Bahagi itu
sederhana. Sebuah ungkapan yang sangat familiar di telinga kita. Tapi, apa
benar bahagia itu sederhana? Apa betul menjadi bahagia itu semudah kita
mengucapkannya?
Saya tidak akan
sok bijak dengan mengatakan bahagia itu sangat sederhana. Karena saya sendiri
terkadang tidak bisa tersenyum lebar ketika hati dan pikiran sedang tak enak. Namun,
perlu kita sadari bersama, kita itu manusia. Pastilah ada sisi kesadaran
tersendiri untuk mengaminkan ungkapan tersebut.
Saya pribadi
pun, yang masih sering mengeluh dan belum bisa sebijak orang lain, mengakui
kalau sebenarnya menjadi bahagia itu sederhana. Bagi saya ada 5 hal yang bisa
membuat saya tersenyum penuh syukur di tengah kondisi hati dan pikiran tak
menentu. Apa aja kelima kebahagiaan sederhana versi saya? Taraaa… Ini dia 5
kebahagiaan sederhana versi Intan Daswan:
1.
Melihat suami dan anak-anak sehat dan senantiasa dekat
dengan Allah
Entah
kenapa, saya tidak pernah putus berdoa agar suami dan anak-anak senantiasa
diberikan kesehatan. Bagi saya, nikmat sehat itu jauh lebih berharga daripada
apapun. Selain itu, saya merasa sangat bahagia ketika melihat suami dan
anak-anak dekat dengan Allah. Apalagi yang hendak dicari selain ketenangan
melihat orang-orang yang disayangi dengan Allah Swt.
Bahasa
cinta saya itu salah satunya quality time. Saya jauh akan lebih senang ketika
suami mau berlama-lama berbagi cerita dengan saya. Bagi saya, kehadiran fisik
dan juga pikiran jauh lebih penting dan berharga daripada limpahan hadiah atau
harta.
Bagi
seorang yang passion-nya di dunia kata, bisa menuis setiap hari itu kebahagiaan
tersendiri lho. Termasuk berhasil posting setiap hari meski harus terjeda
tangis dan demoan 2 krucil hehehe… Bagi saya, ada kepuasan tersendiri kalau
postingan udah nongol di blog. Ah, rasanya seperti berhasil melewati perjuangan
yang luar biasa gitu hehehe…
Nah,
ini nih yang selalu dirindu setiap wanita di seluruh dunia. Memiliki badan
idela meski sudah melahirkan dan dalam kondisi menyusui. Bagi saya, yang
sebelum menikah memiliki berat badan selalu di angka 45 atau 46, ini menjadi PR
besar bagi saya untuk turun 3 kg lagi. It’s
so hard. Maklum setelah jadi emak-emak, jadi lebih nyunnah, mubazir kalau
lihat sisa makan anak tuh hahaha…
Ah,
baper deh kalau nulis ini. Maklum bisa bertemu mereka satu tahun sekali saja
sudah sangat bersyukur. Risiko jadi perantau mah gini ya? Mau ketemua orang tua
aja, nggak bisa setiap hari. Tapi, saya tidak menyesali jalan hidup lho. Karena
itu, dengan kecanggihan teknologi, saya bersyukur masih bisa nelpon atau video
call-an sama keduanya.
Bagi saya,
kelima itulah kebahagiaan sederhana yang saya rasakan. Bukan karena saya
bergelimang harta, lantas saya bahagia. Bukan pula karena limpahan hadiah dari
suami, saya bisa tersenyum. Cukup 5 hal tersebut, maka saya sudah akan merasa
sangat bahagia.
No comments:
Post a Comment