Pemalu, penakut, dan pendiam. Label yang begitu
erat dari mulai aku kecil. Ketika keempat kakakku tumbuh menjadi pribadi yang
ceria, berani dan juga suka sekali tampil di depan banyak orang. Sedangkan aku
lebih baik memilih menangis ketika disuruh maju ke depan atau tampil di
panggung.
Padahal, secara akademik, aku tidak lebih
jelek dari kakak-kakakku. Tapi, untuk urusan bicara di depan banyak orang, aku sama
sekali tidak memiliki keberanian. Jangankan untuk maju ke depan, kadang kalau
ditanya oleh guru pun serasa mau diinterogasi polisi.
Aku usia 8 tahun, saat disuruh Bapak membacakan puisi
Sebenarnya almarhum Bapak sudah mendidik
kelima anaknya untuk berani bicara di depan sejak kecil, karena memang beliau
juga seorang guru sekaligus sering mengisi ceramah. Tapi, karena aku sering
sakit-sakitan plus anak bungsu, jadi sering dapat privilege. Hingga suatu hari, ketika aku duduk di kelas 2 SMA, aku
dipaksa untuk menggantikan posisi kakak keempatku mengajar. Saat itu, ia harus mengikuti
UTS di kampusnya, padahal ada jadwal mengajar di tempat les milik Bapak, dan
tidak bisa diganti hari.
Awalnya aku menolak dan mengatakan jadwal
sekolahku sampai sore dan khawatir macet di jalan. Tapi, kakakku tidak kalah
ide. Ia langsung mengatakan alasan tidak
bisa mengajar dan meminta Bapak menyuruh aku untuk menggantikannya. Kalau sudah
Bapak yang turun, nggak ada alasan yang bisa aku katakan, daripada aku harus
dapat ceramah tujuh hari tujuh malam. Maklum privilege-ku sudah habis, dan harus mulai belajar berani dan
mandiri hehehe…
Entah karena lagi apes atau memang semesta
mendukung. Di luar perkiraan, ternyata aku bisa pulang lebih awal karena ada
acara rapat guru. Selain itu, perjalanan dari sekolah ke rumah yang biasanya
macet bisa sampai 2 jam di jalan, eh di hari itu lancar tanpa halangan apapun.
Sebenarnya aku masih sempat meminta dukungan
Mamah agar aku tidak usah menggantikan Kakak. Tapi, tumben juga saat itu, Mamah
malah membujukku untuk belajar mengajar dan mengatakan kalau aku pasti bisa. Akhirnya, mau tidak mau, aku pun melangkahkan
kaki ke tempat les.
Saat itu, jangan ditanya gimana detak
jantung dan perasaanku. Oh, seandainya bisa nyungsep ke tanah, pengen langsung
bikin bunker aja biar nggak kelihatan
banyak orang.
Tapi, mendengar kata-kata Mamah sebelum
berangkat, ada sebersit rasa yakin kalau bisa melakukan yang terbaik. Meskipun ada
doa terucap di bibir agar anak-anak yang les tidak ada yang datang satu pun.
Memang doa yang tidak baik itu tidak bisa
langsung sampai ke langit, berbeda dengan ucapan yang baik. Taraaa… Ternyata semua
muridnya hadir. Haduh, ini hati semakin tak menentu.
Sebelum masuk kelas mencoba pasang wajah
senyum padahal hati nggak tentu rasa. Lima menit pertama mencoba sebisa mungkin
mengatur napas dan berdoa agar anak-anak bisa nyaman dengan ‘guru dadakan’ ini.
Meskipun aku tidak berharap banyak setelah pertemuan pertama dan mungkin
terakhir ini. Ya, karena aku sudah buat perjanjian dengan kakakku, jangan
pernah menyuruh aku ngajar lagi.
Aku pikir saat itu, itulah terakhir kali aku memaksa diri berani tampil di depan. Tapi, aku keliru. Itulah titik awal aku mulai menemukan passion. Ya, benih percaya diri dan yakin kalau aku bisa tampil di depan banyak orang. Semuanya berawal dari komentar dan sekaligus permintaan murid-murid kakakku yang senang dan memintaku untuk mengajar lagi di kelasnya.
Sejak saat itu, aku mulai berani dan
ketagihan untuk mengajar. Bertemu banyak orang, merasakan bagaimana kedekatan
dengan anak didik bahkan di luar kelas, menjadi teman curhat baik itu oleh
anak-anak maupun orang tuanya. Dunia baru yang sangat menyenangkan.
Saat memberikan motivasi pada remaja dari beberapa SMP di Bandung
Setelah lulus dari bangku SMA dan
melanjutkan ke jenjang kuliah, aku tidak hanya mengajar di tempat les, aku pun
mendapat amanah menjadi Kepala TPQ, sehingga mau tidak mau harus sering
memberikan sambutan ketika ada acara bersama orang tua murid atau dengan pihak DKM
Masjid.
Menjadi moderator di acara pelatihan menulis
Seiring berjalannya waktu, aku pun sering
diminta untuk menjadi moderator di berbagai acara seminar, diajak mengisi acara
di radio, serta mengisi seminar remaja dan guru.
Saat memberikan motivasi pada orang tua dan guru
Tak pernah mengira, Si Introvert yang
dulunya sangat menghindari untuk berbicara di depan banyak orang, ternyata bisa
menikmati tampil di depan banyak orang. Jadi, kalau ada yang bilang orang
introvert itu nggak bisa berbicara di depan banyak orang, itu salah besar.
Perlu aku akui, apapun itu kalau dilatih,
pasti bisa. Oya, aku mau bagikan tips tipis-tipis ala Intan Daswan hehehe…
- Kenali karakter
Setiap orang itu memiliki karakter yang
berbeda. Tidak ada yang paling bagus ataupun tidak ada yang lebih jelek. Setiap
karakter memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pelajari dan pahami
apakah kita itu seorang Sanguinis, Koleris, Melankolis atau Phlegmatis?
Setelah kita paham, kita akan tahu apa yang
harus kita lakukan untuk memberikan treatment yang terbaik agar kita berani
berbicara di depan banyak orang. Ingat, setiap orang pasti bisa, ketika ia mau
untuk belajar dan mencoba!
- Perbanyak Membaca
Kalau kita malas membaca, kita tidak
memiliki energi yang akan kita transfer ketika berbicara di depan orang. Atur mindset, saat kita berbicara di depan
siapapun, niatkan untuk berbagi ilmu dan mendapatkan ilmu baru. Jangan sampai
bicara ngalor ngidul nggak tentu
arah. Orang lain harus dapat insight setelah mendengarkan kita. Oleh karena
itu, kita harus memiliki amunisi dengan rajin membaca.
- Berhenti Memberi Label Negatif Pada Diri Sendiri
Mulai saat ini, berhentilah mengatakan kalau
kita ini nggak bisa apa-apa, nggak punya kemampuan, nggak punya turunan untuk
bisa tampil di depan. Stop! Setiap orang pasti bisa, asalkan dia sendiri yakin.
Ingat, ucapan itu doa, loh!
- Ikuti Pelatihan Public Speaking
Jika ingin memiliki pisau yang tajam, maka harus
diasah. Begitu pun kemampuan, kita harus mau menginvestasikan waktu, tenaga dan
bahkan materi untuk meningkatkannya. Jangan bermimpi bisa menjadi pembicara
yang andal, jika kita malas untuk upgrade
ilmu dan belajar banyak dari yang lebih berpengalaman. Saat ini kesempatan
belajar terbuka sangat lebar, bisa secara offline maupun online, baik itu
berbayar atau gratis.
- Paksa Diri untuk Mencoba Tampil Di Depan Banyak Orang
“Possible
thing is usual, usual thing is forced or love.” Percaya atau tidak, kata-kata ini yang
membuatku berubah. Dengan segala ketakutan yang awalnya begitu kuat melekat dalam
diri ini, aku dipaksa untuk berani tampil. Mungkin saat itu, aku marah, kesal,
dan bahkan menganggap bapakku begitu otoriter. Tapi, ternyata aku bisa
merasakan efek positifnya. Bahkan seiring berjalannya waktu, aku mencintai
rutinitas berbicara di depan banyak orang. Memang terkadang ada saat dimana
kita harus dipaksa, baik itu oleh orang lain ataupun keadaan yang memaksa diri
agar menjadi lebih baik.
- Berikan Reward Ketika Bisa Tampil Di Depan Banyak Orang
Terlihat seperti sederhana, tapi efeknya
luar biasa. Memberikan apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan diri
sendiri, akan membuat kita semakin bersemangat untuk terus meningkatkannya
lagi. Kalau aku pribadi, biasanya ketika berhasil tampil di depan, dan audiens memberikan
feedback yang positif, sampai mereka menghubungi dan meminta konsultasi secara
pribadi, aku akan membeli buku baru, membelikan makanan kesukaan orang tua atau
bersepeda di pagi hari sambil menikmati keindahan alam. Sesederhana itu, tapi
bisa membuat kuota energiku bertambah dan lebih bersemangat lagi.
Itulah tips tipis-tipis untuk berani berbicara di depan banyak orang bagi seoang introvert seperti aku. Gampang banget untuk dilakukan. Kuncinya hanya satu, kita mau apa tidak untuk memulainya. Aku akui “every beginning is difficult”, tapi jika tidak dimulai saat ini, mau kapan? Tenang, install-an kita tidak akan hilang, kok. Aku juga masih suka menyendiri apalagi ketika butuh inspirasi untuk menulis. Aku juga masih tidak suka nongkrong dengan obrolan nggak jelas. Tapi, ketika aku disuruh untuk berbicara depan dengan tujuan yang jelas, why not? Bukankah berbagi ilmu itu juga sebuah ibadah? Yuk, mulai sekarang kita sama-sama belajar untuk terus memaksimalkan potensi diri!
Menjadi penulis atau blogger sekaligus bisa berbicara di depan umum? Pasti bisa, kok! :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Ultah Gandjel Rel.
Terima kasih. Memang orang tua adalah support system the best pokoknya
ReplyDeleteBenar banget, Mbak. Bagi saya, guru public speaking pertama itu ya almarhum bapak.
DeleteKeren ya ortu mendukung hobi dan minat anaknya untuk maju
ReplyDeleteAlhamdulillah... Saya bersyukur memiliki orang tua yang mendukung banget apa yang saya kerjakan.
Delete