Resensi Novel RINDU
ruangmaknaqu
October 30, 2014
0 Comments
Judul Buku : Rindu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : Kedua, November 2014
Tebal : 544 halaman
“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?” (Tere Liye)
Novel yang menceritakan kisah masa lalu. Dengan setting tempat yang dominan di sebuah kapal, membuat cerita ini terasa berbeda. Selain itu, kisah di masa penjajahan ini pun mengajak kita mengenal sejarah negeri ini dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam novel ini, hampir semua tokoh dihadirkan dengan penokohan yang sangat kuat. Pembaca tidak hanya terfokus pada satu tokoh saja. Setiap tokoh dihadirkan dengan memiliki kisah yang sarat akan pemahaman tentang kehidupan. Mereka dimunculkan dengan berbagai masalah yang sering dialami kebanyakan manusia di dunia ini.
Ada lima pertanyaan tentang kehidupan yang dialami oleh kelima tokoh dalam cerita ini. Dimulai tentang sesuatu yang memilukan, kebencian terhadap orang yang seharusnya disayangi, tentang kehilangan kekasih hati, tentang kemunafikan dan tidak kalah menarik tentang cinta sejati.
Sosok Gurutta Ahmad Karaeng yang begitu bijak dan dihormati oleh banyak orang karena ilmu yang dimilikinya,. Tapi, ternyata ia harus menjadi seseorang yang jauh dikatakan bijak. Ia bahkan harus dikuatkan oleh seseorang yang ilmunya jauh di bawah dirinya.
Sosok Daeng Andipati yang begitu sempurna. Ia memiliki istri yang baik dan kedua anaknya, Elsa dan Anna yang selalu membuat semua orang tersenyum. Tapi, ternyata ia menyimpan kisah masa lalu yang tidak pernah bisa tertebak. Kebencian kepada seseorang yang seharusnya ia cintai begitu sulit ia hilangkan.
Sosok Mbah Kakung yang terlihat selalu romantis bersama Mbah Putri ternyata harus mengalami ujian cinta yang luar biasa. Sebuah kejadian yang mungkin akan sulit diterima oleh siapapun yang pernah merasakan memerhatikan dan diperhatikan.
Sosok Bonda Upe, seorang keturuan etnis China ini menyimpan kisah masa lalu yang seorang pun tidak ingin mengingatnya kembali. Ia mencoba lari dari kenyataan selama ini, namun ternyata itu tidak membuatnya bisa berdiri tegak melangkah.
Sosok Ambo Uleng, pemuda yang bersinar bagai rembulan, memiliki kisah cinta yang tidak mudah
dipahami oleh akal pendek manusia. Apa yang dialaminya itu benar-benar cinta sejati.
Novel ini benar-benar kaya akan pesan moral kehidupan. Tere Liye memang ‘raja’ mengolah kata hingga mampu mengaduk perasaan pembaca. Hampir tidak ada kekurangan dalam novel ini.
Hanya ada beberapa typo, seperti yang terdapat di halaman 237, 322, 340 dan 380. Tapi, tentu saja, semuanya itu tidak membuat pambaca terganggu. Ide cerita dan cara penyajiannya sudah membuat pembaca puas.
Setiap pembaca akan mendapatkan banyak hal tentang apa itu kehidupan. Bagi kita yang selama ini masih bertanya kenapa dan apa tentang hidup dan kehidupan. Novel ini benar-benar akan membantu kita untuk memahami itu semua.