Don’t
judge the book by its cover.
Ya, sepertinya ungkapan
ini cocok diberikan untuk suamiku. Saat itu, kami berniat menonton sebuah film
di salah satu mall di kota Bandung. Karena waktunya masih lama, akhirnya kami
putuskan untuk makan terlebih dulu.
Kami pun masuk ke sebuah
restoran yang sangat ramai. Kami yakin, pastialh menu yang disajikannya pun
enak. Waktu itu suamiku dengan yakin memesan semangkuk sup dan nasi putih. “Kayaknya enah nih, hujan-hujan gini makan
sup ayam panas,” ujarnya dengan senyum lebar.
Aku tidak memesan pesanan
yang sama. Aku lebih memilih memesan bakso. Maklum makanan yang satu ini memang
selalu bikin ngiler. Apalagi waktu itu, aku memang sedang tidak ingin makan
nasi, bawaan dedek bayi kali.
Kami menunggu pesanan
agak lama. Malah aku sempat berpikir, apa pelayannya salah meja. Tapi,
untunglah setelah menunggu setengah jam, akhirnya makanan dan minuman yang kami
pesan pun tiba.
“Wah,
dari tampilannya kayaknya enak nih sup,” ucap suamiku.
Aku hanya tersenyum
sambil memandang bakso pesananku yang dari tampilan tidak sesuai dengan
dibayangkan. Tapi, mau apa lagi, toh makanan sudah di depan mata, ditambah
perut juga sudah menagih minta diisi. Dan untunglah setelah dicoba, rasanya
cukup membuatku puas.
“Enak
juga lho Mas baksonya,” pujiku sambil melirik ke arah suamiku.
Tapi, aku merasa ada yang
aneh dengan suamiku. Wajahnya berubah total. Ia mengerutkan keningnya, lalu menyuruhku
mencoba supnya.
Oh ternyata, memang rasa
supnya aneh bin ajaib. Aku tertawa melihat ekspresi suamiku yang kecewa. Mau
pesan makanan lagi, tapi nggak mungkin karena waktunya sudah mepet. “Kalau tahu rasanya aneh, mending tadi pesan
menu yang sama aja ya,” ucap suamiku sambil tertawa.
Sejak saat itu, kami
selalu tertawa ketika lewat di depan mall tersebut. Aku juga sering guyonin
suami kalau sedang makan sup. Ah, memang tidak selamanya nama dan tampilan mencerminkan
rasa dan isi.
No comments:
Post a Comment