“Ibu, Dedek Azka pengen ke ka’bah sama Ayah, Ibu, Adek.”
“Ibu, Dedek Azka pengen ke masjid yang bagus.”
"Ibu, Dedek Azka pengen ke ka'bah."
Anak pertama
saya memang sangat excited dengan ka’bah dan masjid. Dua tempat itu sepertinya sudah
tersimpan rapih di alam bawah sadarnya. Setiap kali diajak membaca buku atau
melihat video yang ada masjid dan ka’bah, ia selalu mengatakan hal yang sama
kalau ingin mengunjunginya.
Kalau untuk masjid,
saya dan suami masih bisa mengajaknya ke masjid yang ada di daerah rumah. Tapi,
kalau keinginannya untuk ke ka’bah, ini yang selalu kami katakan, “Insya Allah nanti kita kesana sama-sama”.
Ya, semoga saja bisa menjadi doa juga buat kami. Aamiin…
Sejak anak
pertama saya begitu excited-nya dengan hal-hal yang berhubungan dengan masjid,
saya mencoba menggoreskan satu impian dalam dream book. Saya ingin sekali
mengajak anak-anak mengunjungi bumi para nabi. Saya memiliki impian untuk memperkenalkannya
dengan jejak para nabi dan sejarah Islam.
Dalam impian saya,
ingin sekali mengajaknya menyapa Masjidil Haram. Saya tidak bisa membayangkan
bagaimana ekspresi kekaguman anak hebat ketika melihat ornamen masjidnya. Karena,
di sini pun, ketika diajak ke masjid yang bagus, ia kan sulit kami ajak pulang.
Selain
mengajaknya ke masjidil haram, saya pun ingin mengajaknya menjejaki sejarah Islam
di Benua Eropa. Ia harus tahu bagaimana Islam pernah berjaya di sana. Saya
ingin memperkenalkan peninggalan-peninggalan kejayaan Islam di sana.
Untuk apa? Agar
kelak ia bisa mencintai agamanya karena kekaguman bukan karena warisan atau
paksaan dari orang tuanya. Saya pun ingin ia bangga dengan agamanya dengan
melihat dan mengenal sejarah serta perjuangan para pembela agama Allah.
Kenapa harus
diajak ke masjidil haram? Kenapa harus diperlihatkan ka’bah secara langsung?
Kenapa juga harus diperkenalkan jejak sejarah Islam?
Bagi saya dan
suami, zaman yang dialami anak-anak kami tentunya akan jauh berbeda dengan
zaman kami. Godaan dan juga rintangan untuk mencintai agamanya akan jauh lebih
berat. Karena itulah, ia harus kami beri benteng pemahaman dan rasa cinta yang
kuat sejak dini.
Mengajaknya
menyapa bumi para nabi, akan menjadi cara paling menyenangkan untuk memasukkan
data ke dalam memori alam bawah sadarnya. Saya dan suami bukan tidak ingin mengajaknya
berjalan-jalan ke negara-negara tujuan wisata lainnya. Tapi, ada impian yang
tersirat dan jauh lebih bernilai positif dengan mengajaknya ke destinasi wisata
religi.
No comments:
Post a Comment