Anak, sosok yang kehadirannya
selalu dinanti. Tidak ada satu orang pun di dunia, yang masih punya hati, mampu
menelantarkan buah hatinya. Sebagai fitrah seorang manusia dan orangtua, pasti
kita akan sangat bersyukur ketika diamanahi anak.
Seorang anak dilahirkan
untuk disayangi dan dididik bukan untuk diterlantarkan. Anak itu amanah
terindah dari Sang Maha Pencipta. Sejatinya ketika kita diamanani (dititipi)
sesuatu berarti kita harus menjaganya dengan sangat baik. Suatu saat ketika titipan
itu diminta kembali, maka Sang Pemilik akan senang ketika “titipannya” itu terjaga
dengan baik.
Karena anak merupakan
titipan, maka kita harus terus berusaha menjaga titipan itu. Jangan sampai atas
dasar pemuasan ego, kita memperlakukan anak dengan tidak manusiawi. Bahkan tak
jarang akhir-akhir ini banyak kasus penganiayaan anak yang dilakukan oleh
orangtua kandungnya sendiri.
Sungguh ironis memang, orangtua
yang seharusnya menjadi sahabat, pelindung dan juga orang yang membuat mereka
nyaman, malah menjadi algojo bagi nyawa si anak. Lantas, kalau sudah begini, kemana
anak harus mencari tempat ternyaman dalam kehidupannya? Dan yang membuat kita
tidak habis pikir ialah banyak kasus yang menjadikan ibu sebagai tersangka dari
kejadian kriminal tersebut.
Mungin timbul pertanyaan,
sudah hilangkah surga di bawah telapak kaki ibu? Kemanakah cinta tulus yang
dulu selalu didapatkan saat si buah hati masih dalam rahim? Apakah harga untuk
sebuah kasih sayang sudah terlalu mahal hingga orangtua sudah tak sanggup
memberikannya?
Sebenarnya ketika kita
mengingat kembali tujuan dan niat kita untuk mendapatkan buah hati, maka kita
akan sadar dalam memperlakukan mereka. Kita semua harus menyakini kalau anak
itu bukan orang dewasa bertubuh kecil. Anak ya anak. Jangan samakan pola pikir
kita dengan mereka.
Contoh kasus, ada
orangtua yang berani melakukan kekerasan kepada anaknya, hanya karena si anak
tidak mau menurut apa yang dikatakan atau diperintahkan. Hal itu terjadi,
karena kita menganggap anak harus paham 100% dengan apa yang kita ucapkan.
Padahal dunia mereka berbeda dengan dunia kita. Mereka tidak bisa dipaksakan
untuk memahami semua yang kita inginkan.
Mungkin sebagian orang
menganggap cara mendidik orangtua dengan kekerasan dan dilabeli atau dibalut dengan
kata disiplin itu baik. Padahal apapun alasannya, kelembutan dan kasih sayang
jauh lebih ampuh dalam mendidik anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebenarnya kita bisa
bercermin pada beberapa kasus yang terjadi. Banyak anak yang pada akhirnya
memilih untuk hidup di jalanan dan hidup semau mereka, karena intinya mereka
tidak betah dengan situasi rumah. Mereka lelah dengan perlakuan orangtua yang
penuh dengan tuntutan dan amarah.
Sebagai orang dewasa,
sudah sepantasnya kita menerapkan lima bahasa cinta kepada anak-anak. Menurut
Dr. Gary Chapman ada lima bahasa cinta yang harus kita tunjukkan kepada
orang-orang yang kita sayangi, yaitu
1.
Words
of Affirmation (Kata-kata yang membangun)
Ketika kita membiasakan mengatakan
kata-kata positif yang memotivasi, maka anak itu akan tumbuh menjadi pribadi
yang percaya diri dan bermental pemenang.
2.
Quality
Time
(Waktu yang berkualitas)
Memberikan waktu kita kepada
anak-anak merupakan aset yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Anak yang
merasakan keberadaannya orangtua di sisinya, mereka akan tumbuh menjadi anak
yang penuh cinta. Dan tentu saja, seseorang yang merasa penuh cinta akan dengan
mudah membagi cinta kepada orang lain.
3.
Receiving
Gifts (Menerima hadiah)
Berilah kejutan dengan memberinya
hadiah. Sebuah reward akan membuat anak diperhatikan dan dihargai kerja
kerasnya. Tak perlu barang yang berharga mahal. Karena meskipun hanya sebatang
coklat, anak akan merasa kita sebagai orangtuanya menilai mereka sudah berusaha
melakukan yang terbaik.
4.
Acts
of Service (Mau melayani)
Melayani di sini bukan artinya kita
harus bersikap seperti pembantu, tapi sesekali membantu meringankan pekerjaan
mereka.
5.
Physical
Touch (Sentuhan fisik)
Menurut beberapa penelitian, sentuhan
atau pelukan akan memberikan energi. Selain itu, pelukan juga akan meningkatkan
kecerdasan otak anak, merangsang keluarnya hormon oksitosin, memberikan
perasaan senang, mengurangi racun dari zat derifit glutamat yang berbahaya pada
otak anak.
Kelima bahasa cinta ini
jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya kepada anak-anak, maka
akan memberikan efek yang luar biasa. Kita jangan terlalu ideals dengan
memikirkan bagaimana mengurus seluruh anak di negeri ini. Karena yang
terpenting adalah bagaimana kita bisa memulai semuanya dari rumah atau keluarga
sendiri. Ketika setiap orang memiliki pemikiran yang sama untuk menjadikan
anak-anaknya bermental pemenang dengan pemenuhan cinta dari orangtua, maka efek
virus positif tersebut akan menyebar sampai ke seluruh negeri ini.
Kita harus selalu ingat,
anak merupakan kekayaan tak ternilai bagi seseorang. Ketika kita
menyia-nyiakannya kesempatan untuk mendidiknya, maka hanya penyesalan yang akan
kita dapatkan. Waktu yang kita investasikan untuk menemani mereka, semuanya
akan tergantikan dengan perkembangan kecerdasan hati, pikir dan perilaku
mereka. Anak tidak bisa ditukar dengan harta yang lain. Sekali kita
mengabaikannya, maka itu artinya kita telah kehilangan kekayaan yang tidak ada
bandingannya.
No comments:
Post a Comment