Menyesal. Satu
kata yang sebenarnya saya paling tidak suka. Bagi saya sih, let bygones be bygones. Nggak perlu riweuh juga harus kembali masa lalu. Seburuk
apapun masa lalu, bukan untuk disesalkan tapi dijadikan bahan pembelajaran
saja. So wise banget ya hahaha…
Tapi, serius
nih, saya bilang, apa yang saya tulis itu memang nggak semudah melakukannya
juga. Semuanya butuh proses. Saya juga pernah mengalami masa-masa dimana saya
menyesali apa yang sudah saya perbuat. Namun, kejadian demi kejadian membuat
saya mulai belajar sedikti demi sedikit untuk lebih berdamai dengan diri
sendiri, sampai sekarang.
Ya, sampai
detik ini pun saya masih terus belajar ikhlas. Ikhlas dengan apa yang sudah
terjadi. Ehmm… Tapi, kalau ada yang memaksa bertanya, apa sih sebenarnya yang
saya pernah sesalkan sebelum saya berdamai dengan diri sendiri?
Ehmm… kalau
boleh saya membahas, saya dulu sempat menyesal karena saya tidak memanfaatkan
kesempatan untuk mengambil kuliah dengan jalur tanpa tes. Saat itu, saya terlalu
tidak percaya diri dengan kemampuan diri sendiri.
Ya, dulu, saya
itu sangat takut mencoba, menilai bahwa saya tidak memiliki kemampuan seperti
teman-teman yang lain. Padahal banyak orang menyadarkan kalau saya mampu. Mulai
dari orang tua, guru, kakak-kakak, termasuk teman-teman semua mengatakan kalau
saya bisa. Tapi, kembali lagi, saya terlalu takut untuk mengakui kalau saya
bisa.
Karena tertalu
penakut dan pemalu, akhirnya saya kehilangan kesempatan emas untuk kuliah di
kampus idaman saya. Saya baru tersadar ketika tahu banyak teman-teman dengan
kemampuan di bawah saya. Saat itu, saya hanya bisa menangisi apa yang terjadi.
Sejak kejadian
itu, saya seperti tertampar. Saya mulai berani untuk mengangkat wajah. Saya
mulai berbenah diri. Saya belajar untuk memahami apa kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki. Dan, yang terpenting saya terus belajar untuk berdamai dengan
diri sendiri.
Ya, kegagalan
melanjutkan kuliah di universitas impian, membuat saya terbangun dari tidur
panjang. Kejadian itu memang sangat mengena di hati saya, apalagi ketika
melihat dan mendengar teman-teman yang kuliah di sana. Ah, rasanya pengen
nyungsepin kepala di bawah bantal dan nangis di kamar seharian
Tapi, itu
awalnya saja, karena hidup itu berproses juga, kan? Saat ini, malah saya
bersyukur dengan alur cerita hidup saya. Ada banyak kisah menyenangkan dan tak
terlupakan yang saya alami. Kegagalan yang dulu pernah saya rasakan hanyalah
satu kalimat dari ratusan halaman kisah hidup. So, I don’t like to say ‘if’. Karena ketika sesuatu itu sudah
terjadi, akan ada hikmah yang pasti bisa kita ambil. Life is a process to understand life itself.
No comments:
Post a Comment