerikasakan ke dokter yang lain. Dokter tersebut
mengatakan kalau aku memang tifus berdasarkan hasil lab. Oya, ada satu hal yang
membuat aku tercengang dan kesal untuk yang kedua kalinya, ternyata obat yang
diberikan dokter tersebut hanyalah vitamin bukan obat, baik itu obat Deman
Berdarah ataupun untuk tifus. Dari resep obat yang aku minum selama beberapa
hari ini, tidak ada satupun obat untuk mengurangi atau mengobati rasa sakit.
Akhirnya
aku konsultasi dengan dokter untuk mengkonsumsi jamu ekstrak cacing. Dokter pun
membolehkannya. Alhamdulillah, setelah dua sampai tiga kali minum, aku pun
berangsur pulih.
Sebagai
pecinta jamu dan sudah merasakan banyak manfaat jamu, rasanya rugi dan merasa
bersalah kalau tidak sharing dan mengajak siapapun tentang manfaat minum jamu. Yakin
deh, kalau dengan minum jamu, kita akan merasa jauh lebih sehat, fresh dan
bonusnya terlihat awet muda hehehe. Trust me, it works! 😊