Di
tengah banyak gunjingan dan pandangn sinis kepada negeri sendiri, aku lebih
memilih untuk tidak pernah ikut campur. Bukan. Bukan karena aku tidak mau
peduli. Tapi, karena aku pikir, bukan caraku
untuk melakukan hal yang seperti itu. Lebih baik aku diam saja dan
buktikan lewat perbuatan.
Ya,
sudah hampir 3 tahun, aku menjalani profesi sekaligus hobi. Guru Bahasa
Indonesia. Apa uniknya? Hmm...Aku mengajarkan Bahasa Indonesia kepada para
dokter dari Belanda yang akan praktek di kotaku, Bandung. Sebuah hal baru yang
awalnya ingin aku tolak. Namun, dengan niat ingin belajar dan juga
memperkenalkan keunikan Bahasa Indonesia, akhirnya aku terima.
Mengajari
Bahasa Indonesia kepada orang asing, tentunya tidak semudah mengajarkan Bahasa
Indonesia kepada orang Indonesia itu sendiri. Apalagi bahasa pengantar yang aku
gunakan pun bukanlah menggunakan bahasa mereka (Bahasa Belanda). Aku
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Hal itu karena aku belum
bisa Bahasa Belanda.
Setiap
kelompok yang belajar memiliki target untuk belajar selama 4 jam sehari selama
5 hari. Itu Artinya aku harus bisa membantu mereka untuk dapat berbicara Bahasa
Indonesa dalam waktu 20 jam. Bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Namun, aku juga
berpikir ini pun bukan sebuah pekerjaan yang terlalu sulit.
Bukan
hanya itu, untuk mengawali menerima profesi ini, aku menemukan kesulitan untuk
mencari buku-buku referensi. Aku cukup kelabakan mencari buku yang akan
digunakan untuk mengajar, karena murid-muridku meminta buku panduan juga. Mencari
kesana-kemari, bertanya kepada semua teman yang selama ini ada hubungannya
dengan pengajaran Bahasa Indonesia. Tapi, ternyata hasilnya nihil. Sebagian
mereka mengatakan kalau materi BIPA (Bahasa Indoneia Bagi Penutur Asing) itu
ada mata kuliahnya, tapi memang tidak ada buku panduan khusus.
Tapi,
hal itu tidak menjadikan rintangan bagiku, aku berpikir semakin keras mencari
solusi. Akhirnya aku putuskan untuk menyusun sendiri buku panduan pengajaran
BIPA tersebut.Berbekal ilmu mengajar Bahasa Inggris (karena memang background
pendidikanku Bahasa Inggris) dan juga sedikit pengetahuanku tentang dunia tulis
menulis, maka aku mulai menyusun bahan ajar itu.
Sungguh
di luar dugaan, ternyata proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.
Tidak ada kendala komunikasi diantara kami. Dan yang terpenting mereka bisa
memahami apa yang aku ajarkan. Pekerjaan yang awalnya hanya aku bilang
coba-coba, ternyata berlanjut hingga saat ini.
Pada
bulan ini pun aku kembali akan mengajarkan Bahasa Indonesia kepada orang-orang
Belanda lagi. Sebenarnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang aku ajarkan
kepada mereka. Kadang mereka ingin diajarkan Bahasa Sunda dan segala hal yang
berhubungan dengan adat istiadat Sunda, termasuk memperkenalkan beberapa objek
wisata di kota Bandung.
Senang,
sekaligus bersyukur bisa mempergunakan ilmu yang aku miliki untuk berbuat
sesuatu bagi negeri ini. Meskipun hanya setitik yang aku perbuat, tapi
setidaknya aku masih terus berusaha untuk menjadi warga Indonesia yang bangga
akan negerinya.
Bagiku
mencaci bangsa sendiri bukanlah sebuah cara yang bijak untuk menjaga negeri
ini. Aku malu ketika orang asing berlomba-lomba untuk mengenal budaya negeri
ini, tapi kita sendiri malah berlari jauh meninggalkan identitas bangsa.
Inilah
caraku untuk mencintai negeriku. Tidak dengan menjadi politikus atau pun
pejabat yang akan mengubah negera dalam lingkup yang sangat besar. Aku hanya
akan tetap melangkah menjadi pribadi yang senantiasa kagum dengan keluhuran
budaya negeri Indonesia.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Aku
dan Indonesia.
http://abdulcholik.com/2014/07/01/kontes-unggulan-aku-dan-indonesia/
http://abdulcholik.com/2014/07/01/kontes-unggulan-aku-dan-indonesia/
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
ReplyDeleteDicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya