Tampak Depan |
Tampak Belakang |
Penulis :
@edi_akhiles
Penerbit :
DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 :
Desember 2013
Tebal :
192 halaman
Buku
yang sepertinya sederhana, tapi isinya luar biasa. Ada beberapa kisah yang
disajikan dengan mudah dicerna namun nilai moral yang tersirat sungguh luar
biasa. Penulis yang sudah makan asam manis dalam dunia kepenulisan ini mampu
membungkus kisah yang terlihat biasa dengan penuturan yang sangat renyah.
Buku
Penjaja Cerita Cinta ini terdiri dari 15 cerita inspiratif. Cerita yang pertama diberi judul sama dengan judul
buku ini, “Penjaja Cerita Cinta”. Cerita ini berisi tentang
kisah Nyonya Srintil yang mengundang seseorang untuk menuturkan sebuah cerita.
Nyonya Srintil memanggilnya
Penjaja Cerita. Ia mengatakan kalau ia ingin mendengar sebuah cerita yang tidak
biasa, cerita cinta yang mampu membuatnya terguncang.
Si
Penjaja
Cerita menceritakan sebuah kisah tentang kesetiaan, kerinduan, perpisahaan dan kenangan
seorang gadis yang bernama Senja. Ia selalu merindukan senja demi menunggu
kedatangan seseorang yang meninggalkannya saat senja.
Nyonya
Srintil menginginkan akhir cerita yang bahagia. Namun, Si Penjaja Cerita tak
pernah mau mengubah cerita. Cerita tentang Senja berkahir dengan kesedihan yang
mendalam. Nyonya Srintil merasa cerita tentang Senja itu benar-benar mirip dengan dirinya. Karena
alasan itulah Nyonya Srintil selalu berharap berakhir dengan bahagia.
Sebuah
cerita yang luar biasa. Penulis menggunakan bahasa kiasan yang indah. Selain itu, cerita ini membuat pembaca penasaran
dengan ending ceritanya.
Cerita
yang kedua ialah “Love is Ketek”. Cerita ini membuat saya senyum-senyum
sendiri. Tapi meskipun disajikan dengan kocak, namun ada pesan yang saya dapat.
Bagaiamana sikap seorang wanita yang memang selalu menuntut untuk dipuja dan
disanjung. Tak ada seorang wanita pun yang ingin tersakiti oleh pasangannya.
Cerita
yang ketiga ialah “Cinta yang Tak Berkata-kata”. Cerita yang mengajarkan kita
tentang cinta yang tidak hanya berdasar pada rasa, tapi juga logika. Penulis
menuturkan bahwa setiap orang tidak hanya butuh cinta dalam kata-kata, tapi
juga dalam bukti yang nyata.
Kalau saya boleh bilang, ini cerita dalam
banget.
Cerita
yang keempat ialah “Dijual Murah Surga Seisinya”. Inilah kisah yang sangat jleb banget. Penulis menuturkan kisahnya
bertemu dengan seorang tua yang mengajarkannya tentang sedekah. Penulis
mencontohkan ketika kita memberika Rp. 1000,00 setiap Jumat, maka dalam satu
tahun akan menjadi Rp. 2.784.000,00. Ada sebuah pertanyaan yang membuat saya
sebagai pembaca tertegun, apa kita tidak malu memaksa ke surga hanya dengan
harga yang kurang dari 3 juta rupiah? Saya yakin setelah membaca kisah ini, kita semua akan tertegun dan
berpikir, apa kita sudah berbuat ‘sesuai’ dengan apa yang kita inginkan? Cerita
yang luar biasa.
Cerita
yang kelima adalah “Menggambar Tubuh Mama”. Cerita yang menggambarkan kesedihan
seseorang yang mendalam karena ditinggal oleh ibunya. Ibunya yang meninggal secara tidak wajar membuatnya
tidak bisa menerima kenyataan. Ia hanya bisa melukiskan tubuh ibunya untuk
mengobati kerinduan itu.
Cerita
yang keenam ialah “Secangkir Kopi untuk Tuhan”. Dalam bagian ini, penulis mengisahkan
bagaimana perasaan kehilangan salah seorang pembalap muda berprestasi, Simoncelli.
Penulis menggambarkan perasaan kehilangannya dengan mendoakan kepergian
pembalap tersebut setelah sholat. Selain itu, ia pun menyimpan secangkir kopi
yang ia bawa dari Sepang, di sebuah mesjid. Ia berdoa siapa pun boleh
meminumnya. Dan jika bernilai pahala, maka ia meminta kebaikan pahala itu untuk
Simoncelli.
Cerita
yang ketujuh ialah “Tak Tunggu Balimu”. Dalam tulisan ini, penulis menceritakan
kisah tentang dirinya yang suka dengan lagu dangdut koplo, ‘Tak Tunggu Balimu’.
Penulis tidak peduli dengan stigma ndeso pada
jenis musik seperti itu.
Cerita
yang kedelapan ialah “Cinta Cantik”. Dalam cerita ini, penulis kembali
menuturkan tentang cinta sejati. Cinta bukan hanya soal cantik. Cinta sejati itu
sulit karena butuh perjuangan, kerja keras, pengorbanan, dan pengertian.
Cerita
kesembilan ialah “Tamparan Tuhan”. Penulis menuturkan betapa selama ini kita sering
‘memanfaatkan’ sakit hati kita untuk membuat orang lain sakit hati. Pesan yang
didapat dari kisah ini ialah sebenarnya apa yang kita lakukan akan kembali
kepada kita.
Cerita
yang kesepuluh ialah “Abah, I Love You”. Dalam bagian ini, penulis menceritakan
pengalamannya. Ia bertutur atas semua rasa kekecewaannya ketika masih
kanak-kanak dan remaja. Ia berpikir ayahnya tidak sayang kepadanya dengan
memberikannya seabreg kedisiplinan. Ia merasa apa yang ia dapatkan tidak sama
dengan anak-anak seumuran dengannya. Kerinduan akan kesenangan seperti halnya
anak-anak yang lain tidak pernah ia rasakan. Namun, ketika penulis beranjak
dewasa, ia baru sadar ternyata apa yang dilakukan oleh ayahnya begitu berharga.
Ia bisa meraih apa yang orang lain tidak bisa meraihnya. Penulis bersyukur bisa
mendapatkan didikan yang luar biasa dari ayah yang sangat luar biasa.
Cerita
kesebelas ialah “Cerita Sebuah Kemaluan”. Judulnya cukup berani. Jika kita berpikir sempit, pastilah yang ada
di pikiran kita ialah hal-hal yang negatif berbau mesum. Namun ketika dibaca
dari awal hingga akhir, ternyata penulis menyampaikan sebuah pesan yang luar
biasa. Penulis menjelaskan kenapa manusia hanya memiliki satu kemaluan dan kita
selalu menjaga agar kemaluan kita tidak terlihat oleh orang lain.
Cerita
yang keduabelas ialah “Munyuk!”. Cerita yang mengisahakan ketergaran, kesetiaan
dan kelembutan hati seorang istri. Meski suaminya sudah memperlakukannya tidak
baik, namun ia tetap memilih untuk mendoakan kebaikan bagi pendamping hidupnya.
Ia tak peduli suaminya pernah mengatakan munyuk saja lebih cantik dari dirinya.
Cerita
ketigabelas ialah “Lengking Hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati Anaknya”. Kisah
tentang betapa besarnya cinta seorang Ibu. Penulis menggambarkan bagaimana
kesedihan yang mendalam seorang ibu yang ditinggal mati oleh anaknya.
Cerita
yang keempat belas ialah “Aku Bukan Batu!”. Pada bagian ini penulis mengisahkan
tentang bagaimana perasaannya yang berkecamuk. Ia mempertanyakan tentang makna kekekalan
dan hubungannya dengan keegoaan manusia. Terdapat konflik batin yang masih
belum terpecahkan dalam diri penulis.
Cerita
yang terakhir ialah “Six, Six, and God”. Cerita yang berisi tentang mindset. Dialog antara dua orang yang
memberikan pelajaran bagi kita pembacanya, kalau mindset berhubungan erat
dengan action. Mindset yang bagus lalu diikuti dengan bukti konkret, maka kita
akan merasakan pengaruh yang luar biasa.
Lima belas cerita yang memberikan berjuta-juta rasa. Kita
tidak hanya disuguhi kisah-kisah yang inspiratif. Tapi, kita diajak untuk
belajar bagaiman menuturkan sebuah tema yang sederhana menjadi cerita yang
menarik dengan bahasa yang tidak pasaran.
Meskipun terdapat beberapa kesalahan pengetikan,
misalnya pada halaman 11, 43, 44, 58 dan 71. Tapi, itu tidak membuat buku ini
kehilangan nilai positifnya. Menurut saya, buku ini wajib dibaca oleh siapapun
yang ingin belajar bagaimana menyampai kata agar lebih bermakna.
No comments:
Post a Comment