Sebelumnya
aku ingin membuat disclaimer dulu, kalau apa yang aku tulis ini berdasarkan
pengalaman pribadi. Tidak ada niat menyalahkan pihak manapun atau menyamaratakan kondisi setiap orang.
Di
saat tahu kalau aku positif hamil di usia 37 tahun, jujur perasaan ini
nano-nano. Ada rasa syukur karena diberi amanah kembali, tapi terbersit juga
khawatir karena masalah usia. Ya, banyak artikel, keterangan dari dokter atau
bidan secara langsung maupun komentar orang-orang, kalau hamil di usia lebih
dari 35 tahun itu beresiko.
Sebagai
orang yang memiliki karakter detail plus overthinking, dari awal
kehamilan, aku semakin sering searching tentang risiko apa saja yang akan
terjadi ketika hamil di usia lebih dari 35 tahun. Cukup membuat semakin
overthinking karena ada beberapa kasus berakhir dengan kematian.
Tapi,
bersyukur karena masih terbersit rasa yakin akan Ke-MahaKuasaan Allah. Ada
keyakinan yang kuat kalau semua yang terjadi pasti atas kehendak Allah. Dengan
keyakinan tersebut, aku pun menjalani masa kehamilan dengan penuh rasa syukur.
Berharap
Boleh, Tapi Semua Hak Prerogatif Allah
Tidak
dipungkiri kalau aku dan suami memang menginginkan anak perempuan. Dari awal
kehamilan, kami berharap Allah memercayakan janin berjenis kelamin perempuan. Dan,
kami pun sudah berikhtiar untuk itu.
Di
saat pemeriksaan USG di bulan keempat, dengan perasaan harap-harap cemas,
aku terus berdoa agar anak ketiga ini perempuan. Man proposes God disposes.
Yap, tanpa ragu, dokter mengatakan kalau anak ketiga ini laki-laki.
Mencoba
tersenyum, dan mengatakan alhamdulillah. Namun, dalam hati kecil masih tetap
berharap dokter keliru memeriksa dan masih yakin kalau janin ini berjenis
kelamin perempuan. Ada rasa kecewa? Ya, ada sedikit.
Karena
alasan itulah, aku pun mencoba mencari second opinion. Dan, ternyata
ketika kami memeriksakan ke dokter yang lain, janin yang aku kandung adalah
perempuan. Ah, betapa senangnya mendengar kabar itu.
Namun,
di pemeriksaan bulan berikutnya, ternyata jelas terlihat kalau janin itu
laki-laki. Kembali aku harus belajar untuk memahami makna ikhlas dan ridho. Meskipun
di sisi sebagai manusia biasa, keinginan untuk memiliki anak perempuan itu
sangat kuat.
Tapi,
Allah itu Maha Baik. Allah nggak pengen aku menjadi manusia yang tak pandai
bersyukur. Di usia kandungan 7 bulan, tanpa kuduga, dokter mengatakan kalau
kepala bayi terlihat besar, sudah diulang 4 kali, masih saja terlihat ukurannya
yang besar. Dokter menyarankan untuk diobservasi 2 minggu ke depan.
Sepulang
dari dokter, aku istighfar di sepanjang jalan. Air mata terus membasahi pipi.
Aku melangitkan doa, memohon ampun atas semua keegoaan diri yang tak pandai
bersyukur ini. Terurai doa apapun jenis kelamin janin yang ada di rahim ini,
izinkan ia terlahir dalam kondisi yang sehat dan sempurna.
Sejak
saat itu, tidak ada lagi beban dengan jenis kelamin anak ketigaku. Aku jauh
lebih tenang dan menerima semuanya. Bahkan dengan yakin aku jawab ketika
orang-orang langsung menerka kalau anak ketigaku pasti laki-laki lagi.
(Lanjut
di postingan berikutnya ya… Aku bakalan cerita ‘serunya’ melahirkan anak
ketiga.)
No comments:
Post a Comment