RESENSI NOVEL PERGI (TERE LIYE)
Intan Daswan
August 30, 2018
0 Comments
Judul :
Pergi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan : IV
Bulan/Tahun :
Juni / 2018
Tebal Halaman :
455 halaman
Bujang yang
memiliki nama asli Agam dan dikenal dengan sebutan Si Babi Hutan. Anak seorang
tukang pukul dan dididik serta dibesarkan oleh Keluarga Tong. Meski ia terlahir
dari rahim seorang ibu dari keluarga yang religius, tapi ia tumbuh dalam atmosfer
yang kental dengan kekerasan. Namun, pesan dan didikan dari ibunya pun melekat
kuat. Meski ia terkenal sebagai seorang tukang pukul yang tiada tanding, tapi
ia tak pernah sedikit pun menyentuh minuman keras.
Bujang, yang
saat ini menjadi seorang Tauke Besar dan memiliki kewenangan untuk menentukan
mau dibawa kemana Keluarga Tong. Keluarga Tong adalah bagian dari keluarga
penguasa shadow economy di Asia
Pasifik. Shadow economy itu ekonomi yang berjalan di ruang hitam, seperti black market, underground economy. Tanpa diketahui oleh orang banyak ada delapan keluarga
penguasa shadow economy. Kedelapan
penguasa tersebut ialah Keluarga Tong, Keluarga Lin di Makau, El Pacho di
Meksiko, satu di Miami Florida, satu di Tokyo, satu di Beijing, satu di Moskow,
dan satu lagi kepala dari seluruh keluarga, Master Dragon di Hong Kong.
Perjalanannya
kali ini ke Meksiko karena alasan satu misi. Ia mendapat kabar dari Parwez.
Parwez dalam susunan Keluarga Tong tepat berada di bawah Bujang sebagai Tauke
Besar. Ya, hanya ada Parwez dan Togar yang bisa kapanpun untuk menghubungi
Bujang. Parwez mengurusi bisnis legal, sedangkan Togar adalah kepala tukang
pukul, mengurusi kekerasan – posisi yang dulu ditempati oleh Samad, bapaknya
Bujang, kemudian digantikan Kopong, lantas digantikan oleh Basyir.
Parwez
memberinya kabar bahwa salah satu riset teknologi yang didanai oleh Keluarga
Tong telah dicuri oleh kelompok lain. Teknologi tersebut sangat penting karena
bisa mendeteksi serangan siber. Bujang tidak rela prototype benda yang siap diuji coba itu jatuh kepada kelompok
lain. Menurut intelejen Keluarga Tong, tekonologi tersebut dicuri oleh El Pacho,
sindikat penyelundup narkoba terbesar di Amerika Selatan. Benda tersebut akan
segera dibawa ke Los Angeles, Amerika Serikat, pusat kerajaan narkoba mereka. El
Pacho membutuhkan teknologi itu untuk melindungi rekening uang haram mereka.
Bujang
berangkat ditemani oleh Salonga yang merupakan ahli pistol terbaik se-Asia
Pasifik, dan tentu saja bagian dari Keluarga Tong. Ada juga White beserta Si
Kembar (Yuki dan Kiko) yang ikut serta dalam misi tersebut.
Setibanya di
markas El Pacho, mereka langsung mendekat ke kontainer kereta api yang
dikabarkan teknologi tersebut ada di dalamnya. Mereka harus berhadapan dengan sicario (tukang pukul bayaran) El Pacho.
Tapi mereka berhasil mendekat ke arah kontainer. Namun, ketika mereka sudah
dekat dengan kontainer tujuan, tiba-tiba ada sosok bertopeng yang menembaki
sisa sicario.
Sosok itu
mengenal Bujang, bahkan nama aslinya. Ia pun menantang Bujang untuk bertarung
untuk memperebutkan teknologi tersebut. Tapi sayang, Bujang kalah dan
tekonologi itu berhasil dibawa oleh sosok yang tidak ada satu orang pun dari
mereka yang mengenalnya. Namun, ada satu kata yang menjadi kata kunci yang
terdengar oleh Salonga, Hermanito.
Bujang terus
mencari cara agar tekonologi tersebut bisa kembali ke tangan Keluarga Tong. Tidak
hanya itu, ia pun penasaran siapa sosok yang tiba-tiba muncul dan mengenal
dirinya itu. Ia mulai mencari tahu cerita masa lalu tentang dirinya.
Setelah
pertemuannya dengan sosok bertopeng tersebut, Bujang mulai mencari tahu masa
lalu tentang dirinya, bapak dan ibunya. Ia pun merelakan waktu dan pikirannya
terbagi untuk merebut kembali tekonolgi yang dicuri dan juga membuka teka-teki
siapa sosok bertopeng itu. Meskipun tetaplah menemukan dan merebut kembali
tekonologi itu ialah prioritas utama bagi Bujang.
Bujang memang
tidak bisa lengah dari tugasnya sebagai Tauke Besar, karena pastilah penguasa
lain akan mencari celah untuk merebut dan memperluas daerah kekuasaannya.
Bahkan perjalanan menuju Hong Kong harus dibatalkan dan kembali ke Ibu Kota
Provinsi karena Togar memberi kabar bahwa orang suruhan Master Dragon menaruh
bom di pusat perbankan Keluarga Tong. Tapi, semua itu berhasil ditangani dengan
cerdas oleh Bujang.
Ditengah pikiran
yang masih dipenuhi strategi agar teknologi itu bisa cepat kembali, Bujang
memutuskan untu menemuni Tuanku Imam, adik dari ibunya, Midah. Ia mencari tahu
kisah masa lalu bapaknya. Ia pun mengunjungi rumah yang dulu diceritakan sempat
ditinggali bapak beserta istri pertamanya.
Dengan
kecerdasan dari Rambang, anak dari Lubai, seorang tukang pukul kepercayaan
Tauke Besar dulu, akhirnya Bujang menemukan titik cerah dari sosok bertopeng
tersebut. Ada beberapa surat yang tertimbun namun dengan bantuan seorang
professor, akhirnya bisa terbaca, dan dapat memberikan banyak informasi bagi
Bujang.
Sebagai ucapan terima
kasih dan juga kagum dengan kecerdasan Rambang, Bujang pun meminta izin kepada
Lubai untuk mendidik anaknya itu. Lubai dan Bibi Kim merasa tersanjung dengan
permintaan Bujang tersebut. Tapi, niat Bujang harus terhenti ketika Rambang harus
tewas tertembak karena ia mencoba melindunginya dari serapan sniper suruhan
Master Dragon. Namun, tepat sebelum Rambang dikebumikan, sniper itu bisa
tertangkap dan dijatuhkan langsung dari ketinggian. Video kematian tragis si
sniper sengaja disebar agar menjadi pelajaran bagi siapapun.
Setelah prosesi
pemakaman Rambang, Bujang mengumpulkan semua orang-orangnya. Mereka mulai
menyusun strategi untuk membalas Master Dragon. Bujang memiliki ide agar dua
penguasa shadow economy bisa
bergabung dengan Keluarga Tong. Bujang berharap agar Yamaguchi di Jepang dan
Krestniy Otets, pimpinan Bratva di Rusia bisa bersekutu dengan Keluarga Tong.
Undangan dari
Yamaguchi untuk menghadiri pernikahan putri bungsunya dijadikan waktu paling
tepat untuk menyatakan ide ini. Gayung bersambut, Yamaguchi mau bergabung
dengan Keluarga Tong untuk menghancurkan Master Dragon. Selain itu, peristiwa
yang tidak akan dilupakan pada pesta pernikahan putri bungsu Yamaguchi pun
menjadi alasan kuat untuk membalas dendam kepada Master Dragon.
Bujang pun
mulai mendatangi Otets di Moskow, Rusia. Otets mau bergabung dengan Keluarga
Tong dan Keluarga Yamaguchi tapi dengan satu syarat. Awalnya Bujang merasa
keberatan dengan syarat tersebut, tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Dan,
akhirnya karena syaratnya terpenuhi, Otets pun mau bersekutu dengan dua
penguasa shadow economy tersebut.
Ketiga penguasa
shadow economy itu berkumpul dan merencanakan sebuah strategi. Bujang memiliki
ide untuk meruntuhkan Grand Lisabon, tempat bernaung Master Dragon. Dengan persiapan
yang matang mereka pun menyerbu Hong Kong. Bujang merasa idenya ini sangat
brilian untuk menjatuhkan Master Dragon. Ia pun merasa tidak ada kesulitan yang
berarti untuk memasuki daerah kekuasaan Master Dragon.
Tapi, Bujang
keliru. Master Dragon memang tidak bisa dianggap enteng. Ia sudah mencium akan
kedatangan tiga penguasa shadow economy.
Master Dragon sudah menyusun rencana yang jauh lebih cerdik. Ia pun sudah
meminta Yurii, si pembuat bom untuk merakit bom penghancur yang canggih.
Tanpa disadari
oleh Bujang dan juga sekutunya, ketika mereka mulai memasuki Hong Kong,
ternyata ada kabar kalau anak buah Master Dragon berhasil memasuki daerah
kekuasaan Keluarga Tong, Keluarga Yamaguchi dan juga Keluarga Bratva. Bujang
merasa idenya gagal dan berpikir inilah akhir dari semuanya.
Tapi, di saat kondisi
yang sudah sangat terhimpit, tiba-tiba malaikat penolong datang. Dan, sosok
bertopeng itu kembali muncul. Namun, kali ini Bujang sudah sangat mengenalnya
dari surat-surat yang telah baca.
Diego Samad,
Bujang kini tahu namanya. Tidak hanya mengetahui namanya, namun ia tahu siapa
Diego Samad itu. Semua teka-teki tentangnya sudah terpecahkan dari surat-surat
yang ia baca.
Diego datang di
saat yang tepat. Diego membantu Bujang untuk mengalahkan Master Dragon. Dan, di
tempat yang berbeda Basyir, yang dulu sempat disebut sebagai pengkhianat,
datang bersama Brigade Tong untuk menyelamatkan markas mereka. Mereka berhasil
memukul mundur lawan.
Setelah
kehancuran Master Dragon, Bujang menemui Diego. Ia ingin berterima kasih kepada
Diego. Tapi, ternyata Diego melakukan itu semua bukan untuk membantu Bujang. Ia
hanya ingin menghancurkan semua penguasa shadow
economy. Ia mengajak Bujang. Namun, Bujang menolak untuk bergabung. Bujang
memilih untuk pergi. Dan, ia tahu kemana ia akan pergi.
Novel Pergi ini
banyak sekali mengajarkan filosofi kehidupan. Dengan gaya bahasa khas Tere Liye
membuat kita sebagai pembaca benar-benar dibawa ke dalam alur cerita. Dari
mulai alur hingga akhir cerita tidak bisa ditebak. Memang karya-karya Tere Liye
sudah tidak bisa diragukan lagi, termasuk novel “Pergi” ini. Pokoknya, novel
ini harus dibaca oleh siapapun yang ingin belajar tentang bagaimana memaknai kehidupan.