Menjadi ibu dari
satu anak tentunya mengalami banyak cerita seru dalam mengurus si kecil.
Kehadiran si kecil di tahun pertama pernikahanku membuat semua rasa bercampur
menjadi satu. Tidak hanya itu, kelahiran si kecil yang masih berusia 8 bulan di
kandungan pun menjadi kisah tersendiri yang sulit terlupakan.
Ya, ketika usia
kehamilanku menginjak 8 bulan, aku mengalami pecah ketuban selama 2 hari. Awalnya,
Dokter memberiku suntikan penguat paru-paru agar bayi bisa bertahan sampai 9
bulan dalam kandungan. Tapi, karena kondisi psikologisku sangat tertekan, bayi
dalam kandungan beberapa kali tidak terdengar detak jantungnya, namun aku belum
mengalami pembukaan sama sekali. Dan saat itu, aku mengalami sakit luar biasa di
bagian perut.
Tepat 2 jam setelah kejadian itu, aku langsung mengalami pembukaan sepuluh. Tiga orang dokter dan empat bidan langsung menanganiku saat itu juga. Ada banyak perkiraan para dokter. Mulai dari aku hanya bisa melahirkan dengan jalan operasi caesar. Selain itu, ada dua kemungkinan, ibu dan anak tidak akan selamat atau salah satu dari kami yang bisa bertahan. Tidak hanya itu, prediksi lainnya pun, kalaupun si bayi lahir, ia akan terlahir prematur dan perlu diinkubator. Aku dan suami hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Allah Swt.
Tepat 2 jam setelah kejadian itu, aku langsung mengalami pembukaan sepuluh. Tiga orang dokter dan empat bidan langsung menanganiku saat itu juga. Ada banyak perkiraan para dokter. Mulai dari aku hanya bisa melahirkan dengan jalan operasi caesar. Selain itu, ada dua kemungkinan, ibu dan anak tidak akan selamat atau salah satu dari kami yang bisa bertahan. Tidak hanya itu, prediksi lainnya pun, kalaupun si bayi lahir, ia akan terlahir prematur dan perlu diinkubator. Aku dan suami hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Allah Swt.
Tapi, syukur
alhamdulillah, tepat tanggal 7 September 2015 pukul 21.55 terdengar tangis
nyaring malaikat kecilku. Ia lahir dengan selamat dan normal. Semua perkiraan
dokter sama sekali tidak terbukti. Aku dan suami menangis bahagia penuh syukur.
Namun, ujian cinta tidak
berakhir sampai disitu. Tepat ketika ia berusia 3 hari, kadar bilirubin berada
dalam batas yang tidak seharusnya. Kami diberikan pilihan oleh dokter, apa mau
diberikan tindakan dengan disinar atau diberikan terapi ASI dan berjemur.
Akhirnya, aku dan suami memilih untuk mengambil pilihan kedua.
Sejak saat itu, aku dan
suami mulai mengajak bicara si kecil. Setiap kali kami bisikkan agar si kecil
mau menyusui setiap 1 jam sekali. Bahkan seringkali aku menyusui saat sedang
mengajar les. Itu semua kami lakukan agar kadar bilirubinnya bisa normal.
Setelah 2 minggu, kami pun
mengecek kembali kondisi si kecil. Alhamdulillah, kadar bilirubinnya sudah
normal. Aku dan suami pun bisa bernapas lega. Sejak saat itu, aku pun benar-benar
menjaga makanan agar ASI-ku bisa berlimpah, dan si kecil bisa mendapatkan ASI
yang berkualitas.
Dari hari ke hari,
pertumbuhan si kecil sangat luar biasa. Mulai dari fisik yang sehat. Di usianya
yang mau menginjak 11 bulan, berat badannya mencapai 10,9 kg. Padahal berat
badan lahirnya hanya 2,5 kg. Selain itu juga, kecerdasan si kecil pun sering
kali membuat kami takjub. Ia sudah bisa mengingat beberapa kata dalam bahasa
Inggris. Ketika aku menyebutkan nama benda dalam Bahasa Inggris, matanya
langsung mencari benda yang aku sebutkan itu.
Hal lain yang patut kamu
syukuri juga ialah setiap kali kami ajak untuk travelling, baik jarak dekat
maupun jauh, ia sama sekali tidak pernah rewel. Malah sebaliknya, ia sangat
menikmatinya. Terakhir, kami mengajaknya mudik dari Jember ke Bandung,
alhamdulillah ia sehat dan tetap ceria di sepanjang perjalanan hingga sampai ke
tempat tujuan dan kembali ke rumah.
Dengan hasil yang luar
biasa itu, aku dan suami sepakat untuk tetap memberikan ASI tanpa bantuan susu
formula hingga usianya genap 2 tahun. Apalagi aku bukanlah seorang ibu bekerja,
jadi aku bisa lebih fokus untuk mencurahkan rasa cinta lewat aktivitas
menyusui. Aku pun bersyukur, karena suamiku sangat memberikan perhatian penuh, sehingga aku merasa nyaman dan tenang saat memberikan ASI kepada si kecil.
Bagiku, ASI adalah hadiah terindah untuk si kecil. Aku berharap semoga setiap tetesan ASI yang diminum menjadi syariat ia tumbuh menjadi anak yang sholeh, sehat, cerdas dan senantiasa menjadi penyejuk hati perekat cinta. Inilah caraku untuk bersyukur karena Allah Swt sudah memilihku untuk dititipi amanah terindah.
Bagiku, ASI adalah hadiah terindah untuk si kecil. Aku berharap semoga setiap tetesan ASI yang diminum menjadi syariat ia tumbuh menjadi anak yang sholeh, sehat, cerdas dan senantiasa menjadi penyejuk hati perekat cinta. Inilah caraku untuk bersyukur karena Allah Swt sudah memilihku untuk dititipi amanah terindah.
Oya, di akhir tulisanku
ini, aku ingin mengajak semua sahabat wanita yang memiliki bayi, jangan takut
untuk menyusi. Di Pekan ASI Dunia yang jatuh pada tanggal 1 - 7 Agustus, kita sama-sama mengingatkan untuk
kembali melihat fitrah kita sebagai seorang ibu. ASI bukan hanya sekedar
tetesan air susu, tapi ada pesan cinta yang akan kita berikan untuk si kecil.
Aktivitas menyusui bukan hanya pemenuhan kewajiban semata, tapi merupakan tanda
cinta seorang ibu kepada anaknya.
wuihh... 11 bulan dan berat badannya mencapai 10,9 kg. ASI dan MPASInya kuat banget dong ya mba... terimaksih berkenan berbagi cerita tentang ASI ya mba
ReplyDeleteSaya juga pejuang ASI mba intan. makanya jadi IRT hehehehe
ReplyDelete*tossdulu