Judul Buku : Jalani, Nikmati, Syukuri
Penulis : Dwi Swiknyo
Penerbit : Noktah
Tebal Halaman : 260 Halaman
Tahun Cetak : 2018
Cetakan : Pertama
Harga :
Rp. 70.000,00
Apa
artinya pekerjaan bergengsi, tapi bikin kita mudah stress?
Apa
artinya status sosial yang tinggi kalau membuat jiwa kita kering?
Apa
artinya kesuksesan kalau akhirnya membuat kita sakit-sakitan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin
sering mampir di pikiran kita. Bukan untuk bertanya tentang kondisi orang lain,
tapi lebih tepatnya bertanya pada
diri sendiri. Mungkin terlihat sederhana, tapi pertanyaan tersebut memang
sering mengusik kita.
Tidak sedikit orang yang merasa lelah
dengan rutinitas yang ia lakukan. Merasa apa yang didapatkannya tidak sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Semangat hidup perlahan hilang. Kita hanya
merasa hidup ini semakin tak berarah. Seringkali merasa kebahagiaan tak pernah
menyapa hidupnya. Tidak hanya itu, terkadang kita menyalahkan Allah dengan
segala apa yang terjadi atas diri kita.
Tetaplah berbahagia. Karena semakin besar
rasa khawatir di dalam hati, semakin gelisah, semakin besar rasa takut atas
segala urusan dunia, maka semakin tinggi pula tingkat kepasrahan kita kepada
Allah. Rasa butuh kepada Allah pun semakin besar. Bahkan setingkat Rasul pun - yang sudah dijamin kemenangan pasukannya - masih terus berdoa, mendekatkan diri, dan memohon pertolongan Allah pada saat mau perang. (Hal. 15)
Lalu, apa yang salah dengan diri kita.
Apakaha selama ini kita tidak pernah benar-benar mengenal siapa diri ini dan
apa sebenarnya tujuan hidup kita?
Dalam buku ini dijelaskan tentang 4 janji
Allah kepada kita, yaitu:
1.
“Jika kalian bersyukur, maka akan Aku
tambahkan (nikmat-Ku) untuk kalian.” (Q.S. Ibrahim [14] : 7).
2.
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada
kalian.” (Q.S. A-Baqarah [2] : 152).
3.
Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku kabulkan untuk
kalian.” (Q.S. Al-Mu’min [40] : 60)
4. “Tidaklah Allah mengazab mereka selama
mereka memohon ampun (beristighfar kepada Allah).” (Q.S. Al-Anfaal [8] : 33)
(Hal. 23)
Kalau kita melihat dan memahami kembali
tentang janji Allah tersebut, tentunya tidak ada lagi keraguan dalam menjalani
kehidupan ini. Kita sudah yakin akan semua yang sudah Allah tentukan untuk
kita. Tidak ada lagi perasaan mengeluh atau bahkan menyalahkan Allah.
Protes
(Mengeluh) è Berprasangka Buruk kepada Allah èDurhaka
(Hal. 35)
Intinya memang ada pada bagaimana kita
melihat dan menyikapi kehidupan ini. Ketika kita melihat dari sisi positif, dan
menyikapinya dengan positif pula, maka kebahagiaan itu dekat. Memang tidak
mudah dan semuanya membutuhkan proses. Proses belajar memahami tujuan hidup
yang sesungguhnya.
Bersiaplah. Bertawakal sedari awal. Sebab
selalu ada celah untuk kita kecewa. Sekali lagi, meskipun itu hak kita. Benar
sekali bahawa rezeki itu tidak bakal tertukar, tetapi bukan itu masalahnya. Ini
hanya masalah bagaimana cara kita mengelola rasa bahagia pada sesuatu yang
belum (atau baru akan) kita nikmati. (Hal. 43)
Buku ini memang menyajikan beberapa
permasalahan yang biasa kita rasakan sehari-hari. Selain itu, penulis juga
memberikan tips dan solusi yang berdasarakan Al-Quran, hadits dan juga pengalaman
yang ia alami sendiri. Ada 50 bahasan yang dikupas oleh penulis, diantaranya:
1.
Jangan Lupa Bahagia
2.
Yang Penting Yakin
3.
Belajar Menerima
4.
Belajar Melepaskan
5.
Kembali Belajar Melepaskan
6.
Belajar Bahagia
7.
Kejutan dari Allah
8.
Nilai Diri Kita
9.
Insenti dari Allah
10. Kontes
Kesengsaraan
11. Upaya
Memberi Nilai
12. Kaya
Belum Tentu Enak
13. Hidup
Modal Dendam
14. 7
Tanda Kebahagiaan
15. Kesengsaraan
Itu Hanya Ilusi
16. Ajaibnya
Tiga Kata
17. Jangan
Gampang Protes
18. Tersakiti
Saat Berbagi
19. Selalu
Ada Pilihan
20. Diskusi,
Bukan Debat
21. Kebencian
Itu Mematikan
22. Ketika
Semua Serba Salah
23. Seni
Memaklumi
24. Rumus
9 Barangkali
25. Ketemu
Jalan Buntu
26. Ketika
Kita Difitnah
27. Kesuksesan
yang Tertukar?
28. Kesuksesan
Kita Berbeda
29. Ketika
Hidup Terasa Menjenuhkan
30. Apa
Kamu Mudah Stress?
31. Jangan
Terlalu Serius
32. Tampil
Lebih Kreatif
33. Hiduplah
Hari Ini
34. Berdamai
Dengan Diri Sendiri
35. Berani
Ambil Risiko
36. Kemudahan
Belum Tentu Baik
37. Awas
Budaya Instan
38. Bukan
untuk Dipamerkan
39. Ternyata
Aku Salah
40. Tidak
Perlu Minder
41. Ketika
Salah Jadi Sumber Tawa
42. Jangan
Gampang Baper
43. Manjakan
Diri Sendiri
44. Haters
Itu Anugerah
45. Siapa
Sebenarnya Teman Kita?
46. Allah
Selalu Punya Rahasia
47. Apa
yang Sebenarnya Kita Miliki?
48. Mencoba
Tetap Bertahan
49. Bersyukur
Saat Dipuji
50. Allah
Maha Baik
Bahasan-bahasan di atas disajikan dengan
bahasa yang ringan dan renyah. Kita tidak merasa digurui, meskipun ada banyak
pelajaran yang kita dapatkan. Gaya tutur penulis begitu apik, sehingga kita
seakan-akan diajak ngobrol langsung.
Pembahasan setiap temanya pun tidak
terlalu panjang sehingga tidak membuat orang bosan. Tidak hanya itu, adanya sisipan
cerita, kisah nyata dan juga komik menjadikan kita begitu menikmati setiap
babnya. Kita juga bisa membaca dari bagian mana saja yang kita inginkan, tidak
perlu berurutan dari halaman pertama sampai terakhir, dan tentu saja kita akan
tetap paham dan mendapatkan esensi dari buku ini.
Oya, kalau dilihat dari tampilannya pun,
asyik banget nih buku. Dari mulai cover
sampai lay out isinya, semuanya asyik
dan keren banget. Apalagi ditambah kertas yang berwarna biru tidak membuat mata
kita lelah dan bosan untuk terus menatapnya. Untuk ukuran, buku inipun pas
banget, nggak terlalu besar ataupun kekecilan.
Terus, apa dong kekurangannya? Hmm...
Sebenarnya hampir tidak ada kekurangan dari buku ini. Tapi, satu yang menjadi
pertanyaan saya sebagai pembaca, kenapa di buku ini tidak ada daftar isi? Apa
memang dibuat seperti itu? Tapi, sekali lagi, ini bukan menjadi kekurangan atau
kesalahan.
Pokoknya buku Jalani, Nikmati, Syukuri ini
wajib bin kudu dibaca deh sama kita.
Percaya deh akan banyak ilmu dan ‘tamparan’ yang kita dapat setelah membaca
buku ini. So, buku Jalani, Nikmati,
Syukuri ini pas banget dibaca kita yang masih haus untuk memperbaiki diri. I do recommend this book! J
No comments:
Post a Comment