Atomic Habits (Resensi)
Resensi
Judul : Atomic Habits
Penulis :
James Clear
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan :
Pertama
Tahun
:
2019
Tebal
Halaman: 341 halaman
Atomic
Habits, terdiri dari 2 kata. Atomic berarti bagian
teramat kecil sebuah benda; bagian tunggal yang tak terbagi lagi dari suatu
sistem yang lebih besar. Habit ialah rutinitas atau praktik yang
dilakukan secara teratur; tanggapan otomatis terhadap situasi tertentu.
Atomic
Habits adalah kebiasan kecil yang merupakan bagian dari sistem yang
lebih besar. Sama seperti atom ikut membangun molekul, atomic habit merupakan
unsur pembangun hasil-hasil yang menakjubkan.
Dalam
buku ini dijelaskan, kebiasaan merupakan bunga majemuk dalam perbaikan diri.
Sama halnya dengan uang yang menjadi berlipat-lipat karena bunga majemuk,
pengaruh kebiasaan menjadi berlipat-lipat sewaktu kita mengulang kebiasaan itu.
Menjadi
1% lebih baik setiap hari ikut berperan dalam kemajuan besar jangka panjang. Kebiasaan
itu seperti pedang dengan dua sisi. Kebiasaan bisa menguntungkan, dapat menjadi
teman atau menjadi lawan; itulah sebabnya kita wajib memahami seluk beluknya.
Perubahan-perubahan
kecil sering kali terlhat tidak memberikan perbedaan sampai kita menembus ambang
batas kritis. Hasil paling dahsyat dalam proses bunga majemuk tidak langsung
terjadi. Kuncinya kita harus bersabar.
Terdapat
tiga tingkat perubahan, yaitu: perubahan hasil, perubahan proses, dan perubahan
identitas. Cara paling efektif untuk mengubah kebiasaan kita adalah berfokus
bukan pada apa yang ingin kita capai, melainkan tipe orang yang kita inginkan.
Kebiasaan-kebiasaan
yang kita lakukan itu nantinya akan menjadikan identitas diri kita sendiri. Alasan
utama kebiasaan itu penting bukan karena memberi kita hasil-hasil yang lebih
baik (meskipun bisa), tetapi karena kebiasaan dapat mengubah keyakinan tentang
diri sendiri.
Empat
kaidah perubahan perilaku adalah seperangkat aturan sederhana yang dapat digunakan
untuk membangun kebiasaan-kebiasaan lebih biak. Hal itu (1) menjadikannya
terlihat, (2) menjadikannya menarik, (3) menjadikannya mudah, (4) menjadikannya
memuaskan.
Proses
pengubahan perilaku selalu dimulai dengan kesadaran. Tapi, ketika kebiasaan
menjadi otomatis, kita akan berhenti memberikan perhatian pada apa yang sedang kita
lakukan.
Pada
perubahan perilaku dengan kaidah menjadikannya terlihat, ada dua petunjuk umum,
yaitu waktu dan lokasi. Rumus niat implementasi: Aku akan [PERILAKU] pada [WAKTU]
di [LOKASI].
Kita
juga menggunakan strategi menumpuk kebiasaan, yaitu memasangkan kebiasaan baru dengan
kebiasaan yang sudah ada. Rumusnya: Setelah [KEBIASAAN SEKARANG], aku akan
[KEBIASAAN BARU].
Satu
hal yang perlu diingat, begitu suatu kebiasaan terbentuk, mustahil kita bisa
melupakannya. Orang yang memiliki kendali diri cenderung menghabiskan lebih
sedikit waktu dalam situasi-situasi yang menggoda. Ia akan lebih mudah menghindari
godaan daripada melawannya. Kendali diri itu merupakan strategi jangka pendek,
bukan jangka panjang.
Selain
kendali diri, kultur tempat kita tinggal menentukan perilaku-perilaku mana yang
menarik dan menjadi sebuah kebiasaan. Kita cenderung mengambil kebiasaan yang dipuji
dan diterima oleh kultur lingkungan tempat kita tinggal, karena kita memiliki hasrat
yang kuat untuk menyesuaikan diri dan menjadi bagian dari kelompok.
Kita
cenderung meniru kebiasaan tiga kelompok social, yaitu: yang akrab (keluarga
dan teman), orang banyak (kelompok), dan orang yang berkuasa (yang memiliki status
dan prestise).
Karena
itu, salah satu hal yang paling efektif untuk dilakukan guna membangun kebiasaan
yang lebih baik adalah bergabung dengan kultur tempat perilaku yang kita
inginkan dianggap normal, dan kita sudah memiliki kesamaan dengan kelompok.
Perilaku
normal kelompok sering kali lebih kuat daripada perilaku yang diinginkan secara
individu. Sering kali kita lebih baik keliru bersama kelompok daripada benar
tapi dikucilkan.
Pembentukan
kebiasaan adalah proses ketika perilaku mengalami kemajuan menjadi otomatis melalui
perulangan. Bentuk pembelajaran paling efektif itu berlatih, bukan membuat
rencana. Berfokuslah pada action, bukan in motion.
Meskipun
perilaku manusia mengikuti Hukum Upaya yang Sekecil-kecilnya. Kita secara alami
akan condong ke opsi yang menuntut kerja paling sedikit. Untuk itu, kita harus
mengurangi hambatan terkait dengan perilaku baik. Ketika hambatan lebih sedikit,
kebiasaan menjadi mudah.
Sebenarnya
kebiasaan dapat diselesaikan dalam beberapa detik tapi terus berdampak pada
perilaku kita selama beberapa menit atau jam setelahnya. Banyak kebiasaan terjadi
pada momen yang menentukan – pilihan yang sama seperti jalan yang bercabang – dan
entah mengirim kita ke arah yang produktif atau tidak produktif.
Untuk
itu ada aturan Dua Menit yang bisa kita lakukan. Aturan Dua Menit mengatakan,
“Ketika memulai kebiasaan baru, pelaksanaannya harus kurang dari dua menit.” Makin
sering kita meritualkan awal suatu proses, makin besar peluang kita untuk masuk
ke fokus lebih dalam yang diperlukan untuk hal-hal besar.
Agar
sebuah kebiasaan baik itu melekat, kita juga perlu merasakan kesuksesan
langsung – bahkan meskipun kesuksesan itu kecil. Karena perlu diakui, otak
manusia berkembang untuk memprioritaskan ganjaran langsung dibanding ganjaran
tertunda.
Untuk
menjaga dan memantau kebiasaan, kita membutuhkan pemantau kebiasaan. Pemantau
kebiasaan ialah cara sederhana untuk mengukur apakah kita melakukan kebiasaan –
misalnya membuat tanda silang pada kalender. Pemantau kebiasaan bisa menjadi
bukti yang jelas tentang kemajuan kita.
Tapi,
yang perlu diingat, jangan pernah mangkir dua kali. Jangan memutus rantai.
Cobalah mempertahankan rangkaian kebiasaan tetap berjalan.
Agar
kebiasaan bisa tetap berjalan, perlu adanya kontrak kebiasaan, bisa berupa
biaya social yang harus dikeluarkan karena melanggar. Selain itu, perlu juga
adanya pengawasan dari orang lain.
Kebiasaan
bisa menjadi lebih mudah ketika selaras dengan kepribadian dan keterampilan
kita. Oleh karena itu, pilihkah kebiasaan yang paling sesuai dengan kita.
Bermainlah di arena yang memaksimalkan kekuatan kita. Jika arena seperti itu
tidak ada, maka ciptakanlah.
Kita
juga perlu tahu, ada yang disebut dengan aturan Goldilocks. Aturan Goldilocks
mengatakan bahwa manusia mengalami motivasi puncak ketika mengerjakan tugas yang
tepat berada di batas kemampuan kita saat ini.
Satu
hal yang perlu diingat, ancaman terbesar dari kesuksesan itu bukanlah kegagalan,
melainkan kebosanan. Tapi, seorang professional bertahan pada jadwal yang sudah
dibuat, sedangkan amatir mencari alasan untuk melewatkannya.
Sisi
positif kebiasaan adalah kita dapat melakukan sesuatu tanpa berpikir. Sisi negatifnya
adalah kita mengabaikan peluang terjadinya kesalahan-kesalahan kecil. Namun,
refleksi dan peninjauan ulang bisa menjadi proses yang memungkinkan kita tetap
menyadari performa kita sejalan dengan waktu.
Buku
Atomic Habits ini mengajarkan kita menghargai sebuah proses. Sebuah kebiasaan
kecil jika dilakukan secara terus menerus akan memberikan dampak pada kehidupan
kita. Penulis dengan sangat jelas menerangkan arti, makna dan juga memberikan
contoh kasus untuk bisa dipahami dengan mudah. Tidak berlebihan jika buku ini
wajib dibaca oleh siapapun yang ingin menjadi pribadi sukses.