Jumat, 7 Oktober 2022, Kumpulan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) menggelar Webinar “Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa”. Dalam acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Widyanti Wulandari, seorang blogger, writing mentor dan juga ketua umum IIDN. Sedangkan narasumber kedua ialah Kirana Kejora, seorang writerpreneur dan pendiri Elang Nuswantara.
Tidak
hanya itu, ada juga sesi sharing dari salah seorang penulis Elang Biru yang
sekaligus berprofesi sebagai dokter, yaitu Rahmi Aziz. Selain itu peserta juga
dihibur dengan penampilan monolog dari pasukan Elang Biru.
Widyanti
Wulandari atau yang lebih akrab disapa Mbak Wid, memaparkan tentang topik fiksi
dan nonfiksi. Mbak Wid berbagi pengalaman menulis cerpen budaya filmis untuk
pertama kalinya.
Tidak
mudah untuk seorang yang sejak tahun 2008 ini fokus di dunia nonfiksi, dan
dipaksa untuk menulis fiksi. Namun, menurut penuturan Mbak Wid, ada beberapa
mitos yang harus dipatahkan untuk bisa menulis fiksi, yaitu: seseorang yang
ingin menulis fiksi itu harus pintar mengkhayal, tulisan fiksi hanya dapat
ditulis oleh orang yang berbakat, atau tulisan fiksi itu merupakan jenis
tulisan yang gampang dibuat.
Baik
fiksi maupun nonfiksi memiliki tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Mbak Wid
membagikan tips bagi penulis yang ingin mencoba menulis fiksi, diantaranya:
banyak membaca karya fiksi dari berbagai penulis yang baik, lepaskan
ekspektasi, gunakan setting yang mudah dibayangkan, serta gunakan bantuan
video, foto, rekamana suara dan sebagainya.
Sebagai
ketua umum IIDN, Mbak Wid pun menjelaskan alasan IIDN menulis cerpen budaya filmis
Nusantara yang dikumpulkan dalam sebuah buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”.
Ada tiga alasan kuat yang mendorong IIDN mencoba menghadirkan karya yang tak
biasa ini, diantaranya: adanya ‘panggilan’ untuk menulis tema budaya ini, tema
budaya itu menarik, dan membawa pesan penting.
Sebagai
sebuah komunitas perempuan menulis yang terdiri dari banyak genre dan profesi
kepenulisan, serta memiliki visi memajukan perempuan Indonesia melaui dunia
menulis, IIDN tergerak untuk menghadirkan karya yang tak biasa ini.
Tema
budaya memang untuk sebagian orang atau kalangan, kurang menarik. Tapi, sebenarnya
tema budaya itu sesuatu yang bisa digali dan juga dinikmati. Buku “Beri Aku
Cerita yang Tak Biasa” ini adalah cara untuk mensyukuri, menjaga, serta turut merayakan
warisan budaya luhur nusantara.
Selain
mendapat ilmu dari Mbak Wid, para peserta Webinar pun mendapat kesempatan mendengarkan
paparan dari pendiri Elang Nuswantara, Kirana Kejora.
Elang
Nuswantara merupakan komunitas penulis pecinta budaya dan alam Indonesia.
Komunitas ini beranggotakan para pejuang literasi dari Indonesia bagian barat
hingga timur.
Belum
lama ini, tepatnya tanggal 21 Agustus 2022, di Perpustakaan Nasional RI, Elang
Nuswantara meluncurkan karya secara bersamaan. “Sang Mistikus Kasih” dari Elang
Merah, “Pesan yang Belum Sampai” dari Elang Putih”, dan “Beri Aku Cerita yang
Tak Biasa” dari Elang Biru.
Tiga
buku prosa budaya filmis ini hadir sebagai jawaban dari Sebagian orang yang
mengatakan kalau menulis bertema budaya itu kurang menarik, sulit atau tidak
menjual. Padahal ada banyak sisi positif yang bisa didapat dengan menuang ide
bertema dan berlatar budaya.
Ibu-Ibu
Doyan Nulis (IIDN) berkolaborasi dengan Elang Nuswantara, sehingga lahirlah
Elang Biru yang menghasilkan sebuah adikarya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”.
Pasukan Elang Biru terdiri dari 28 orang.
Cerita
bertema budaya nusantara. Setiap cerita mengajak pembaca untuk mengenal lebih
dekat kekayaan dan keluhuran budaya yang mungkin sudah mulai terlupakan. Ada
banyak pesan moral yang dibingkai dalam cerita yang tak biasa oleh para Elang
Nuswantara. Tak hanya melulu soal cinta yang penuh kehaluan. Tapi, ada pesan
tersirat tentang hidup dan kehidupan. Seperti halnya sebuah kutipan di buku
ini, cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar.
Buku “Beri Aku Cerita yang tak Biasa” adalah bukti cinta para pasukan Elang Biru untuk nusantara tercinta. Saatnya menerbangkannya dan memberi tahu semesta tentang kekayaan dan keluhuran budaya nusantara.
No comments:
Post a Comment