Ibarat sebuah tangki, ia
akan bisa mengeluarkan air yang banyak ketika sudah terisi. Semakin banyak isi
tangki tersebut, maka yang dikeluarkannya pun akan banyak pula. Dan, sebaliknya
ketika tangki itu hanya memiliki isi sedikit, ia akan mengalirkan air sedikit
pula.
Seperti halnya tangki
air, itulah jiwa kita. Ketika jiwa kita terisi cinta yang penuh, maka kita akan
lebih mudah menebar cinta kepada sesama. Rasa empati dan menghargai akan muncul
dengan sendirinya karena kita merasakan hal yang sama dari orang-orang terdekat.
Perhatian dan kasih sayang dari keluarga adalah aliran yang luar biasa untuk
memenuhi tangki cinta kita.
Mungkin diantara kita
sering bertemu dengan seseorang yang temperamen, tidak mau kalah dan tidak
memiliki empati sedikit pun. Coba perhatikan bagaimana pola asuh di
keluarganya. Kita cermati bagaimana kedua orangtuanya memperlakukannya.
Ketika sejak kecil hanya
cacian, amarah dan hinaan yang dia dengar, maka hatinya akan kerontang, jiwanya
mengalami dehidrasi cinta. Ia akan berlajar menjadi pribadi yang tidak jauh dari
apa yang ia dapatkan. Sebaliknya, ketika kita perlakukan anak-anak itu penuh
cinta, maka ia akan lebih mudah menyebar cinta pula. Ingat, anak itu peniru
yang hebat.
Oleh karena itu, akan
jauh lebih bijak bagi kita untuk menginestasikan waktu mengisi tangki cinta
anak-anak kita. Usia anak-anak tidak akan pernah bisa terulang. Jangan pernah
berdalih karena kita sibuk dengan urusan pekerjaan, akhirnya kita berikan waktu
sisa kepada mereka. Akhirnya, mereka tidak pernah merasakan tangki cinta yang terisi
tpenuh.
Menjadi ayah atau ibu
bukan hanya sebuah status. Tapi, ini merupakan amanah yang luar biasa. Kita
dipilih oleh Allah SWT untuk menjaga makhluk-Nya. Apakah kita tidak malu
mengabaikan amanah dari-Nya? Apa pertanggungjawaban kita nanti dihadapan-Nya?
Untuk itu, mulai saat ini
ayo kita sama-sama belajar menjadi orangtua yang dinanti bukan yang ditakuti. Kita
isi tangki cinta kita dan pasangan terlebih dahulu. Setelah itu, kita isi
tangki cinta anak-anak kita, agar ia tumbuh menjadi pribadi hebat dan
menghebatkan. Negeri ini sedang menanti siraman cinta ditengah moral generasi yang
sudah kerontang.
Anak-anak Belajar dari Kehidupannya
Jika
anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika
anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika
anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika
anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika
anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika
anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika
anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakukan, ia belajar keadilan
Jika
anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika
anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan
cinta dalam kehidupan
(Puisi
karya Dorothy Law Nolte, Ph.D)
Siappp, suhu...
ReplyDelete