Sumber: Pribadi |
Tak pernah terbayangkan
olehku akan dipertemukan dengan jodoh yang berasal dari beda provinsi. Tidak
hanya itu, aku sama sekali tidak pernah mengenal siapa dirinya. Bahkan ketika
dia datang mengetuk pintu rumah pun, semuanya benar-benar tidak pernah
terbayangkan sebelumnya.
16 September 2014, saat
itulah sebuah titik yang akan menjadi rangkaian huruf dan cerita dimulai. Dengan
menumpang pesawat AirAsia, dia tiba di Bandara Husein Sastranegara sore hari. Tanpa
jeda waktu yang lama, ia bersama sahabat dan juga kakak keduaku langsung menuju
rumah. Hari itu ialah hari pertama aku dipertemukan dengan dirinya.
Setelah pertemuan pertama
itu, kami berdua saling membuka diri untuk mengenal satu sama lain. Tentunya
banyak diskusi yang kami lakukan di dunia maya. Ya, kami berdua memang sepakat
untuk tidak saling bertemu atau bahkan saling menelpon. Mungkin terasa aneh
untuk sebagian orang, tapi inilah jalan yang kami pilih.
Awalnya, ada sedikit
ketakutan dan kekhawatiran dalam diriku, apakah perbedaan budaya tidak akan menjadi
masalah? Ditambah lagi, jika aku menerimanya, apakah jarak tempat tinggal
keluarga kami masing-masing tidak terlalu jauh? Dan masih banyak ketakutan yang
menyapaku pada masa perkenalan itu.
Tapi, memang cinta selalu
menemukan jalannya sendiri. Hanya berjarak tiga minggu dari pertemuan pertama
itu, akhrinya kami memutuskan untuk saling menerima dan bersiap untuk mengikat
janji. Kami berdua merasa memiliki visi dan misi hidup yang sama. Dan yang
terpenting, dia mau menerimaku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Dengan
keyakinan yang penuh, kami tetapkan untuk segera menghalalkan hubungan kami.
8 Oktober 2014 ialah hari
yang tak akan pernah aku lupakan. Dia bersama Ibu dan pamannya serta ditemani
sahabat baiknya, datang untuk menyatakan niat suci itu. Mereka datang dari kota
yang berada hampir di paling timur Pulau Jawa untuk meyakinkan niat suci itu. Kali
ini pun, AirAsia menjadi saksi perjalanan calon suami beserta Ibu dan pamannya.
Meskipun mereka baru tiba di Bandung sore hari dan dilanjut berkunjung ke
rumahku malam hari, tapi hanya perasaan bahagia yang mampu terlukiskan. Tidak
ada wajah kelelahan dengan jarak yang begitu jauh. Malam itu, pertunangan kami
pun berjalan dengan lancar dan khidmat.
Sumber: Pribadi |
Dari mulai masa
perkenalan, tunangan hingga prosesi ngunduh mantu, keberadaan AirAsia sangat
membantu kami. Dengan harga yang tidak membuat rekening tabungan kami menipis, kami
bisa melakukan semuanya dengan mudah. Jarak seakan-akan tidak menjadi
penghalang bagi kami.
Kami tidak menutup
telinga dan mata tentang berita di luar sana. Kami sadar banyak orang yang
kurang memercayai maskapai AirAsia. Tapi apa yang sudah kami rasakan
benar-benar jauh dari apa yang selama ini diberitakan. Kami percaya dengan kinerja
para awak kapal maskapai ini. Jadi, sangat tidak adil kalau kita menghakimi
sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja.
Bagi aku dan suamiku,
AirAsia merupakan saksi perjalanan cinta kami. Banyak kisah yang sudah dan akan
kami torehkan bersama AirAsia. Bukan hanya sebelum kami menikah, bahkan sampai
sekarang dan nanti. Kisah yang akan selalu menjadi bagian dari perjalanan
panjang kehidupan rumah tangga kami.
AirAsia akan menjadi
sahabat kami menatap masa depan. Keberadaan keluarga besar kami yang berada di
dua provinsi yang berbeda, mengharuskan kami untuk melakukan perjalanan jauh,
setidaknya setahun sekali. Dan kami yakin, jarak yang begitu jauh terasa dekat dan nyaman
dengan adanya AirAsia. AirAsia benar-benar akan menjadi bagian dari hidupku, suami
dan juga keluarga besarku.
No comments:
Post a Comment