Bagiku, Jogja bukan hanya
kota pelajar. Jogja itu kota penuh cerita. Kota sejarah yang selalu menyebarkan
pesona tersendiri kepada siapapun yang menyapanya. Kota para raja yang selalu
terjaga. Hampir setiap sudut kota memiliki daya tarik yang tak terelakkan. Dari
mulai keramaian pusat kota hingga keindahan alamnya yang eksotik.
Siapa yang tak mengenal
Jogja. Meskipun terbilang kota kecil, tapi tak ada batas cerita untuk
mengisahkannya. Sesuai dengan namanya, Daerah Istimewa, Jogja memang
teristimewa dari segala sisi. Tak pernah ada rasa bosan untuk terus berkunjung ke
kota ini.
Aku merasa beruntung
karena bisa mengunjungi kota ini beberapa kali. Tapi, yang paling berkesan
ialah di tahun 2012. Kedatangan ke kota ini untuk betemu 29 teman penulis dari
29 kota. Atmosfer Jogja sangat terasa saat itu. Ya, aku merasa Jogja adalah
kota ramah bagi siapapun, tak mengenal darimana ia berasal. Napas kebersamaan
dalam keberagaman merupakan ciri khas yang tak bisa lepas dari Daerah Istimewa
ini.
Sebelum aku menelusuri
alam indah kota Jogja, aku dan kedua teman baruku mengisi waktu mengunjungi
mall yang sangat dikenal di kota ini. Ambarukmo Plaza. Sekadar ingin melepas
penat menunggu acara, kami menikmati pusat kota yang masih memiliki udara
bersih dan sejuk ini.
Perjalananku dilanjutkan
menuju daerah yang menjadi pusat berita di tahun 2006. Menulusi jejak peristiwa
yang menggemparkan, tidak hanya di tanah air, tapi juga mendunia. Goncangan
hebat yang telah memporak-porandakan impian orang-orang di kaki Gunung Merapi.
Bagiku, bisa merasakan
suasana Gunung Merapi dengan sepenggal kisah tentang peristiwa tak terlupakan
itu, menjadikan kesan tersendiri. Lava
tour dengan menggunakan kendaraan off-road
yang membuat adrenalin terpacu, benar-benar menjadi pengalaman pertama yang
mengasyikkan. Sesaat berhenti menyaksikan sisa-sisa pemukiman yang rata dengan
tanah. Padahal, beberapa tahun yang lalu, ada canda-tawa, senda-gurau dan
saling sapa di tempat ini. Ah, memang kita tak pernah tahu alur cerita hidup
ini.
Kembali kepada kekaguman
tentang indahnya kota Jogja. Ber-off-road
ria di pagi buta karena ingin mengejar sunrise.
Udara dingin menusuk tulang menambah perjalanan semakin seru. Iring-iringan
mobil off-road memecah keheningan
pagi buta. Dan, ada yang menarik ketika berpapasan dengan beberapa warga yang
hendak ke ladang, sapaan mereka. Ya, keramahan yang tidak bisa disembunyikan
dari penduduk membuat kita, para tamu dari luar kota, merasa disapa dengan
penuh kehangatan.
Setelah puas menjejaki
jejak peristiwa di Gunung Merapi, saatnya kembali ke pusat kota. Malioboro. Ah,
siapa yang tak mengenal daerah satu ini. Pusat penjualan batik dan kerajinan
tangan khas Jogja berjajar di sepanjang jalan ini. Tempatnya yang tidak jauh
dari Stasiun Tugu, menjadi salah satu tempat pilihan yang tepat sambil menunggu
jadwal kereta pulang. Oya, harga barang-barang di sini pun sangat bersahabat.
Tidak jauh dari situ, ada
pusat oleh-oleh makanan khas Jogja. Bakpia dan wingko. Yap, rasanya tidak
dipercaya sudah ke Jogja kalau pulang tidak membawa buah tangan ini. Tapi, ada
satu lagi yang paling khas dan identik dengan Jogja, gudeg. Makanan yang
menjadi ikon kota Jogja ini memang tidak boleh dilupakan. Makanan ini pun sudah
banyak yang dikemas dengan cara modern dan bisa tahan untuk dibawa dalam
perjalanan jauh.
Satu hal yang perlu
digarisbawahi, Jogja itu terkenal dengan sebutan kota pelajar, karena memang
banyak sekali mahasiswa yang berdatangan dari daerah lain untuk mengenyam ilmu
di tanah para raja ini. Mungkin karena alasan itu pula, kita tidak perlu takut
dengan bekal perjalanan. Karena harga-harga di kota ini tidak membuat rekening
menipis.
Jogja memang kota unik
dengan seribu cerita. Daya pikatnya yang luar biasa telah membius siapapun
untuk enggan beranjak dari kota ini. Tidak pernah ada kata bosan untuk
mengunjunginya. Jogja memiliki keramahan, Jogja punya cara tersendiri untuk
menghargai perbedaan. Tidak ada kata pendatang dan pribumi, karena semuanya
akan melebur dalam keramahan tersebut. Dan, bukankah itu merupakan ciri khas
bangsa ini? Jadi, tidak berlebihan kalau mengatakan, menjadi Jogja itu artinya
menjadi Indonesia.
No comments:
Post a Comment