Keluarga sebagai tempat
pertama seorang anak mengenal apapun. Dengan kata lain rumah adalah sekolah
pertama dan orangtua ialah guru pertama yang dikenal oleh anak-anak. Karena
alasan itulah keluarga harus menjadi tempat yang paling kondusif dalam
menerapkan nilai-nilai positif kehidupan.
Ya, begitulah yang aku
rasakan selama ini. Sejak kecil orangtuaku mendidik aku dan keempat kakakku
dengan luar biasa. Banyak orang di luaran termasuk keluarga besar kami, yang
menilai orangtua kami, terutama Bapak, tidak memiliki hati dalam mendidik.
Kami memang dididik
dengan sangat disiplin dan tegas. Namun tentunya jauh dari kekerasan yang menyebabkan
kami terluka. Ketegasan yang diterapkan memang sengaja Bapak lakukan untuk
membuat kami anak-anaknya memahami makna hidup yang sebenarnya.
Kami tidak dididik
menjadi anak yang manja dan mengalah pada kehidupan. Kami dibimbing untuk
menjadi pribadi yang mandiri dan kerja keras. Sejak kecil, kami dididik untuk
mendalami tiga pelajaran yang sangat membantu kami hingga saat ini. Ya, sejak
di bangku SD hingga SMA, Bapak menekankan kepada kami untuk memahami agama,
bahasa asing dan bela diri.
Awalnya kami heran,
mengapa mesti tiga ini? Mengapa tidak yang lain? Ternyata semuanya terjawab
sekarang. Saat kami sudah mulai dewasa, kami merasa betapa pentingnya ketiga
hal itu. Dan ketiga itu sangat membantu kami untuk mengarungi kehidupan
sekarang.
Tidak hanya itu, Bapak
mendidik kami untuk memiliki jiwa entrepreneur,
jiwa pemberani dan juga menghargai waktu dan uang. Sejak kecil, kami diajari
untuk bisa berjualan. Kami berlima diharuskan untuk menyimpan kue dan es mambo
ke warung-warung di sekitaran rumah sebelum kami berangkat ke sekolah.
Foto; Pribadi |
Ya, benar saja.
Nilai-nilai yang diterapkan oleh Bapak sampai saat ini sangat terpatri dalam
diriku dan keempat kakakku. Nilai kedisplinan, keberanian, kejujuran, kerja
keras, sampai saat ini masih saja tergores pasti dalam langkah kami. Kami malu
jika harus meminta dari orang lain, karena sejak kecil kami dididik untuk
berusaha dengan hasil kerja sendiri. Kami bisa membiayai kuliah dari hasil
mengajar dan berdagang.
Nilai-nilai positif yang
Bapak terapkan dalam kehidupan kecil kami ternyata menjadi inspirasi bagi
anak-anaknya, khususnya aku. Aku selalu menanamkan nilai-nilai itu kepada
keponakan-keponakan dan anak didikku sebelum aku menikah. Aku tanamkan dalam
jiwa mereka untuk menjadi pribadi yang berani, jujur dan kerja keras.
Aku selalu berusaha untuk
memberikan contoh yang baik. Contohnya saja, sebelum aku meminta mereka untuk
lebih banyak membaca daripada menonton TV, maka kau sendiri harus melakukan itu
terlebih dahulu. Bahkan tanpa ada ucapan atau suruhan, mereka dengan sendirinya
akan mengikuti apa yang aku lakukan.
Foto : Pribadi |
Dan saat ini, ketika aku
telah dikaruniai seorang putra, aku mulai belajar menanamkan nilai-nilai
tersebut kepadanya. Meskipun usianya baru 2,5 bulan, tapi aku mencoba membiasakannya
dengan segala yang positif. Mungkin sebagian orang berpikir, anak seusia itu
belum mengerti. Tapi, aku yakin jangankan anak sudah lahir, anak dalam
kandungan saja sudah bisa mendengar. Karena aku pikir, mumpung masih kertas
kosong, jadi akan lebih mudah menerapkan nilai-nilai positif pada amanah
terindah ini.
Foto; Pribadi |
Semua yang aku lakukan
tentunya tidak lepas dari didikan orangtuaku dulu. Aku memang terinspirasi dari
bagaimana Bapak dan Mamah menanamkan nilai-nilai positif kepada kelima anaknya.
Menurutku tidak ada salahnya ketika kita belajar dari orangtua, jika itu memang
hal yang positif.
#parentingantikorupsi #GakPakeKorupsi #PRUNG
#parentingantikorupsi #GakPakeKorupsi #PRUNG
No comments:
Post a Comment