Zero Waste Cities. Sebuah konsep pengelolaan sampah dari kawasan, yang mengubah pola
kumpul angkut buang menjadi pengurangan sampah melalui proses pemilahan dari rumah
tangga. Konsep Zero Waste Cities ini diadopsi dari Filipina.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, sumber penghasil sampah paling dominan berasal dari rumah tangga
(48%), pasar tradisional (24%), dan kawasan komersial (9%). Sisanya dari
fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya.
Longsor sampar di Leuwi Gajah tahun 2005. 147 orang di dua desa meningga tertimbun sampah.
(Sumber Foto: The Jakarta Post)
Masalah sampah ini memang menjadi PR besar. Tentu masih lekat dalam ingatan, peristiwa longsor TPA Leuwigajah pada tahun 2005. Kejadian tersebut memberi kita pelajaran bahwa sampah bukan sekadar membuang residu, lalu selesai.
Selama ini pola pengelolaan sampah di
Indonesia:
- Diangkut dan ditimbun di TPA (69%)
- Dikubur (10%)
- Dikompos dan daur ulang (7%)
- Dibakar (5%)
- Dibuang ke sungai (3%)
- Dan sisanya tidak terkelola (7%)
Permasalahan sampah sebenarnya sangat
komplek. Tapi, tentu saja yang paling sulit ialah mengubah pola pikir dan
kebiasaan masyarakat tentang cara memperlakukan sampah. Kita tidak bisa menghindar
dari sampah, namun kita bisa lebih bijak dalam mengelolanya.
Zero Waste Cities sebenarnya merupakan
perwujudan nyata dari amanat tata kelola persampahan yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam peraturan
tersebut, telah terkandung amanat untuk melakukan pengelolaan sampah secara
terdesentralisasi, melalui pemilahan di sumber penghasil sampah. Selain amanat pemilahan,
terdapat pula amanat untuk melakukan pengolalaan berkelanjutan pada sampah yang
dihasilkan, yang pada program ini termasuk pada upaya pengomposan komunal.
Berbicara tentang Zero Waste Cities, program
ini memiliki beberapa tahapan kerja yang dikenal dengan sebutan 9 Tahap Zero Waste Cities, diantaranya:
- Kajian kondisi kelurahan
- Desain sistem pengelolaan sampah
- Konsultasi sistem pengelolaan sampah dengan stakeholder kawasan
- Persiapan sarana pendukung pengelolaan sampah kawasan
- Pelatihan petugas sampah dan edukasi warga
- Door to door education
- Door to door collection dan perbaikan sistem
- Penerapan penuh sistem pengelolaan sampah
- Monitoring dan evaluasi
Salah satu aktivitas pengumpulan sampah yang telah dipilah di RW 7 Kel. Lebakgede Bandung (Sumber Foto: YPBB) |
Proses pengomposan di RW 7 Lebak Gede Bandung (Sumber Foto: YPBB) |
Melihat kondisi saat ini, sampah semakin
terus bertambah sedangkan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pun kian
terbatas, maka sudah saatnya Zero Waste Cities diterapkan di berbagai daerah di
Indonesia. Sampai saat ini, ada beberapa wilayah di Indonesia telah menerapkan
konsep Zero Waste Cities dengan pendampingan Aliansi Zero Waste Cities
Indonesia, diantaranya:
- Kota Cimahi
- Kota Bandung
- Kota Denpasar
- Kabupaten Gresik
- Kabupaten Bandung
- Kabupaten Karawang
- Kabupaten Purwakarta
Tentu saja penerapan konsep Waste Cities ini membutuhkan peran dan campur tangan dari pemerintah, baik itu daerah maupun pusat. Karena untuk mengubah pola perilaku masyarakat yang sudah mendarah daging, tidaklah mudah. Harus ada aturan dan penegakan hukum yang jelas. Dalam hal ini, pemerintah memiliki tanggung jawab penuh untuk membuat peraturan sekaligus sanksi agar masyarakat lebih sadar lingkungan. Karena ajakan atau himbauan saja tidak cukup.
Pencemaran dan kondisi lingkungan kita sudah
sangat darurat. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan
bahwa pada tahun 2020 sampah di Indonesia mencapai 67.8 juta tons. Sedangkan
pencemaran sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS) per 2018, mencapai lebih kurang
500 ribu ton per tahun atau sekitar 1.300 ton per hari.
Jumlah yang tidak sedikit. Tentu saja kita
tidak ingin menjadikan negeri ini lautan sampah. Karena menurut data dari NASA,
menunjukkan bila per tahunnya ada sekitar 8 juta ton sampah yag sebagian besar adalah
plastik, dan berakhir di lautan. Sebagian besar sampah-sampah itu berasal dari
Negara-negara di Asia, yakni China, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Srilanka.
Bahkan menurut World Economic Forum (WEF), memprediksi
pada 2050, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibandingkan ikan. Diperkirakan
jumlah plastik yang diproduksi secara global meningkat tiga kali lipat menjadi 1,124
miliar ton.
Sasaran program Zero Waste Cities adalah pengurangan
polusi sampah ke sungai dan ke laut dengan memperbaiki sistem pengumpulan dan
daur ulang sehingga mencegah masuknya 62.000 ton sampah (14.000 plastik) per
tahun.
Pengelolaan sampah dari kawasan ini bisa berjalan
dengan efektif dan juga menyebar di seluruh Indonesia, ketika pemerintah
benar-benar memiliki komitmen untuk mewujudkannya. Bukan sekadar himbauan, ajakan
atau bahkan aturan yang tidak jelas, tapi peran aktif pemerintahlah yang dibutuhkan untuk menjalankan program pengelolaan sampah dari kawasan ini. Kewenangan dan juga kemampuan yang
dimiliki pemerintah bisa menggerakkan masyarakat untuk sadar akan lingkungan
yang bersih dan akhirnya bisa mewujudkan Zero Waste Cities.
Referensi:
http://ypbbblog.blogspot.com
https://aliansizerowaste.id/2020/09/14/zero-waste-cities-model-solusi-atasi-permasalahan-sampah
https://sites.google.com/ypbb.or.id/internalnewsletterypbb/tentang-zero-waste-cities?authuser=0
https://majalahcsr.id/zero-waste-cities-program-baru-tangani-sampah-perkotaan/
https://zerowaste.id/knowledge/jawaban-dari-masalah-sampah-di-indonesia/
kalo bersinergi untuk merawat lingkungan dan mengelola sampah dengan baik, bisa kok Indonesia kayak Jepang dan negara-negara bersih sampah lainnya
ReplyDeleteAku suka banget pantengin kegiatan Zero waste ini di sosial media karena mereka berhasil menjaga bumi kita agar bebas sampah
ReplyDeletePerkara sampah memang Indonesia belum selesai juga ya mba..
ReplyDeleteSaya selalu merasa takjub melihat Singapura yang bisa mengubah sampah menjaga energi lain. Bahkan bisa menyuplai udara bersih (dari pengolahan sampah).
Tapi saya berdoa semoga Aliansi Zero Waste Cities Indonesia bertambah banyak. Sehingga masalah sampah setidaknya bisa teratasi dengan baik.
sampah merupakan dilema buat kita semua, namun mulai dari sekarang sampah bisa dipilih dari rumah yang dapat dipisahkan antara sampah non organik dan sampah plastik. yuk ... kita jaga lingkungan yang bersih dari kotoran sampah
ReplyDeleteSemoga semangat zero waste cities ini banyak menular ke kota kota lainnya, terutama Jabodetabek.
ReplyDeleteTerasa banget sih bagaimana nggak terpilahnya sampah rumah tangga di komplek tempatku tinggal ini. Semoga banyak yang tergerak untuk indonesia bersih, indonesia lebih baik.
Semoga semakin banyak kota yang menerapkan Zero Waste soalnya masalah lingkungan terutama sampah amat sangat menganggu kesehatan, apalagi daerah tempat saya tinggal merupakan kawasan industri yang otomatis padat penduduknya membuat sampah terutama sampah rumah tangga membludak. Semoga masalah ini cepat teratasi dengan menerapkan Zero Waste di tiap kota.
ReplyDeleteSetuju banget aku klo program zero waste cities ini diterapkan secara merata di Indonesia
ReplyDeletedan tentu itu butuh peran dari pemerintah ya mbak
Seneng deh masih ada yg peduli dgn sampah, minimal dari diri sendiri aja aku udah salut lho, seperti mengurangi penggunaan plastik
ReplyDeleteUdah banyak banget ya sampah di Indonesia ini ternyata. Semoga semakin banyak daerah yang menerapkan zero waste ini supaya sampah bisa berkurang..
ReplyDeleteZero waste bisa diterapkan disuatu daerah dengan dukungan seluruh masyarakat dan ini butuh kesadaran yang besar kalo msalah sampah itu bkan hal sepele karna saya merasakan sndiri di daerah saya agak sulit kalo tidak bersinergi
ReplyDeleteaku sepakat, bagaimanapun upaya kita kalau regulasinya gak mendukung tuh bakal susah, ada aja ganjalannya. semoga banyak kota yang mulai sadar dan menerapkan zero waste ini yaa
ReplyDeleteakupun kadang suka melakukan zero waste kecil2an untuk mengurangi timbunan sampah, entah kenapa kalau buang sampah berasa berdosa gitu, dibalik itu kita kan juga nggak bisa mencegah timbunan sampah dirumah heuheu
ReplyDelete