“Backpackeran lagi,
yuk!” ajak suami.
Ah, kalau mendengar ajakan itu, rasanya
sulit untuk menolak. Sebagai guru private 24 jam dari 2 bocah, jalan-jalan itu
salah cara pembelajaran bagi anak-anak. #NyariAlasan hehehe… Tapi, selain itu,
sebagai aktivis kuliner, jalan-jalan itu sebagai salah satu cara menampung
inspirasi dari berbagai rasa makanan baru. Oya, satu lagi nih alasan yang
paling sesuai dan lubuk hati yang paling dalam, bagi emak-emak yang dinas di
rumah dari mulai matahari terbit sampai terbenam, jalan-jalan itu sebuah
kenikmatan dan hadiah yang luar biasa.
Eh, tapi serius nih… Kenapa sih aku dan
suami senang banget jalan-jalan. Padahal kami tuh rumah aja masih ngontrak,
mobil belum punya, tabungan juga nggak banyak-banyak. Tapi, kok kami nekat
banget ya, buat jalan-jalan. Dari mana uangnya? Sayang kan uangnya kalau
dipakai jalan-jalan, mending ditabung?
Ah, meskipun tabungan kami masih berdigit pendek, tapi pemikiran
kami nggak sependek itu. Nabung ya nabung. Punya rumah? Ya, harus atuh. Ini
juga lagi berusaha. Tapi, hidup itu harus dinikmati. Dan, yang terpenting kita
harus bisa meninggalkan kenangan indah untuk orang-orang terdekat kita. Selagi
masih ada promo, jalan-jalan masih bisa disiasati kok.
#PemburuPromo #TravellerModalNekat
Tapi, aku dan suami memang mencari sebuah esensi dari aktivitas
jalan-jalan yang kami lakukan. Esensi. Aihhh… Sok gaya ya, ngomongnya,
esensi. Temannya es tong-tong? Hehehe… Sekali lagi, ini serius lho. Aku dan
suami senang banget keliling, ya mulai dari sekitaran kota Jember sampai
backpackeran ke Jakarta dan Bandung dengan bawa batita dan baduta, itu punya
alasan dan tujuan. Ini salah satu cara kami merawat kelekatan satu sama lain.
Karena kami yakin dengan melakukan perjalanan, kami akan jauh lebih memahami.
Bukankah berumah tangga juga sebuah perjalanan cinta tanpa jeda?
Aiihh… bahasanya udah mulai bikin baper
nih… Ok, ok… kembali ke soal perjalanan sebenarnya ya… J Sebagai
pendatang di kota tembakau ini, keliling ke pelosok Jember memang menjadi
sesuatu yang baru dan mengasyikkan bagi si aku ini. Pulang-pulang bisa jadi
bahan tulisan tuh. Apalagi dengan menghadapi orang-orang keturunan Madura yang
masih kental dengan bahasanya, roaming tingkat internasional
deh. Senyuman menjadi bahasa universal dan bisa diterima oleh siapapun. Oya,
yang bikin ketagihan juga mencoba berbagai macam kuliner baru khas bumi
pendhalungan ini yang belum pernah aku coba.
Nah, ceritanya akhir tahun 2018 kemarin
kami menjajal backpackeran dengan membawa duo krucil. Setelah melakukan
backpackeran perdana membawa dua bocah yang aktifnya nggak ketulungan, kami
mulai kecanduan. Ya, kami di tahun ini pun kami berencana ingin mengajak mereka
meng-explore kota Malang dan Batu. Kenapa dua kota itu?
Hmmm… Kembali ke alasan pertama, karena
emaknya memiliki jiwa guru private yang tinggi, jadi pengen banget ngajarin
kedua krucil untuk tawa satwa secara langsung. Secara kan otak mereka masih
bersih jadi mau menginstall program apapun, dengan mudah bisa langsung masuk
dengan cepat. Nah, karena jiwa bertanya yang luar biasa, dua kota itu bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang satwa yang selama ini sering
diajukan kepada emaknya ini.
Kenapa nggak ke Bandung dan Jakarta. Oh,
itu sih pasti setiap tahun kita harus ke sana. Tapi, kalau dua kota itu harus
punya waktu yang lumayan luang. Soalnya kan sekalian pulang kampung. Tapi, kita
memang sudah merencakan untuk backpackeran lagi ke ibu kota dan kota kembang.
Masa sebagai warga Indonesia nggak nyobain MRT, sama sekalian juga pengen tahu
Taman Dilan hehehe…
Nah, kalau yang lagi direncanakan dalam
waktu dekat sih, ya kota Batu dan Malang. Soalnya aku dan suami sudah kepalang
janji juga sama anak pertama kami. Jadi ya, mau nggak mau ya harus tetap jadi
backpackeran ke dua kota tersebut, meskipun masih melihat waktu dan menghitung
budget juga.
Karena alasan itulah, terutama alasan yang
kedua sih, aku ikutan kompetisi ini. Siapa tahu dapat rezeki lewat tiket.com.
Seandainya aku mendapatkan Harga
Gledek, ya pingin banget mewujudkan rencana yang sempat tertunda.
Karena jujur aja nih ya,
se-backpacker-backpackeran, kalau bawa dua batita dan baduta mah ya kudu aja
nyiapin dana berlebih. Namanya anak, kan suka unpredictable. Kalau
kita bisa menahan diri untuk nggak makan atau jajan di kereta, misalnya. Nah,
anak-anak, bisa nangis kejer bin cranky kalau sampai ada keinginanya yang nggak
bisa didapatkan.
Sebenarnya kalau anak-anakku masih bisa
dikondisikan sih. Tapi, itung-itungan kemarin aja pas backpackeran ke Jakarta
dan Bandung, selalu ada biaya tak terduga. Misalnya nih, sudah direncakan makan
di tempat A biar sesuai dengan rencana budget yang dikelauarkan. Eh, tapi
tiba-tiba ayam crispy dengan merek terkenal di depan mata bocah. Ya, sudahlah
ganti rencana deh. Bukan karena nangis juga sih, tapi karena itu makanan
favoritnya, dia langsung melipir aja masuk.
Oya, kalau seandainya menang nih. Pede
amat ya si aku ini hehehe… Ya, kan punya impian yang positif itu harus lho. Ya,
ini sih seandainya, ini bakalan jadi hadiah ultah diriku juga. Jadi,
itung-itung membahagiakan emak-emak yang sehari-hari bertugas di rumah ini.
Nah, jadi jelas kan, alasannya ada tiga, kenapa emak-emak ini ngebet banget pingin menangin Harga Gledek. Kalau kata
peribahasa sih, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Niat awalnya
pingin nyenengin anak, tapi sekalian juga emaknya senang karena refreshing plus
punya bahan buat dituangin di blog. Dan, yang terpenting bisa merawat cinta
bareng pasangan dan anak-anak juga. Cakep kan?
No comments:
Post a Comment