Jika Aku Menjadi Pemimpin Negeri
Seorang pemimpin adalah seseorang yang jarang diketahui orang banyak, dan ketika ada sebuah pekerjaan dan tujuan yang berhasil diselesaikan, dia akan menjawab: kami melakukannya bersama-sama.
(Lao Tzu)
Menjadi pemimpin itu bukanlah hal yang mudah.
Ada tanggung jawab besar di pundaknya. Menjadi pemimpin itu bukan sebatas
memangku jabatan. Menjadi pemimpin itu bukan sekadar memiliki hak mengatur orang
lain.
Pemimpin itu mengayomi. Pemimpin itu
pendengar yang baik. Pemimpin itu contoh yang patut ditiru. Pemimpin itu orang
yang layak diikuti ucapan dan perilakunya. Pemimpin itu orang yang mau bersusah
payah, terkurangi waktu istirahatnya, terganggu waktu makannya, dan terbatasi waktu
bersenang-senangnya demi yang dipimpinnya.
Sejatinya setiap orang itu pemimpin,
setidaknya bagi dirinya sendiri. Tapi, tentu hidup tidak selamanya hanya
sebatas memikirkan diri sendiri. Kita pun bertanggung jawab kepada orang-orang
di sekitar kita. Kita bertanggung jawab atas negeri ini.
Ketika kita merasa memiliki kemampuan dalam
satu bidang, diam bukan pilihan. Negara ini akan dipimpin oleh orang-orang yang
tidak kompeten, ketika mereka yang mampu hanya memilih untuk diam saja. Kemampuan
yang kita miliki alangkah lebih baik dan bermanfaat ketika kita gunakan untuk
memajukan negeri ini.
Saat ini Negara kita membutuhkan sosok
pemimpin yang benar-benar bisa memimpin. Pemimpin yang memiliki niat lurus
untuk memajukan negeri, bukan untuk memperkaya diri. Pemimpin yang mampu
menjadikan rakyatnya sejahtera, bukan sengsara.
Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggullah kehancuran itu.
Miris rasanya ketika melihat fenomena pemimpin
yang tidak mau mendengar apa kata rakyatnya. Merasa paling benar, menutup mata
dan telinga dengan segala persoalan yang ada, serta mampu melenggang kangkung
meski rakyat menjerit menderita.
Kita ambil contoh, kasus pembakaran hutan. Laporan
terbaru Greenpeace Asia Tenggara ‘Karhutla Dalam Lima Tahun Terakhir’
mengungkap kegagalan total pemerintah Indonesia dalam melindungi hutan dan
lahan gambut dari pembakaran. Terungkap sekitar 4,4 juta hektar lahan atau
setara 8 kali luas Pulau Bali terbakar antara tahun 2015 – 2019.
Data lain menyebutkan, pantauan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperlihatkan hingga akhir September
2020, api telah membakar lebih dari 120 hektar hutan dan lahan di 32 provinsi.
Kebakaran hutan ini memang menjadi masalah
yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Ada yang mengatakan itu
terjadi karena perilaku warga sekitar. Tapi, ada data yang menyatakan hal
tersebut terjadi karena pembukaan lahan untuk perkebunan sawit oleh perusahaan
besar.
Keberadaan perkebunan sawit ini memang bagai
dua sisi mata uang. Di satu sisi membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Tapi, efek yang luar biasa mengakibatkan kita telah kehilangan hutan yang
menjadi paru-paru bumi. Miris sekali ketika melihat hutan yang seharusnya
dilindungi berubah menjadi ratusan hektar perkebunan sawit.
Itu artinya kita telah merusak ekosistem
hutan. Kita juga telah merusak paru-paru bumi. Coba perhatikan, kemana perginya
hewan-hewan hutan karena tempat tinggal mereka dirusak dan dialihfungsikan? Apa
kita sadara, kita pun telah merampas hak masyarakat adat?
Dari satu kasus tentang perlindungan hutan
saja, negeri ini masih memiliki PR yang banyak. Dan, menurut saya, satu masalah
ini pun sebenarnya bisa memberikan efek kepada banyak sisi, misalkan saja
perubahan iklim, kesejahteraan pangan, kesehatan penduduk negeri ini, dan tentu
saja pendidikan generasi penerus pun akan terpengaruh.
Andai aku mendapatkan garis takdir menjadi
pemimpin negeri ini. Lalu, timbul angan dan pemikiran yang lain, apa yang bisa
aku lakukan untuk negeri ini?
Sebagai seorang pemimpin, tentu saja aku
harus memiliki visi. Yap, aku memiliki visi, “Mewujudkan Indonesia yang lebih
sejahtera, mandiri dan berintegritas”.
Mengapa harus sejahtera?
Karena kesejahteraan itu hak semua warga Negara,
bukan segelintir orang.
Mengapa harus mandiri?
Bangsa ini terlalu hebat dan kaya untuk
meminta kepada Negara lain. Kita bisa berdri sendiri dengan segala kelebihan
yang diberikan Sang Pencipta kepada negeri tercinta ini.
Mengapa harus berintegritas?
Karena dengan berintegritas, kita memiliki
karakter kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebaikan.
Visi tanpa aksi hanyalah mimpi. Aksi tanpa visi hanyalah buang-buang waktu. Visi yang diiringi dengan aksi, bisa mengubah dunia.
(Joel A. Barker)
Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi.
(Thomas Alva Edison)
Dengan visi yang sudah tertulis, maka harus
ada aksi yang harus dilakukan. Untuk mewujudkan visi itu menjadi sebuah impian
nyata, maka ada beberapa yang harus menjadi perhatian penting:
- Menempatkan orang yang tepat
Right man in the right place, at the right time, can steal millions.
(Gregory Nunn)
Mengapa masalah itu datang, karena
seringkali kita salah menempatkan orang. Terkadang kompetisi dan koneksi lebih
didahulukan daripada kompetensi. Makanya tidak aneh ketika terjadi penyalahgunaan
jabatan, karena memang mereka dipilih bukan berdasarkan keahlian yang dimiliki.
- Membuat kebijakan yang berkiblat pada kepentingan rakyat
Kebahagiaan rakyat, itulah hendaknya sebagai undang-undang tertinggi.
(Marcus Tullius Cicero)
Suara rakyat adalah suara Tuhan. Sebagai
pemimpin, kita harus memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan golongan
apalagi kepentingan pribadi.
- Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk kesejahteraan rakyat
Kekuasaan hanya memiliki satu tugas – untuk menjamin kesejahteraan social rakyat.
(Benjamin
Disraeli)
Sumber Daya Alam Indonesia itu meliputi
hutan, lautan, minyak bumi, gas alam dan batu bara. Hutan di wilayah Indonesia
itu merupakan hutan terluas ketiga di dunia. Tetapi, pembakaran hutan telah
menjadikan luas hutan Indonesia semakin berkurang.
Selain hutan, sebagain besar wilayah
Indonesia terdiri dari lautan. Karena itulah Indonesia mendapat julukan Negara maritim.
Potensi ikan laut Indonesia mencapai 6 juta ton per tahun. Potensi laut
Indonesia berada di urutan keempat di dunia.
Semua kekayaan alam itu tentu saja kalau dikelola
dengan tepat, maka akan menjadikan rakyat Indonesia sejahtera.
- Memaksimalkan Sumber Daya Manusia Indonesia
Indonesia harus mengandalkan pada sumber daya manusia yang berbudaya, merdeka, bebas, produktif, dan berdaya saing tinggi.
(B.J. Habibie)
Bank Dunia melaporkan Indeks Sumber Daya
Manusia Indonesia pada 2020 sebesar 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada
tahun 2018. Sebenarnya ketika kita memaksimalkan dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia, maka akan berdampak positif ke berbagai sektor.
Itulah beberapa hal yang seharusnya
difokuskan. Intinya, saat ini dibutuhkan peran generasi muda dengan pemikiran yang luar biasa. Negeri ini merindukan kehadiran pemimpin yang peka dan peduli dengan kondisi saat ini. Bersikap cerdas dan juga mencerdaskan rakyat. Berpihak
pada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, itulah poin penting
menjadi seorang pemimpin.
Tidak ada di dunia ini yang paling berbahaya daripada ketidakpedulian dan kebodohan.
(Marthin Luther King, Jr)
Referensi:
Anas, Abdullah Azwar. (2020). Creative
Collaboration. Jakarta: Penerbit Expose
Kasali, R. (2014). Let’s Change. Jakarta:
Kompas Gramedia
https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/44219/karhutla-dalam-lima-tahun-terakhir/