Buku adalah teman yang
tidak pernah mengkhianatiku. Buku adalah sahabat yang selalu menemani tanpa
banyak bertanya dan menuntut. Buku telah menjadi guru kehidupan bagiku, tanpa
aku merasa digurui. Buku telah mengajakku menjelajah tanpa membuat lelah fisik.
Mengenal sesuatu yang awalnya sama sekali tidak aku tahu. Memahami banyak hal
yang tadinya sulit aku mengerti.
Berawal dari seringnya
mendengarkan cerita dari bapakku. Hampir setiap hari, pastilah ada sebuah
cerita sebagai pengantar tidurku. Rasanya ada yang hilang jika satu hari saja
tidak meminta Bapak untuk bercerita. Hingga akhirnya, ketika aku melihat
keempat kakakku begitu asyik membaca buku sendiri, aku pun meminta untuk mengikuti
apa yang mereka lakukan. Aku lebih memilih untuk memegang buku atau majalah
sendiri, meskipun saat itu aku belum mengenal huruf sama sekali.
Ya, ketika usiaku masih 4
tahun, aku sama sekali belum bisa membaca langsung dari buku atau majalah.
Tapi, aku senang jika sudah memegang buku. Aku mencoba memahami cerita dari
gambar yang membuat mataku enggan untuk beralih. Aku paling suka ketika melihat
gambar-gambar di majalah anak yang sampai sekarang masih menjadi bacaan favorit
anak Indonesia.
Di keluargaku, buku
adalah barang wajib untuk dimiliki. Bapak begitu senang menghadiahkan buku
kepada anak-anaknya. Padahal, saat itu, keadaan ekonomi keluarga kami bisa
dibilang kekurangan. Tapi, Bapak berusaha sekuat tenaga untuk bisa memberikan
buku bacaan untuk kami. Beliau bahkan sering membeli buku cerita atau majalah
bekas untuk kami baca. Menurut beliau, buku itu tidak ada istilah kadaluarsa. Ketika kita ingin membacanya
berulang-ulang pun, tidak akan membuat kita rugi, malah sebaliknya.
Kebiasaan membaca buku
itu terus melekat didiriku. Aku tidak pernah absen membawa buku di tas setiap
kali bepergian. Bahkan menurut beberapa teman dan muridku, aku memiliki
kebiasaan yang aneh sebelum menikah. Ketika ada waktu kosong di sela-sela jam
ngajar, aku akan mengunjungi toko buku atau pameran buku.
Aku pun tidak akan
berpikir lama ketika melihat buku yang bagus di toko buku atau pameran buku. Meskipun
aku harus ‘berpuasa’ untuk membeli barang yang lain, atau berpuasa dalam arti
yang sesungguhnya. Ketika uang sedang menipis dan perut pun menagih untuk
diberi amunisi. Tapi, aku akan lebih memilih membeli buku. Menurutku, lapar
perut masih bisa ditunda, tapi lapar otak tidak ada kata menunda.
Kebiasaan aneh lainnya
ialah setiap kali aku membaca buku, pastilah hal pertama yang aku lakukan ialah
membaca halaman profil penulisnya. Ya, itu sudah aku lakukan sejak kecil.
Waktu itu, aku selalu bermimpi, suatu saat akan ada nama dan fotoku terpampang
di berbagai buku yang dibaca banyak orang dan juga menginspirasi.
Dan, impian itu pun
menjadi suntikan semangat. Aku benar-benar ingin menjadi seorang penulis.
Bagiku, penulis itu ialah sosok yang luar biasa. Ia bisa menjadi sahabat bagi
semua orang tanpa harus ia berada dekat dengan orang. Ia juga bisa terus hidup,
meski fisik sudah tiada.
Impian itu pun mulai
menyapaku. Berawal dari buku antologi hingga akhirnya aku bisa menerbitkan buku
solo pertamaku. Ada banyak cerita dari buku solo pertamaku ini. Mulai dari
diundang jadi pemateri seminar, talkshow di radio dan yang paling berkesan
ialah aku dipertemukan jodoh lewat buku ini.
Awalnya aku tidak pernah
menyangka kalau lewat tulisan, seseorang bisa yakin untuk menjadikanku bagian
dari hidupnya. Tapi, itulah yang terjadi kepadaku. Ia, yang sekarang menjadi
suamiku ialah seseorang yang sama sekali tidak aku kenal. Namun, ia begitu
yakin datang ke rumah dan meminta izin kepada bapakku untuk mengenalku lebih
jauh. Sebelumnya, ia hanya mengenalku dari tulisan yang aku torehkan di buku
dan juga blog pribadiku.
Ketika ingat bagaimana
cara kami dipersatukan, kadang kami masih tidak percaya. Tapi, kami sadar
mungkin karena aku dan dia memiliki hobi yang sama. Aku dan suamiku sangat gila
buku. Tempat nongkrong kami bukan di restoran, cafe atau mall, tapi toko buku
dan pameran buku. Hadiah yang sering suamiku berikan pastilah buku yang sedang
aku idam-idamkan untuk membacanya. Dan, sekarang aku dan suami sedang
menularkan virus cinta buku kepada anak kami yang baru berusia 6 bulan.
Bagiku, buku lebih dari
sekedar memberikan ilmu. Buku telah menjadi jalan bagiku menjemput setiap
impian dan pencapaian indah selama ini. There
are many magical things happen in my life because of loving book. Aku dan buku
menyatu menorehkan kisah baru yang selalu seru.
No comments:
Post a Comment