Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah
satu penggerak utama perekonomian. Di Indonesia, hampir setiap saat kita
bersinggungan dengan para pelaku usaha kecil menengah. Meskipun namanya usaha kecil,
tapi memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perekonomian secara makro.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM
(Kemenkop UKM), pada tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99%
dari jumlah pelaku usaha. Daya serap tenaga kerja UMKM sebanyak 117 juta pekerja
atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sedangkan kontribusi UMKM
terhadap perekonomian nasional sebesar 61.1% dan sisanya 38,9% disumbangkan
oleh pelaku usaha besar.
Namun, kehadiran pandemi covid-19 ini
membuat semuanya berubah. Menurut sejumlah ekonom, UMKM tidak bisa lagi menjadi
penyangga perekonomian seperti saat krisis 1998 dan 2008.
Sejak pemberlakuan PSBB, work from home dan school from home, tentu saja sangat memberikan dampak yang luar
biasa terhadap para pelaku usaha kecil dan menengah. Kondisi pandemi telah membuat
daya beli masyarakat menurun.
Tidak hanya itu, daya beli masyarakat pun
menurun karena pandemi ini. Banyaknya perusahaan yang gulung tikar dan harus
merumahkan para karyawannya, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap daya beli
masyarakat. Saat ini, banyak orang yang benar-benar harus mengencangkan ikat
pinggang. Mereka akan memilih mana yang paling penting untuk dibeli dan
bertahan hidup.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar para
pelaku UKM ini bisa bangkit?
#Daya
Beli Diungkit
Kembali lagi, kuncinya di peningkatan daya
beli masyarakat. Untuk itu, yang harus menjadi perhatian ialah bagaimana
meningkatkan daya beli masyarakat di tengah pandemi ini.
Sebenarnya pemerintah telah melakukan
beberapa cara agar daya beli masyarakat tidak mengalami penurunan. Mulai dari
menaikkan gaji ASN, memberikan bantuan sosial dan insentif. Hal tersebut dilakukan
agar daya beli dan konsumsi masyarakat bisa tetap terjaga.
Sumber Foto: tirto.id |
Namun, tentu saja, yang paling penting ialah
bagaimana penanganan Covid-19 itu sendiri. Ketika kondisi sudah kondusif, maka
roda perekonomian pun akan kembali normal. Para pelaku UKM pun akan kembali
menggeliat dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi ini.
#Inovasi
Selain faktor luar tadi, tentu saja ada factor
lain yang juga tidak kalah penting. Pelaku UKM saat ini tidak bisa hanya
menyalahkah kondisi pandemi yang sedang melanda. Karena di tengah pandemi saat
ini pun, masih ada UKM yang tetap bertahan bahkan meraup keuntungan yang jauh
lebih besar.
Menurut data kementerian koperasi dan UKM, ada
dua macam usaha yang tetap bertahan di tengah pandemi. Pertama sudah terhubung dengan e-commerce,
sedangkan yang kedua ialah yang melakukan
inovasi produk.
Kalau kita garisbawahi, mereka yang tidak
terdisrupsi dengan kondisi sekarang ialah yang sudah terdigitalisasi dan berinovasi.
Artinya apa? Ketika para pelaku UKM itu masih saja melihat dari sisi masalah,
maka mereka akan tetap terpuruk. Tapi, ketika melihat dari sisi solusi, maka
mereka akan bangkit.
Menurut Clayton M. Christensen yang dikutip
dari buku Disruption yang ditulis oleh Rhenald Kasali, “Kalau kalian menggempur imcumbent dengan membuat produk yang
berimbang, di pasar yang sama, dengan harga yang sama, kalian sebagai pendatang
baru akan kalah. Gempurlah kakinya. Sederhanakan produk, lakukan revolusi,
bergeraklah ke segmen yang lebih rendah dengan strategi harga yang terjangkau dan
dapat diakses.”
Berani beda. Ketika kita ingin produk kita
dilirik dan tetap bertahan di hati konsumen, maka kita harus menghadirkan
produk yang memiliki ciri khas. Selain produk itu merupakan barang yang pasti dibutuhkan
banyak orang, kita pun harus menyuguhkan produk yang memiliki value berbeda.
Hadirkan produk yang anti mainstream. Produk
yang dari namanya saja sudah nempel erat di pikiran konsumen. Carilah nama yang
memiliki makna, dan hadirkan juga produk yang berkualitas dan tidak
asal-asalan.
Selain itu, bidiklah pasar dengan tepat.
Cermati produk apa yang sedang dicari konsumen. Kondisi pandemi ini tentu saja
telah merubah pola konsumsi kebanyakan orang. Pengeluaran untuk produk
kesehatan, bahan makanan dan pulsa meningkat lebih dari 50%. Sedangkan, biaya
transportasi umum dan bahan bakar minyak menurun di kisaran 42%.
Dari data tersebut, kita bisa tahu kebutuhan
pasar seperti apa. Dengan tahu apa yang dibutuhkan konsumen, kita bisa menentukan
produk apa yang tepat untuk dijual saat ini. Tentu saja dengan inovasi agar
produk kita bisa memiliki value yang berbeda.
Menurut Tung Desem Waringin dalam bukunya
Financial Revolution, ada 7 cara mengenali tren, yaitu:
- Melakukan analisis umur dan jumlah penduduk, jumlah penghasilan dan jumlah pengeluaran.
- Mengamati kecepatan penetrasi sebuah usaha ke dalam masyarakat.
- Melihat tren yang terjadi di luar negeri.
- Menjawab permasalahan yang ada.
- Mengkombinasikan dua hal atau lebih, yang baik.
- Perbaikan dari sesuatu hal yang sudah baik.
- Mengubah atau menambah sesuatu yang ada.
Itulah ketujuh cara agar bisnis yang kita jalani bisa tetap bertahan. Karena kita sudah paham akan dibawa kemana bisnis ini. Terus berinovasi dengan melihat kebutuhan pasar, merupakan sesuatu yang wajib dalam menjalankan sebuah usaha.
#Digitalitasasi
Selain berinovasi, produk yang tetap
bertahan di masa pandemi ini ialah yang sudah terdigitalisasi. Menurut Klaus Schwab,
salah satu perintis revolusi industri 4.0 menyatakan bahwa revolusi industri
4.0 merupakan sebuah teknologi baru yang menggabungkan dunia fisik, biologis
dan digital.
Menurut data dari Kementerian Kominfo, pertumbuhan nilai perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia mencapai 78 persen, tertinggi di dunia. Hal tersebut memang berbanding lurus dengan jumlah pengguna internet di Indonesia, hingga saat ini mencapai 82 juta orang, dan menduduki urutan ke-8 di dunia.
Jadi, dengan adanya fenomena ini, para
pelaku UKM bisa memanfaatkannya. Jangan memaksakan diri untuk bertahan dengan
cara-cara konvensional. Saatnya para pelaku UKM untu Go Online.
Memasuki era kebiasaan baru ini, tentu saja
sebagai pelaku UKM harus lebih cerdas. Menyalahkah dan mengeluh dengan keadaan
yang ada, tentu bukan solusi untuk tetap bertahan. Peran pemerintah sangat
dibutuhkan agar daya beli masyarakat kembali naik. Tapi, pelaku UKM pun harus
memiliki mental juara. Ketika keduanya
bisa seimbang, maka perekonomian pun akan terus terungkit menjadi lebih baik.
Referensi:
Anas, Abdullah Azwar. (2019). Anti Mainstream
Marketing. Jakarta: Gramedia
Kasali, R. (2018). Disruption. Jakarta: Gramedia
Kasali, R. (2014). Let’s Change. Jakarta: Kompas
Gramedia
Waringin, Tung Desem. (2007). Financial Revolution. Jakarta: Gramedia
Tulisan ini diikutsertakan dalam Masterweb Blog Competition. Bagi teman-teman yang ingin infonya, silakan klik di sini!
Terus nafkahi kita dengan tulisan-tulisan yang berguna seperti ini mas.
ReplyDeleteInsya Allah. Terima kasih... :)
DeleteDigitalisasi berkembang dan ini juga ngebantu banget buat UMKM. Kondisi seperti ini memang tak mudah tapi satu sisi kita harus bangkit bekerjasama juga ya
ReplyDeleteBenar banget, Mbak. Kalau kita nggak mengikuti perubahan yang ada, maka kita akan tertinggal jauh.
DeleteZaman sekarang pihak UMKM mesti udah melek teknologi dan pastinya tergabung dalam e-commerce. Digitalisasi mau ga mau mesti diterima dan dikuasai dengan baik. Online Marketing dan pengetahuan tentang produk yang dijual perlu banget tentunya supaya produk laris manis berkesinambungan.
ReplyDeleteSetuju banget. Semuanya harus berkesinambungan, Mbak.
DeleteUMKM harus sering didukung karena jadi tulang punggung ekonomi, ya, mbak. Yukkk belanja barang UMKM :)
ReplyDeleteYukkk... mulai dari sekarang dan mulai dari diri kita sendiri aja dulu :)
Deletepada saat kayak gini emang yang paling tepat tuh belanja produk lokal, mbak, membiarkan perputaran uang yang sehat terjadi di lingkungan. semangat semuanya, semoga selalu bertahan dan segera pulih kondisi ekonomi kita
ReplyDeleteBenar banget. Tinggal kitanya mau apa enggak tuh belanja produk lokal.
Deletebenar sekali mbak...
ReplyDeletesaya selama ini lebih sering belanja produk lokal, terutama produk ukm
Siippp... Semoga bisa dicontoh dan diikuti oleh orang lain ya, Mbak.
DeleteAyo semangat bikin usaha yang mudah di ingat sama seseorang yang akan membuat kita laris manis dagangan dan dengan daya beli bangkit maka ekonomi keluarga akan mengikuti
ReplyDeleteSiippp... Setuju, Mpok. Semangat buat para pelaku UKM.
DeleteInovasi penting banget apalagi bagi mereka yang terus ingin berkembang tanpa inovasi pasti orang-orang juga akan bosan
ReplyDeleteAku setuju banget sih mba, UMKM itu perlu banget didukung, krn secara ga langsung membantu untuk orang sekitar krn daya beli masih menjangkau segala elemen masyarakat belum lagi lapangan pekerjaan jadi terbuka luas krn adanya UMKM ini ya mba.
ReplyDeletePastinya UMkM perlu didukung dan mestinya kita dukung bersama, tentunya dengan membeli produk lokal, bila perlu kita bantu promosiin produk lokal tsb agar makin banyak yang tahu dan ikut serta membeli.produk lokal, krn produk lokal juga kualitasnya oke2 banget
ReplyDeleteWah, tips membuka usahanya mantul sekali mbak. Memang selama pandemi ini teman-teman banyak yang banting setir buka usaha apa saja yang penting halal dan menghasilkan. Semoga kita semua bisa bertahan ya mbak
ReplyDeleteSaat pandemi ditetapkan , saya dan paksu putar otak gmna supaya usaha bsa tetap berjalan, dan emang kecanggihan teknologi sangat membantu untuk jualan di sosmed
ReplyDelete