Memesona. Setiap orang
pastilah memiliki pemahaman dan pengertian tentang satu kata ini. Semuanya
tergantung dari sudut mana ia melihat. Meskipun pada akhirnya akan tertuju pada
satu titik makna yang sama.
Bagiku, memesona itu
kembali kepada fitrahnya. Sejatinya setiap perempuan pastilah akan terlihat
memesona ketika ia berlaku dan berpikir selayaknya kaum hawa. Kita terlahir
dengan sejuta kelebihan dan kasih sayang dari Ilahi.
Dengan segala kelebihan
yang dimiliki, sudah sepantasnya kita sadar akan hal tersebut. Fitrah kita
adalah menjadi perantara terciptanya peradaban baru. Atas izin-Nya, kita
dititipi penerus kehidupan. Baik buruknya generasi yang akan datang, ada di
tangan kita.
Mengapa wanita dititipi
makhluk dalam raganya? Karena kita makhluk istimewa. Kita begitu dipercaya
sebagai perantara lahirnya ciptaan-Nya. Tapi, kembali lagi, bukan hanya itu.
Apalah artinya kita melahirkan, jika kita tak pernah ikut andil dalam
menanamkan pesan cinta kepada buah hati kita.
Jika kita mampu menerima
amanah yang luar biasa itu dengan sangat baik, maka tak perlu merisaukan masa
depan. Tapi, sebaliknya, ketika kita menganggap sepele titipan Ilahi tersebut,
maka jangan harap kita bisa merasakan indahnya mentari kehidupan. Yang perlu
diingat di sini, tugas kita bukan hanya sekedar melahirkan dan menyusui. Namun
ada tugas yang lebih memesona, yaitu menemani tumbuh kembang anak-anak kita,
buah hati kita, titipan cinta dari yang Maha Mencintai.
Kita akan terlihat lebih
memesona ketika sadar akan hak dan kewajiban sebagai seorang wanita. Tak perlu
tergoda untuk salah memaknai emansipasi. Karena bagaimanapun juga kaum adam dan
kaum hawa itu berbeda. Kita dicipta bukan untuk sama atau menyaingi lelaki.
Tapi, kita dilahirkan untuk dan melengkapi dan menjadikan hidup lebih indah dan
bermakna. Memahami keseimbangan antara laki-laki dan wanita, jauh lebih penting
daripada mencari celah untuk mengungguli mereka.
Pesona wanita akan
terpancar ketika ia bisa menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang bisa senantiasa
menebar cinta dari hati. Wanita yang bisa memposisikan dirinya sebagai seorang
makhluk yang dianugerahi rasa cinta yang lebih besar dari makhluk lainnya.
Ya, kita harus sadar jika
kita dianugerahi rasa cinta yang lebih besar daripada mahkluknya. Buktinya, ada
rahim dalam tubuh kita. Bukankah rahim itu berarti cinta atau kasih sayang?
Sadarkah kita?
Namun, seringkali kita
lupa kalau kita itu begitu istimewa dan memesona. Tidak jarang kita keliru
memaknai keberadaan kita di dunia ini. Perkembangan zaman dan pengaruh budaya
negara lain, menjadikan kita lebih mengejar kesetaraan daripada mempertahankan
fitrah sebagai seorang makhluk yang teristimewa.
Memesonakan diri kita
dengan hal yang sebenarnya tidaklah sulit. Lihatlah kedalam diri kita
masing-masing, dan dengarkan bisikan hati yang sesungguhnya. Tak perlu lelah
mencari cara agar terlihat lebih memesona dan menarik dengan mengeluarkan
rupiah tak terkira. Karena jawaban dan rahasianya ada dalam diri kita sendiri.
Memang bukan hal yang
mudah untuk mendengarkan suara hati di tengah kebisingan dunia modern. Terkadang
kita lebih memilih mendengar apa kata orang kebanyakan daripada menjadi diri
sendiri. Meskipun ego kita terlalu dominan dalam menjalani hidup ini. Ego untuk
saling mengungguli, ego untuk setara dengan kaum adam.
Kini, saatnya kita sadar,
memesona itu menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang menyadari fitrahnya. Wanita
yang memahami makna dan tujuan mengapa ia dicipta. Wanita yang bisa menjadi
tempat terindah bagi pasangan dan keluarganya. Karena, sejatinya setiap wanita
itu memesona.
No comments:
Post a Comment