#GiveAwayLebaran |
Berbeda,
Ya, ada yang berbeda di
Ramadhan dan lebaran tahun ini. Tak pernah terbayangkan akan ada sosok pendamping
yang menemani. Dulu, Ramadhan hanya dilewati bersama keluarga dan teman-teman.
Tapi, sekarang, ada seseorang yang selalu menjadi pengingat untuk meningkatkan semangat
beribadah.
Di Ramadhan dan Idul
Fitri kali ini pun, aku dan suami merasa sangat bahagia dan bersyukur. Kehadiran
amanah terindah yang selalu menjadi penyemangat untuk terus dekat dengan-Nya. Alhamdulillah,
Kuasa-Nya memang sungguh luar biasa, kami bertiga bisa melaksanakan shaum
bersama-sama. Sungguh, bahagia yang tak cukup dilukiskan dengan kata-kata.
Meski awalnya, kami sempat
khawatir apakah janin ini bisa diajak berpuasa. Tapi, Alhamdulillah, Dokter dan
Bidan sangat membolehkan Debay diajak
berpuasa. Katanya biar jadi anak sholeh, aamiin J.
Tapi, kekhawatiran kedua pun
datang menyapa ketika kami harus mudik. Kami memang sudah berniat untuk
merayakan hari raya di Lumajang, Jawa Timur. Tentunya perjalanan dari Bandung
ke Lumajang harus memakan waktu yang begitu lama, dan dalam kondisi berpuasa
juga. Tapi, kami yakin Allah bersama kami, meski ada sedikit ‘insiden zupa-zupa’ dalam perjalanan
kami.
Ya, entah karena
kelelahan atau karena kami tidur terlalu larut, akhirnya ketika prama dan prami
menawarkan makanan untuk sahur, kami sami sekali tidak mendengarnya. Akhirnya
suamiku langsung memesan ke dapur. Namun sayang, mereka katakan kalau yanng tersisa
tinggal sup dan roti. Suamiku berpikir lebih baik memilih roti saja. Dalam
pikiran suamiku, cukuplah makan roti untuk sahur. Tapi, kami saling
berpandangan ketika seorang prama menghampiri kursi kami, ia datang sambil
membawa dua mangkuk zupa-zupa.
Suamiku yang baru pertama
makan zupa-zupa, sama sekali tidak menyukai makanan yang katanya aneh itu. Aku,
yang memang kurang suka dengan zupa-zupa, akhirnya memesan sup. Menurutku,
semangkuk sup ayam panas lebih bisa bersahabat dibanding zupa-zupa. Tapi, kembali
lagi aku dan suamiku saling berpandangan dan menahan tawa. Ya, ternyata sang
prama datang dengan semangkuk zupa-zupa di nampan. Yang dimaksud sup oleh prama
itu, ternyata zupa-zupa juga.
Karena takut mubazir, akhirnya
kami membatalkan pesanan itu. Untunglah, prama itu mau menerima pembatalan
pemesanan tersebut. Kami berdua pun memutuskan untuk makan udang goreng dan
hati ayam sisa buka puasa. Kami makan udang dan hati ayam dicampur keripik
pedas tanpa nasi.
Suamiku menyarankanku
untuk tidak berpuasa karena khawatir dengan kondisi janin. Tapi, aku katakan
kalau aku akan melihat kondisi nanti siang saja. Jika sekiranya tidak kuat, aku
akan membatalkan puasaku demi Debay.
Sepanjang perjalanannya,
aku dan suamiku terus saling meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja. Kami
berdua pun tak lepas berdoa untuk kesehatan Debay.
Alhamdulillah dengan afirmasi dan kami ajak ngobrol setiap saat, Debay tetap sehat dan lincah dalam rahim.
Setelah melewati perjalanan
hampir 24 jam dari Bandung, akhirnya
kami sampai di rumah sederhana nan sejuk. Ibu, kakak, keponakan dan Bu Lek
sudah standby di depan rumah
menyambut kami. Rasa haru dan bahagia ketika melihat keluarga sehat, terutama
Ibu.
Perjalanan kami bertiga
memang sudah ditunggu-tunggu oleh Ibu dan keluarga besar di Lumajang. Ibu
bahkan sempat mengungkapkan rasa kangen yang begitu besar kepada kami bertiga.
Sejak selesainya perhelatan “Ngunduh
Mantu” akhir Maret kemarin, kami memang hanya bertegur sapa lewat telepon
dan sms dengan beliau, jadi wajar jika kedatangan kami ditunggu-tunggu. #Merasa
bahagia :D
Sepuluh hari shaum kami
lewatkan di Lumajang dengan begitu khusyuk. Tak ketinggalan menu khas Lumajang
buatan Ibu, menjadi santapan saat tiba waktu buka dan sahur. Untunglah cita
rasanya hampir sama dengan masakan Sunda yang sudah sangat familiar di lidahku.
Melewati Ramadhan dengan
sensasi yang berbeda, itulah yang aku rasakan. Ada banyak hal yang membuatku
banyak bertanya kepada suami. Perbedaan budaya memang kadang membuatku harus cepat
memahami dan menyesuaikan diri.
Tak terasa 30 hari sudah,
bulan Ramadhan menyapa. Suara takbir yang terus berkumandang mulai terdengar
dari pengeras suara. Takbiran menyambut lebaran keesokan harinya kami lewatkan
dengan seluruh keluarga. Suamiku juga mengajakku berkeliling kota Lumajang
melihat keramaian malam takbiran. Semua itu merupakan momen yang tak akan
terlupakan.
Lebaran spesial, itulah
yang sering kami ucapkan. Banyak nikmat yang kami rasakan di hari raya tahun
ini. Berkah Ramadhan menyapa kami silih berganti. Tak ada kata yang lebih
pantas selain rasa syukur kepada Allah SWT.
Artikel ini diikutsertakan dalam#GiveAwayLebaran yang disponsori oleh Saqina.com, Mukena Katun Jepang Nanida, Benoa Kreati, Sanderm, Dhofaro, dan Minikinizz
insiden zupa-zupa? apa itu.. hehehe..
ReplyDeletesalam kenal ya mba intan, terimakasih sudah ikut #GiveAwayLebaran, sering2 ya main ke blogku www.heydeerahma.com ;)
=Dee=