Menjadi guru? Tentulah
tidak sedikit orang yang menomorduakan profesi satu ini. Bahkan tak jarang, di
beberapa perguruan tinggi, fakultas keguruan menjadi pilihan terakhir setelah pilihan
lain tidak bisa terpenuhi.
Ironis memang, sosok yang
sebenarnya memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, didapat hanya
karena keisengan dan bukan pilihan dari hati. Namun, tidak bisa dipungkiri hal
itu memang benar-benar terjadi di negara ini. Sebagian orang masih memandang
rendah dan meremehkan profesi mulia ini.
Namun, ditengah ironi
yang terjadi di negeri ini, ternyata masih ada yang berpikiran berbeda. Pemikirannya
ditanamkan kepada kelima anaknya, bahwa apapun pekerjaannya kelak, semua
anaknya harus merasakan menjadi guru terlebih dahulu. Dia mendidik anak-anaknya
untuk belajar mengajar sejak duduk di bangku SMP dan SMA. Menurutnya, setiap
orang itu akan menjadi guru bagi dirinya dan keluarganya.
Sosok itu begitu kuat
menginspirasi anak-anaknya untuk memilih jalan hidup sebagai seorang pendidik. Meskipun
sosok itu bukanlah sosok yang kaya harta dari hasil mendidik murid-muridnya. Tapi,
setidaknya dia sudah menanamkan kepada kelima anaknya untuk menjadi pribadi
yang kaya hati dengan memilih jalan sebagai seorang pendidik.
Sosok itu menjadi
inspirasi bagi anak perempuan terakhirnya untuk menjadi seorang pendidik yang
bisa senantiasa mengajar dengan ketulusan. Biarkan uang akan mengikuti, itulah nasihat
yang selalu sang Ayah katakan. Dan kata-kata itulah yang terus menjadi pegangan
bagi anak bungsunya ini.
Ya, dialah sosok ayah
sekaligus guru bagiku. Aku yang dulu sempat memandang sebelah mata terhadap
profesi guru, saat ini begitu mencintai profesi yang satu ini. Aku berpikir
profesi guru ialah profesi yang tidak hanya mengandalkan kekuatan otak tapi
juga hati.
Bagiku Bapak sudah sangat
berjasa dalam mendidikku. Bukan hanya pendidikan tentang makna kehidupan yang
memang semestinya diajarkan oleh seoarang ayah kepada anak-anaknya. Tapi juga, Bapak
benar-benar guru dalam mendidik pendidikan umum.
Bapak yang sangat
mencintai Bahasa Inggris menularkan kesukaannya itu kepada anak-anaknya,
termasuk aku. Kami dididik untuk memahami dan mencintai bahasa asing. Dan
beliaulah langsung yang mengajarkannya.
Aku begitu merasakan didikan
yang luar biasa dari Bapak. Hampir setiap hari aku ‘dicekoki’ dengan bahasa
asing. Dari Senin sampai Senin lagi, dari pagi sampai malam, aku ‘dipaksa’
untuk belajar bahasa asing yang satu ini.
Dulu aku merasa Bapak itu begitu keras dan
tidak ada toleransi sama sekali. Bahkan aku merasa bosan dan lelah ketika terus
disuruh belajar Bahasa Inggris. Kadang, aku sering mencari-cari alasan untuk
bolos belajar bersama Bapak.
Tapi, ternyata semua itu
terasa hasilnya sekarang. Aku bisa merasakan banyak manfaat dari belajar Bahasa
Inggris. Aku dengan mudah ditawari pekerjaan ini dan itu. Tidak hanya itu aku
juga bisa berani mengembangkan lembaga bahasa Inggris yang dulu sempat dirintis
oleh Bapak. Dari merintis ulang tempat les itu, aku mendapatkan kantong rezeki
yang patut untuk disyukuri. Selain itu, impianku untuk bisa bertemu dengan
orang-orang asing pun, dengan mudah bisa terwujud.
Bagiku, Bapak ialah
pahlawan yang sangat berjasa dalam kehidupanku. Sosok seorang ayah dan guru
yang senantiasa menginspirasi. Karena didikannya aku bisa seperti sekarang. Dengan
caranya yang luar biasa aku merasakan hasil yang tak terkira dan tak bisa
dilukiskan oleh kata.
Foto:Pribadi |
Tulisan dibuat untuk Lomba Menulis "Guruku Pahlawanku"
Semoga Allah hadiahkan surga dengan segala kenikmatan nya teruntuk uwa tercina aamiin ( Allahumma yarham )
ReplyDelete