25
Nopember 2013, hari yang spesial bagi para pejuang pendidikan. Ya, karena
merupakan peringatan Hari Guru Nasional. Sebenarnya bukan peringatan yang
menjadi esensi dari hari ini, tapi lebih dari itu.
Tentunya
bagi seorang guru, bukan peringatan yang meriah yang diwajibkan, tapi memahami
dan merenungi sudah sejauh mana mereka berbuat untuk dunia pendidikan. Apakah
kita sudah menjadi guru yang luar biasa bagi murid-murid kita? Apakah kita
sudah menjadi guru yang dinanti dan dipuji? Atau kita hanya menjadi guru yang
dicaci dan dimaki?
Semuanya
kembali lagi kepada setiap individu. Jika kita sejak dulu sudah mengenal
istilah bahwa guru itu ialah pahlawan tanpa tanda jasa, maka ungkapan itu perlu
kita renungkan kembali. Apakah pantas kita disebut pahlawan tanpa tanda jasa,
ketika kita masih saja terus menuntut kenaikan gaji dan sibuk mengurusi
sertifikasi hanya karena lembaran rupiah?
Guru
juga manusia. Ya, semua orang juga tahu, kalau guru juga manusia yang punya
rasa dan hati. Tapi, ketika kita memilih guru sebagai profesi kita, maka kita harus
sudah mau dan mampu untuk menjadi pribadi yang lain dari yang lain. Guru memang
bukan malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan. Tapi, setidaknya guru juga
bukan syetan yang hobi melakukan
kesalahan.
Kita
semua harus terus belajar memperbaiki diri. Sebelum kita mengajarkan sesuatu,
ajarkanlah itu kepada diri kita. Sebelum kita menuntut murid kita untuk menjadi
baik, perbaikilah diri kita dulu. Jangan pernah bermimpi memiliki murid yang
jujur, kalau kita sendiri hobi berbohong.
Mengajar
itu bukan masalah menyampaikan sekumpulan teori. Mengajar yang berkualiatas itu
lebih dari itu. Belajarlah untuk mengajar karena cinta. Cinta kepada Allah agar
anak didik kita pun menjadi pribadi yang lebih mengenal Allah SWT, lebih bersyukur,
dan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Mengajarlah dengan hati, agar apa yang
kita sampaikan pun akan terpatri dalam hati setiap anak didik kita sampai kapan
pun.
No comments:
Post a Comment