Menjadi
wanita memang sejatinya berfitrah untuk menjadi istri dan ibu. Seorang istri
memiliki hak dan kewajiban menjadi partner
bagi suami. Sedangkan seorang ibu, sudah menjadi tugasnya menjadi ‘baby
sitter’ bagi amanah yang dititipkan oleh Sang Penggenggam
Jiwa.
Aku,
yang dulu sebelum menikah sangat workaholic,
kini harus mengerem sekuat tenaga
kebiasaanku itu. Memang tidak ada tuntutan apapun dari
suami. Namun, aku sudah bertekad, jika pilihan terbaik dari hasil keputusan
bersama, aku harus fokus untuk mengatur keseharian di rumah tangga, maka akan
aku jalani dengan senang hati.
Selain
karena hasil keputusan aku dan suami, aku juga memang memiliki impian terbesar
dalam hidupku. Ya, impian terbesar, yang bahkan muncul jauh sebelum aku menikah.
Aku ingin menjadi bagian dari tumbuh kembang anak-anakku. Aku sangat tidak rela jika anak-anakku lebih dekat
dengan pengasuh atau orang lain. Aku berpikir karena aku telah dipercaya untuk
mengandung dan melahirkan, maka aku pun tidak akan menyia-nyiakan hadiah
terindah ini.
Melihat senyuman manis, mendengar ocehan yang
menggemaskan dan juga tingkah yang lucu, merupakan suntikan vitamin kebahagiaan
setiap hari. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan si kecil yang begitu
pesat, membuatku tak berhenti bersyukur. Aku akan sangat menyesal jika aku
melewatkan momen-momen berharga yang tidak akan bisa terulang ini.
Sekarang,
aku sedang menjalani episode menjadi seorang istri dan ibu dari satu putra. Prioritasku
ialah menjadi bagian cerita indah dalam lembaran-lembaran kisah kehidupan suami dan anakku. Aku tidak ingin
terlewatkan satu bagian dari penggalan cerita itu.
Bagiku,
berdiam di rumah itu bukan
berarti tidak bisa mengekspresikan diri. Di tengah waktuku yang tersita bahagia
dengan menjalani keseharian menjadi ibu rumah tangga, aku masih bisa memiliki
waktu untuk menulis sebagai hobiku. Ya, aku masih bisa merasakan me time dengan menulis dan membaca.
Awalnya
aku berpikir untuk meninggalkan sama sekali hobiku ini. Tapi, atas masukan dan
juga izin dari suami, aku akhirnya memutuskan untuk tetap menjalani kebiasaan
yang sudah aku lakukan sejak kecil. Aku dan suami sepakat untuk mengenalkan si
kecil dengan habits menulis dan
membaca. Menurut kami, tidak ada salahnya ketika aku melibatkan si kecil ketika
membaca dan menulis.
Ada
kebahagiaan tersendiri ketika aku bisa menyelesaikan sebuah tulisan dengan
ditemani si kecil. Terkadang lucu, saat tangan kiri menggendong dan tangan
kanan mengetik dengan fokus yang terkadang harus terpotong tiap 10 menit. Tidak
hanya itu, jika si kecil sedang tidak ingin diduakan perhatiaanya, maka aku
harus menunggu hingga ia tertidur pulas. Tapi, saat-saat seperti itulah yang
menjadi penggalan kisah yang menjadikan cerita semakin berwarna.
Berada
di rumah juga, bukanlah
menjadi halangan untuk terus berkarya. Memang benar, sebagai seorang istri dan ibu,
aku harus fokus kepada keluarga. Tapi, aku yakin apa yang aku lakukan ini tidak
bertentangan dengan kewajibanku sebagai seorang istri dan ibu.
Bagiku,
bahagia itu sederhana. Saat aku bisa menemani si kecil belajar banyak tentang
apapun dan aku juga bisa menjadi guru pertama baginya. Karena menurutku,
sejatinya tempat yang paling berharga bagi seorang ibu dan istri ialah rumah.
Dari rumahlah, akan muncul generasi-generasi yang dicetak oleh kehalusan dan
kasih sayang kita sebagai seorang ibu.
Betapa bahagianya, ketika
anak-anak kita dewasa, mereka tumbuh menjadi orang-orang yang penuh dengan
cinta. Itu semua karena kita tak pernah lelah menambah deposit cinta dan
perhatian kepada mereka. Seperti halnya Tabloid Nova, yang hingga perayaan
novaversary, tidak pernah berhenti memberikan inspirasi dan motivasi kepada
semua wanita.
No comments:
Post a Comment