Liburan di Kota Pahlawan
“Neng
akhir tahun liburan ke Surabaya lanjut pulang ke Bandung,” ujar Paksu sambil memperlihatkan
calendar di ponselnya.
“Beneran?
Bisa ambil cuti? Budgetnya ada?” aku balik bertanya.
Paksu
mengangguk tersenyum.
Liburan lanjut pulang kampung, dari Kota
Pahlawan menuju Kota kembang. Ah, siapa yang nggak happy mendengar ajakan
tersebut. Double happy, pokoknya. Aku
bisa eksplore Surabaya setelah itu meluapkan rindu 3 tahun tidak bertemu
keluarga besar di Bandung.
Man
proposes, God disposes.
Rencana sudah kita susun, waktu sudah kita
atur, dan budget pun sudah kita siapkan. Tapi, Allah Swt berkehendak lain.
Beberapa hari menjelang berangkat, aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan
tubuhku. Ternyata, aku dan paksu mendapat amanah kembali. Setelah konsultasi
dengan Dokter Obgyn, aku tidak diperkenankan untuk perjalanan jauh. Akhirnya,
kami putuskan hanya mengunjungi Surabaya saja, karena kalau sampai tidak jadi
dua-duanya, kasihan juga sudah janji kepada duo bocil.
Menyapa Kota Surabaya
1. Masjid
Al Akbar Surabaya
Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Al Akbar. Selaian karena ketika sampai Surabaya, kami belum bisa check in, jadi kami putuskan untuk singgah di masjid sekalian menunaikan sholat. Alasan lainnya, karena anak pertama kami memang selalu excited ketika ditunjukkan masjid. Di setiap kota yang pernah kami kunjungi, pastilah ditanyakan dimana masjid paling bagus di kota tersebut.
2. Hotel Majapahit
Tempat kedua yang diminta Si Kakak ialah
Hotel Majapahit. FYI, anak pertama kami ini memang berbeda dari anak seusianya.
Tontonan dan bacaannya didominasi tentang sejarah, baik itu sejarah nasional
maupun sejarah Islam. Jadi ketika ayahnya mengajak ke Surabaya, ia langsung
meminta untuk melihat hotel yang terkenal dengan peristiwa perobekan Bendera
Belanda pada 19 September 1945 yang akhirnya memicu pertempuran 10 November.
Hotel Majapahit yang sudah berganti nama
beberapa kali, mulai dari Hotel Oranye, Yamato, Merdeka dan akhirnya menjadi
Hotel Majapahit ini, memang memiliki nilai sejarah yang kuat.
Oya, ada yang berbeda dan menarik. Karena, saat ini Jalan Tunjungan yang merupakan lokasi dimana Hotel Majapahit ini berada, terlihat jauh lebih cantik dan tertata. Kalau kata driver Ojek Online yang kami tumpangi, katanya kalau malam minggu jalan tersebut ditutup untuk kendaraan dan khusus untuk pejalan kaki, karena selalu diadakan event. Menurutkku, menapaki Jalan Tunjungan itu, atmosfernya seperti di Jalan Asia Afrika Bandung (ketahuan emaknya kangen kota kelahirannya wkwkwk…)
3. Tunjungan
Plaza
Sebenarnya ini di luar list destinasi kami.
Tapi, karena rasa penasaran dan juga sekalian cari tempat makan, akhirnya kami
mampir ke mall tersebut. Selain itu, lokasinya pun memang sangat berdekatan
dengan Hotel Majapahit.
Jalan-jalan bareng bocil itu kadang nggak
melulu harus sesuai rencana. Ya, rencana awal, pengen nyari makan, ternyata duo
krucil tertarik bermain di kidzone. Akhirnya, kami melewatkan makan malam di
mall tersebut. Tadinya kami akan makan Sate Klopo, tapi karena kondisiku yang
sudah lelah dan mual, akhirnya kami putuskan untuk memesan Lontong Balap
melalui aplikasi GoFood ke hotel tempat kami menginap.
4. Kebun
Binatang Surabaya (KBS)
Ketika sampai di depan Kebun Binatang
Surabaya, aku pribadi langsung tertuju pada patung yang menjadi ikon Kota
Surabaya. Awalnya ingin berfoto terlebih dahulu, tapi karena anak-anak sudah
tidak sabar, jadi akhirnya kami langsung masuk ke dalam KBS.
Meskipun hewannya tidak begitu banyak, tapi
anak-anak cukup menikmati berkeliling di KBS. Mereka pun excited ketika diajak memberi makan rusa. Ini kali pertama mereka memberi
makan hewan.
Oya, ternyata harga makanan dan minuman di area
Kebun Binatang Surabaya itu masih worth
it lah, jadi nggak usah khawatir kalau kita nggak bawa bekal. Tapi,
sayangnya ada beberapa spot di KBS ini yang kurang terawat, padahal pengunjung
yang datang lumayan banyak juga, loh.
5. Sate
Klopo Ondomohen Bu Asih
Nah, ini dia yang paling ditunggu-tunggu emaknya.
Karena malam sebelumnya belum terkabulkan, jadilah hari selanjutnya
menyempatkan untuk membuktikan sate yang sangat legendaris ini. Entah bawaan
orok atau memang penasaran setiap paksu pulang dari Surabaya selalu cerita
enaknya Sate Klopo. Dalam perjalanan dari Jember menuju Surabaya, aku terus
memberikan kode agar paksu mengajakku ke tempat ini.
Ketika sampai di depan tempatnya, sempat
kaget juga. Dalam pikirku, awalnya, tempatnya besar dan nggak harus antre. Ternyata,
antreannya bikin hati mengurungkan untuk makan di tempat. Tapi, kata paksu
kalau nggak nyoba makan di tempatnya langsung nggak afdol. Akhirnya aku rela
ikut mengantre.
Syukurlah ada tiga orang ibu yang sangat
baik. Mereka rela makannya dipercepat agar kami bisa mendapatkan tempat duduk.
Mungkin kasihan juga karena anak keduaku tertidur di gendongan, jadi beliau
mempersilakan aku dan anak-anak untuk duduk dulu di sebelahnya sampai mereka menyelesaikan
makannya.
Tapi, nggak rugi udah ikut ngantre, karena memang
Sate Klopo Ondomohen Bu Asih ini patut untuk diperjuangkan. Dagingnya
besar-besar dibalut kelapa, matang sempurna, bumbunya endeusss, dan dipadu
dengan nasi yang masih hangat yang dikasih serundeng, hmmm pokoknya lupa deh
sama antrean panjang dan juga tempat yang lumayan panas. Anak-anak aku aja
sampai lahap banget loh makannya, padahal di KBS mereka sudah makan ayam crispy
hehehe…
Oya, untuk harganya, kalau menurutku worth it banget. Nasi per porsi 4 ribu
dan untuk sate bervariasi. Untuk sate ayam 24 ribu per 10 tusuk, sate daging 36
ribu per 10 tusuk. Ada juga sate yang lain, tapi yang menjadi favorit ialah
sate daging dan ayam.
Kenapa namanya Sate Klopo Ondomohen?
Sate Klopo Bu Ondomohen Bu Asih ini terletak
di Jalan Walikota Mustajab. Tapi, kok ada kata Ondomohennya ya?
Ya, karena dulu, nama jalan ini memang
bernama Jalan Ondomohen. Meskipun, masih belum ditemukan arti dari kata
Ondomohen itu sendiri. Ada yang menyebutkan diambil dari Bahasa Belanda yang artinya
Balai Kota. Tapi, ada juga yang menyebutkan diambil dari dua kata, Kali Ondo –
Gemohen. Apapun itu sejarahnya, yang terpenting Sate Klopo Ondomohen Bu Asih
patut diperjuangkan untuk disantap. Penasaran, kan?
Meskipun hanya beberapa spot destinasi wisata yang berhasil kami kunjungi, tapi kami cukup puas. Dan, yang paling penting, anak-anak juga sangat senang. Apalagi mereka bisa puas berenang di hotel.
Oya, ngomong-ngomong soal hotel. Selama di
Surabaya kami menginap di Bess Mansion. Nanti aku tulis di postingan khusus
tentang pengalaman kami menginap selama 4 hari di hotel tersebut.
Sampai di sini dulu ya cerita tentang
liburan singkat bareng duo bocil di Kota Pahlawan. Ehmmm… Next, ngajak
anak-anak liburan kemana lagi ya? 😘😘