“A
house without books is like a room without windows.” (Horace Mann)
Membaca, sebuah
aktivitas yang paling menyenangkan di keluarga kecil kami. Bersyukur sekali
ketika saya dipertemukan dengan pasangan hidup yang memiliki hobi sama,
membaca. Itu pula salah satu alasan mengapa kami langsung klik meskipun tak
pernah saling mengenal sebelumnya.
Kami berdua
sama-sama yakin dengan memiliki pasangan yang hobi membaca, akan jauh lebih
enak untuk berdiskusi. Selain itu, kami juga sangat yakin, kebiasaan baik ini
akan menurun kepada keturunan kami.
Sejak hamil,
saya sudah membiasakan membacakan buku untuk buah hati. Bahkan ketika hamil
anak pertama, saya ngidam ke pameran buku di Jakarta. Saat itu saya masih hamil
muda. Tapi, karena keukeuh, akhirnya
saya berangkat dari Bandung ke Jakarta naik bus. Saking pengennya ke pameran
buku, saya dan suami berada di pameran dari pagi hingga pameran mau ditutup
pada malam hari. Oya, bersyukur kandungan saya tidak apa-apa, karena seharian
itu saya tidak terlalu bersemangat makan, hanya karena pengen puas-puasin
keliling ke semua stand plus mengikuti bedah bukunya Dr. Muahammad Syafii
Antonio.
Ketika anak
pertama lahir, saya mulai mengajaknya membaca buku. Saya tidak berpikir sudah
berapa buku yang ia sobek atau kena tumpahan makanan dan minuman. Selain
membacakan buku, saya dan suami pun memiliki jadwal khusus untuk mengajaknya ke
toko buku atau perpustakaan.
Tidak jauh berbeda
dengan kehamilan anak pertama. Pada saat hamil tua anak kedua pun, saya
memaksakan diri menghadiri kajian yang disampaikan Ustadz Salim A Fillah.
Alasannya, karena saya kagum dengan tulisan-tulisannya. Padahal saat itu, saya
sudah masuk masuk HPL dan dalam keadaan puasa pula. Tapi, saya berdoa agar Si
Adek lahirnya kalau udah ikut kajian aja. Dan, seminggu setelah menghadiri
kajian tersebut, saya melahirkan anak kedua dengan selamat.
Kebiasaan
membaca pun menurun kepada anak kedua kami. Meskipun saat ini usianya baru 2
tahun, tapi minat bacanya luar biasa. Setidaknya 3 sampai 5 buku, saya harus
membacakan buku untuknya setiap hari.
“Possible
thing is usual. Usual thing is forced or love.”
Saya dan suami
meyakini ini. Semua hal itu akan kembali pada satu kata, “kebiasaan”. Seseorang
akan bisa melakukan sesuatu ketika dibiasakan. Dan kebiasaan itu bisa dipaksa
atau karena memang suka.
Saya dan suami
bisa saja memaksa anak-anak untuk membaca. Tapi, sesuatu yang dipaksa, apalagi
bagi anak-anak, akan berdampak kurang baik. Kami ingin menanamkan kebiasaan
membaca dengan penuh cinta. Maka kuncinya ada pada “keteladanan”.
“Action
speaks louder than speak.”
Anak-anak kami
melihat kami sering membaca. Akhirnya, tanpa disadari, mereka akan mengikuti
kebiasaan ayah ibunya. Kami tidak pernah menyuruh apalagi memaksa, malah
sebaliknya. Mereka akan memaksa kami untuk membacakan buku.
Sebagai ibu,
saya sadari memiliki tugas yang jauh lebih berat. Bukankah ibu itu madrasah
pertama bagi anak-anaknya? Oleh karena itu, saya ingin menanamkan kebiasaan
baik tanpa membuat mereka terpaksa melakukannya.
Buku Itu Investasi
“Kok beli buku
terus?”
“Kok harga
bukunya mahal?”
“Kasihan masih
anak-anak, masa udah dikasih buku.”
Pernyataan-pernyataan
di atas sudah sering kami dengar. Kami tidak bisa memaksakan orang lain untuk
sepemahaman. Tapi, kami pun tidak ingin luluh hanya karena omongan mereka.
Bagi kami, buku
itu investasi. Ketika kami harus mengeluarkan sekian rupiah untuk membeli buku,
kami yakin itu akan sebanding dengan ilmu dan pemahaman yang kami dapatkan. Bahkan
saya dan suami akan berpikir berkali-kali untuk membeli barang lain daripada
untuk membeli buku.
Menumbuhkan
minat baca pada anak seperti halnya kita sedang menabur benih baik. Bahkan
hasilnya bisa langsung terlihat. Sebagai contoh, ketika saya dan suami ingin
menerapkan toilet training pada anak pertama kami, maka kami bacakan buku yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Contoh lain,
ketika saya dinyatakan positif hamil anak kedua. Maka saya bacakan buku tentang
sayang adik untuk anak pertama saya. Dan, anak pertama saya bisa menerima
kehadiran adiknya. Bahkan hingga saat ini, ia begitu sayang dengan adiknya.
Efek positif
lainnya dari membacakan buku bagi anak-anak sejak dini, kebiasaan-kebiasaan
baik bisa dengan mudah diterapkan. Misalnya saja saya bisa dengan mudah
mengajarkan kebiasaan baca doa, menggosok gigi, mandi, tidur sendiri dan masih banyak lagi,
hanya dengan membacakan buku kepada anak-anak sedini mungkin.
Membaca menjadi
candu bagi kami sekeluarga. Rasanya ada sesuatu yang hilang ketika kami tidak membaca.
Menumbuhkan kebiasaan memang tidak mudah, tapi menghilangkan kebiasaan juga
bukan hal yang gampang. Keduanya butuh niat dan usaha.
Aplikasi Let’s Read
Saat ini
menumbuhkan minat baca pada anak tidaklah susah. Banyak media yang bisa digunakan
untuk menumbuhkan kebiasan baik ini. Apalagi di era teknologi dan zamannya para
generasi Alpha. Kita harus semakin cerdas mencari cara agar si kecil memiliki
minat baca.
Untuk itulah,
kehadiran Let’s Read merupakan solusi bagi para orang tua dari Generasi Alpha. Let’s
Read merupakan perpustakaan digital buku cerita anak persembahan komunitas literasi
dan The Asia Foundation.
Let’s Read
digagas oleh Books for Asia, yakni program literasi yang telah berlangsung sejak
1954. Program tersebut menerima U.S. Library of Congress Literacy Awards atas
inovasi dalam promosi literasi pada Desember 2017.
Adapun misi
dari Let’s Read diantaranya:
Membudayakan kegemaran
membaca pada anak sejak dini melalui:
- Digitalisasi cerita bergambar
- Pengembangan cerita rakyat yang kaya kearifan local, dan
- Penerjemahan buku cerita anak berrkualitas terbitan dalam dan luar negeri ke dalam bahasa nasional dan ibu.
Kita bisa
mendapatkan banyak ratusan cerita bergambar di aplikasi Let’s Read. Pokoknya
momen membaca bagi anak-anak akan jauh lebih menyenangkan dengan aplikasi Let’s
Read. Jadi, mulai sekarang langsung deh unduh aplikasi Let’s Read yang bisa
membuat anak-anak semakin jatuh cinta untuk membaca buku. Untuk informasi lebih
jelas, langsung aja lihat di media sosial Facebook dan Instagram Let’s Read
Indonesia.
Let’s Read, And You’ll Find Something Different!
Bagi saya dan
suami, membaca buku bukan hanya sekadar mengeja kata dan mencerna kalimat.
Tapi, dengan membaca kami akan terus belajar menjadi orang tua yang hebat bagi
anak-anak kami.
Menanamkan
minat baca pada anak pun bukan sekadar membuat mereka bisa dan suka membaca.
Tapi, kita sedang menabur dan memupuk mental pembelajar. Dengan membaca mereka
akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih cerdas hati, cerdas pikir, dan cerdas
perilaku. Mereka tidak akan seperti katak dalam tempurung. Namun, mereka akan
menjadi seperti burung yang terbang bebas melihat dunia luas. Let’s read, and we can see the world!
Hebat ikh mba dah bacain buku buat anaknya sejak hamil. Aku mah sejak anak aku masih bayi hihihi. Allahadulillah usia 7 bulan dia udah tertarik banget ama buku. Seneng banget aku karena memang salaah satu mimpi aku anak aku mencintai ilmu adan ilmu itu salah satunya ada di bacaan. Sekarang selain baca lewat buku bisa juga lewat aplikasi baca let's read ini ya mba. Jadi penasaran aku
ReplyDeleteIya Mbak, memang aku udah niat gitu kalau punya anak pengen dia tuh suka buku. Alhamdulillah sekarang anak-anakku suka banget. Apalagi sekarang ada aplikasi let's read.
Deletegenerasi emas ini kalau dari kecil sudah demen baca, semoga dengan aplikasi jadi makin hobi baca si dede
ReplyDeleteAamiin. Ini semua hanya ikhtiar dalam mencerdeskan generasi, Mbak.
DeleteBuku adalah sebuah investasi. itu benar sekali mbak. Sayang nggak banyak orang yang menyadari itu. Semoga semakin kesini Indonesia bisa semakin tinggi angka minat terhadap membaca bukunya.
ReplyDeleteAamiin... Semoga saja ya, Mbak.
DeleteMembantu banget ada aplikasi let's read. Anakku jadi seneng banget dibacain cerita dari let's read. Dia minta diceritain lagi. Memang membaca perlu dikenalkan sejak dini
ReplyDeleteYap, betul. Membaca jadi lebih seru dan menyenangkan.
DeleteDuo AuRa, kedua anakku suka sekali aplikasi let's read inni mbak. Karena memang bagus dan keren banget. Btw trik kita sama, kami juga kasih nasehat lewat cerita. Jadi pilih buku sesuai dengan yang ingin disampaikan ternyata emang lebih mudah diterima sang anak ya mbak.
ReplyDeleteTosss dulu dong kalau gitu :)
DeleteBenar mbak, kecintaan pada buku bisa dipupuk semenjak dini. Agar kelak anak punya minat baca yg tinggi
ReplyDeleteYap, betul banget, Mbak...
DeleteSekarang sudah ada aplikasi Let's Read jadi semakin cinta deh minat baca anak dan bagi orang tua lebih mudah ya untuk mengajarkan anaknya
ReplyDeleteBetul banget, Bun...
DeleteSenang banget dengan quote nya mbak, memang rumah tanpa buku itu agak hambar. Sampai saya mendirikan perpustakaan pribadi di rumah mbak. Btw saya juga pakai aplikasi lets read ini untuk anak-anak mbak.
ReplyDeleteRumah tanpa buku tuh sumpek, nggak ada 'udara ilmu' yang masuk :)
DeleteAlhamdulillah, asyik ya aplikasi ini membuat kita punya buku bacaan melimpah untuk anak
ReplyDeleteYa, Mbak. Bantu banget nih apikasi.
DeleteUstadz Salim A Fillah juga favoritku karena tulisannya bagus bagus, btw saya juga sudah pakai aplikasi Lets Read memang banyak fitur bermanfaat
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mba punya suami yang hobi membaca juga, kalau suami saya tidak suka membaca dan jadi tantangan luar biasa bagi saya untuk menumbuhkan minat baca pada abak-anak
ReplyDeletesetuju banget, mbak, buku memang sebaik-baiknya jendela dunia dan sahabat untuk manusia. kalaupun tidak ada buku fisik, buku elektronik pun sangat mungkin untuk dibaca :D
ReplyDeletemantap, mbak. memang perlu konsistensi banget ya buat mengenalkan anak ke dunia buku dan mencintainya. saya sendiri masih berjuang nih mengajak anak suka membaca soalnya anaknya sudah keduluan kenal gadget
ReplyDeleteWah menarik sekali judul artikelnya ini Let’s read, and we can see the world! Aplikasinya juga sepertinya oke banget nih. Saya mau coba unduh juga ah manfaatkan untuk menumbuhkan minat baca pada anak saya :)
ReplyDelete