Menjemput Impian dari Rumah
ruangmaknaqu
May 08, 2015
0 Comments
Sejak di bangku kuliah, aku selalu memimpikan
ingin bekerja di rumah. Tidak pernah terbersit sedikit pun ingin menjadi
pekerja kantoran yang pergi pagi pulang petang. Aku sama sekali tidak pernah
tergoda dengan teman-temanku yang begitu menikmati pekerjaan mereka sebagai
wanita karir. Saat itu, yang ada di benakku, alasan aku kuliah karena aku ingin
membuka lapagan pekerjaan baru untuk orang lain. Aku ingin sekali menjadi
seorang entrepreneur sejati.
Ya, sebuah impian yang
mungkin menurun dari orangtuaku. Meskipun aku pun pernah merasakan bekerja di
orang lain. Tapi, karena aku pernah merasakan bekerja dengan kejararan waktu
yang membuatku lelah. Tidak hanya itu, kadang aku merasa kurang maksimal
memanfaatkan seluruh kemampuanku.
Aku juga sering berpikir,
suatu saat aku akan menikah dan memiliki keluarga. Aku ingin waktuku untuk
keluarga lebih banyak daripada untuk kaririku. Karena sejatinya tugas wanita
itu menjadi bidadari di rumah. Menjadi seseorang yang dirindukan oleh suami dan
anak-anaknya. Menjadi tempat terindah bagi suami dan anak-anaknya untuk
mencurahkan segala rasa. Itulah yang aku impikan selama ini.
Aku belajar dari
pengalaman bertemu dengan berbagai karakter anak didik sewaktu mengajar, baik
itu di formal maupun nonformal. Mendengar curhatan mereka tentang kerinduan
mereka akan keberadaan sosok ibu di rumah. Sejak saat itu, aku bertekad, jika
aku menikah, maka aku akan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang
produktif. Aku akan tetap berkarya dari rumah.
Berbagai pengalaman dan
pelajaran itu, aku jadikan bekal untuk menjemput impianku menjadi wanita
rumahan yang berkarir. Sejak lulus kuliah, aku bertekad untuk melanjutkan
lembaga bahasa milik ayah yang sempat terhenti beberapa tahun. Aku pikir, kini
saatnya mewujudkan impian Ayah yang sempat tertunda.
Semuanya aku awali dari
nol. Dengan berbekal modal seadanya, aku pun membuka kembali lembaga bahasa di
tempat yang baru. Berawal dari kelas lesehan dan promosi seadanya. Saat itu,
malah alat promosi yang aku pasang di pertigaan perumahan, hanya bertahan satu
hal saja. Ada orang yang iseng merobek dan menjadikannya hancur tak berbentuk.
Sedih, ingin menangis. Tapi, aku yakin aku memiliki alat promosi yang lebih
ampuh.
Sejak saat itu, aku tidak
terlalu mementingkan alat promosi yang berbentuk benda. Aku harus mencari
sesuatu yang membuat orang tertarik dengan lembaga bahasaku. Aku pun mulai mencari
formula khusus dalam mengajar. Aku berusaha untuk tampil beda ketika
mengajarjan Bahasa Inggris. Dan ternyata, cara itu sangat ampuh untuk menarik siswa.
Hanya dalam hitungan beberapa minggu, murid berdatangan.
Berawal dari mengajar
sendiri, hingga aku membutuhkan beberapa orang asisten, termasuk kakak-kakakku.
Aku bersyukur karena apa yang selama ini aku impikan terwujud. Aku bisa
membantu orang, meskipun hanya baru segelintir orang.
“Seorang
pelaut yang ulung itu tidak didapat dari laut yang tenang.”
Ya, itulah yang aku
rasakan. Setelah beberapa tahun menjalani usaha ini, suatu saat semuanya
berubah. Ada hal yang membuatku harus menutup lembaga bahasa tersebut. Tidak
hanya itu, aku pun harus pindah ke daerah lain. Saat itu, aku terpuruk. Usaha
yang sudah aku rintis dari nol, ternyata harus jatuh ke titik nol.
Tapi, hidup itu sebuah
proses belajar. Kini, di tempat yang baru, aku berusaha untuk bangkit. Aku
bersyukur aku masih memiliki keluarga yang selalu mendukung dan menyemangatiku
setiap saat. Dan anugerah terindah lainnya, Allah mempertemukanku dengan
seseorang yang memiliki visi dan misi yang sama. Seseorang yang sangat memahami
akan cita-citaku. Ya, dialah suamiku.
Bukan sebuah kebetulan
ketika suamiku selalu mengatakan kalau ia lebih senang kalau aku tetap di rumah,
tapi juga tidak melupakan kelebihan yang ada pada diriku. Ia selalu mendukungku
untuk terus mengembangkan sesuatu dalam diriku. Tidak hanya itu, sekarang
ketika usahaku sedang diuji, ia terus menyemangatiku untuk bangkit. Bahkan ia
membantu untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin, aku bisa kembali menjemput
setiap impian itu dari rumah bersama orang-orang tercinta.
Sumber: tamanbermaindropdeadfred.files.wordpress.com |
Buku ini memang wajib dimiliki, apalagi bagiku yang masih harus belajar banyak tentang bisnis di rumah. Buku ini akan menjadi sumber ilmu dan inspirasi untuk mengembangkan usaha di rumah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis
“Asyiknya Bekerja dari Rumah” http://stilettobook.blogspot.com/2015/04/lomba-menulis-asyiknya-bekerja-dari.html